RADARSEMARANG.COM, WONOSOBO – Sebuah inisiatif untuk menggali, menjaga dan mengembangkan berbagai jenis makanan lokal terus dikembangkan. Pasalnya, makanan lokal juga memiliki potensi besar untuk menjadi basis ekonomi kreatif ditengah beragamnya jenis makanan dan minuman yang berasal dari luar.
“Berbagai produk makanan instan itu saat ini tengah menjadi tren dalam masyarakat Indonesia. Serbuan makanan impor yang bergam jenisnya itu, nyatanya telah banyak menggeser produk lokal yang kita miliki. Maka sebelum itu punah, mari kita jaga, rawat dan lestarikan lewat Cagar Kuliner ini,” terang salah satu penggagas ide Cagar Kuliner Wonosobo, Sigit Budi Martono.
Ide awal mengembangkan Cagar Kuliner berawal dari banyaknya makanan khas tradisional Wonosobo yang memiliki potensi sama besarnya dengan produk dari luar. Sebab dilihat dari segi rasa dan kualitas produk tidak kalah baiknya. “Jadi Cagar Kuliner adalah salah satu langkah untuk melestarikan kuliner lokal. Sekaligus menumbuhkan rasa bangga bagi pelaku industri makanan tradisional yang selama ini masih terus berjalan,” katanya.
Saat ini dirasa perlu adanya pembentukan tim cagar kuliner yang terdiri dari unsur birokrasi, akademisi, praktisi dan media. Tak kalah penting adalah membuat cagar kuliner corner yang menampilkan aneka produk kuliner lokal dari Laskar Cagar Kuliner. “Maka dengan hadirnya Cagar Kuliner diharapkan bisa menjadi identitas Wonosobo sebagai wilayah yang kaya dengan varian kuliner lokal serta memperkuat slogan Wonosobo the Soul of Java itu sendiri,” lanjutnya.
Ide dan gagasan tersebut ditangkap Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Wonosobo dengan menggelar Festival Kuliner Wonosobo 2019 pada September lalu. Acara dibuka oleh Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin. “Acara itu dibuka dengan memotong bucu pendhem sebagai identitas makanan lokal yang ada di Desa Kumejing, Wadaslintang, Wonosobo,” terang Seksi Bidang Kebudayaan dan Ekonomi Kreatif Disbudpar Wonosobo Astin Umariyah. (git/adv/ton)