RADARSEMARANG.COM, Semarang – Penyerapan tenaga sektor pertanian di Jawa Tengah mengalami penurunan cukup tinggi. Yakni sebesar 0,90 persen sejak tahun anggaran 2019. Hal tersebut menjadi sorotan. Mengingat sektor tersebut merupakan andalan Jateng yang notabene merupakan salah satu lumbung pangan nasional.
Anggota Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa DPRD Jawa Tengah Mukafi Fadli menuturkan perlu adanya upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng untuk mempopulerkan sektor pertanian. Pasalnya selama ini sektor tersebut kurang diminati dibandingkan dengan bidang pekerjaan lainnya. Seperti hukum, ekonomi, dan lainnya. “Kebanyakan anak muda lulus ya cari pekerjaan lain. Jarang terpikir jadi petani,” ujarnya.
Dirinya yang juga anggota Komisi B menyarankan salah satu upaya yang dapat dilakukan yakni bekerja sama dengan universitas. Agar dapat mempopulerkan jurusan pertanian. Tak lupa memberikan pengetahuan bahwa dunia pertanian juga menjanjikan, sehingga banyak anak muda tertarik untuk masuk ke bidang tersebut. “Apalagi saat covid-19 seperti ini, sudah terbukti sektor pertanian merupakan bidang paling kuat dan tahan dari pengaruh covid-19,” lanjutnya.
Dirinya berharap momen pandemi saat ini dapat menjadi ajang kebangkitan bagi sektor tersebut. Dengan banyak mengajak tenaga kerja yang terdampak covid-19 untuk beralih ke sektor pertanian. Sehingga daya serap tenaga kerja sektor tersebut dapat kembali naik. Dan meningkatkan produktivitas pertanian Jateng.
“Jadi di saat seperti ini saya kira back to basic dapat menjadi solusi alternatif bagi para tenaga kerja yang terdampak selama pandemi. Agar mereka tetap bisa bertahan di tengah situasi seperti ini,” pungkasnya.
Sementara Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Suryo Banendro mengakui adanya penyerapan penurunan sektor tenaga kerja sektor pertanian di bidang pertanian. Namun bukan berarti minat pada sektor tersebut tidak ada. Pihaknya menuturkan saat ini generasi milenial justru ramai mengembangkan model pertanian modern. Salah satunya dengan holtikultura. “Contohnya saja banyak petani kopi dari golongan muda,” ujarnya.
Pihaknya mengajak pembangunan main set anak muda melihat pertanian jangan hanya di sawah. Namun juga jejaring yang berkaitan dengan hal tesebut. Seperti pengelolaan dan pemasaran hasil pertanian. Sehingga semakin banyak anak muda yang tertarik dan kembali mengembangkan dunia pertanian.
“Makanya kami antisipasi dengan fokus recovery perekonomian tingkat desa. Karena bisa saja banyak anak muda yang terdampak pendemi menyasar kembali bidang pertanian. Karena kebanyakan mereka kembali ke desa,” pungkasnya. (akm/bis/ida)