26 C
Semarang
Tuesday, 15 April 2025

Kabar Baik, Ekspor Jateng Naik 38 Persen

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Semarang – Ekspor Jawa Tengah merangkak naik. Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah mencatat kenaikan sekitar 38 persen.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jateng Muhammad Arif Sambodo mengatakan laporan BPS di awal Agustus menunjukkan iklim yang positif. Ini dipengaruhi oleh faktor penentu. Sebut saja, beberapa negara yang semula lockdown mulai menerima arus masuk maupun arus keluar barang. Kemudian, peraturan mengenai pembatasan asal ekspor mulai dihilangkan.

“Contohnya adalah ekspor atas produk-produk kesehatan, masker, produk-produk bahan baku kesehatan sudah diperbolehkan,” katanya Selasa (19/8/2020)

Kondisi tersebut menjadi acuan optimistis untuk melangkah ke depan. Terlebih sektor nonmigas yang menjadi tumpuan utama produk di Jateng. Di luar minyak dan gas, spesifiknya yakni tekstil, kayu, produk-produk pabrik. Pun dengan produk alas kaki dan pakaian jadi bukan rajutan. Itu secara nominal, menyumbang paling besar.

“Tetapi kini secara proporsional yang mengalami peningkatan cukup besar yakni mesin dan peralatan listrik. Hampir 100 persen, setrika dan televisi ada peningkatan,” imbuhnya.

Jika ditarik jauh, data Disperindag Jateng sampai saat ini mencatat ada lonjakan yang lumayan. Tekstil mengalami lonjakan dari barang rajutan. Nilai pakaian jadi bukan rajutan menyentuh Rp USD 49,5 juta. Jika dipersentasekan berada di angka 55 persen. Disusul tren alas kaki pun naik. Sehingga neraca perdagangan mencatat surplus USD 151,33 juta. Tiga negara terbesar sasaran ekspor yakni Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok.  “Amerika permintaan untuk garmen, Tiongkok lebih ke furniture. Jepang dua-duanya (garmen dan furniture). Nah ini yang dibilang naik 38 persen, sudah mulai membuka lagi arus ekspor global,”kata Arif.

Agar tetap stabil, Disperindag terus memantau perkembangan ekspor secara global. Dimulai dengan sisi internal dengan berbagai macam strategi. Yakni, Disperindag tetap melanjutkan kegiatan yang sempat terhenti. Caranya dengan fasilitasi pendorongan untuk para eksportir. Menciptakan para eksportir baru dan pengenalan kepada wilayah non-tradisional untuk ekspor. Serta Disperindag kini sudah meresmikan Free Trade Agreement (FTA) sebagai pusat pelayanan untuk para eksportir.

“Jika eksportis menemui kendala langsung kami bantu. Melakukan bisnis mathcing lewat webinar. Di mana pelaku eksportir kita sambungkan dengan para buyer luar negeri. Utamanya pada pasar-pasar nontradisional,” jelasnya. (avi/ton/bas)

 


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya