RADARSEMARANG.COM, Batang – Berbagai kalangan masih bertanya-tanya mengapa Presiden Joko Widodo memilih Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang sebagai tujuan relokasi industri. Bupati Batang Wihaji pun menjelaskan bahwa lokasi kawasan industri tersebut sangat strategis, serta berbagai fasilitas penunjang telah tersedia.
Lebih menguntungkan lagi, industri yang dibangun tidak memerlukan pembebasan lahan, sehingga minim konflik dengan masyarakat. Bahkan nol konflik. Lahan seluas 4.000 hektare untuk KIT semuanya milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) 9. Tepatnya di Desa Kedawung, Banyuputih, Kabupaten Batang.
“Tanah tidak perlu beli karena tanahnya milik PTPN 9. Artinya tidak perlu pembebasan tanah dan ada alur bisnisnya sehingga bisa menjadi daya saing dengan Vietnam,” kata Bupati Wihaji pada RADARSEMARANG.COM saat focus group discussion yang digagas Bank Indonesia Semarang Selasa (14/7).
Lahan yang ada sudah siap bangun dan akses penunjang seperti jalan tol, dobel trek kereta api dan pelabuhan juga sudah tersedia. Menurutnya, sumber air baku serta pasokan listrik juga tersedia melimpah sebagai pelengkap KIT Batang.
“Di pulau Jawa hamparan 4.300 hektare dalam satu tempat dimiliki PTPN 9 di dalamnya ada tol, kereta api, pinggir laut dengan kedalaman lautnya 7-13 meter. Ada energi listriknya sehingga ini bagian terpenting untuk menjawab kenapa di Batang,” ujarnya.
Ia juga mengungkapkan, pemilihan KIT Batang sebagai tujuan relokasi industri salah satu alasannya karena tidak perlu pembebasan tanah. “KIT Batang tidak berkompetisi dengan kawasan industri daerah lain, tapi kita bersinergi dan saling support dengan Brebes dan Kendal karena semangatnya kita NKRI,” ucap Wihaji.
Sementara itu, Direktur PTPN 9 Tio Handoko mengatakan tanah yang ada di Batang merupakan emas yang disimpan. “Posisi Batang setelah tol selesai, di kawasan industri Batang hampir semua akses dan pendukung infrastruktur dan energinya ada,” jelasnya.
Terkait bisnis di Kementerian BUMN untuk percepatan KIT semuanya sedang bergerak menyukseskan KIT Batang. Mulai dari KAI, Pelindo, PT.PP. KIW dan PTPN bersama merumuskan model konsorsiumnya. “KIT Batang akan menjadi rule model konsorsium yang melibatkan Perusda dengan berbasis digital untuk mempercepat investasi,” pungkasnya. (yan/pim/lis)