26 C
Semarang
Tuesday, 14 January 2025

Alarm Berdering, Tanda Selesai Main HP

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Teknologi saat ini sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dari keseharian orang tua milenial. Salah satunya dalam memberi game dari gadget kepada anak. Mereka menggunakan game anak sebagai sarana edukasi dan hiburan dalam proses pengasuhan. Bahkan sejak anak belum memasuki usia sekolah.

Kemudahan akses terhadap permainan digital inilah yang membuat penggunaannya meningkat dibandingkan generasi sebelumnya. Daya tarik game dalam smartphone memang sangat luar biasa. Mampu membuat anak sangat senang.

Apakah membiarkan anak bermain gadget atau game aman bagi tumbuh kembangnya? Tentunya tergantung dari jenis game yang disediakan untuk anak.

Psikolog RS Elizabeth Semarang Probowati Tjondronegoro mengatakan, sebenarnya game yang baik untuk masa pertumbuhan anak justru kembali ke tradisional.

“Banyak game tradisional yang justru lebih memberikan penanaman nilai karakter di dalam diri anak,” ujar Probowati.

Menurutnya, rasa kebersamaan yang ditanamkan di game tradisional sangat mengena.

Tentunya juga melatih anak untuk bersosialisasi dengan teman sebaya di lingkungannya. Meski begitu, lanjutnya, jika melihat perkembangan zaman, sekarang banyak orang tua yang malah memperkenalkan anak ke game digital.

Antara lain melalui smartphone. Menurutnya, orang tua tentu harus memilah dalam memberikan game yang baik kepada anak. “Karena jika tidak diawasi, takutnya smartphone ini malah dimanfaatkan pada hal yang kurang pas,” ujarnya.

Menurutnya, banyak game edukatif yang benar-benar mengajari anak berbagai macam hal. Tidak melulu yang bersifat akademis. Namun juga logika dasar penggunaan komputer, kemampuan sosial, dan kecakapan emosional.

Sementar itu, beberapa orang tua memang memilih game yang baik untuk anak. Tentunya yang bersifat edukatif, dan tidak meningggalkan jiwa sosialnya.

“Misal jika teman-teman anak saya kumpul di rumah, kita mainkan game tebak gambar buah atau hewan. Di situ kan melibatkan juga banyak temannya yang datang saling tanya, apa gimana,” kata Rendu Mahardika, yang memiliki anak usia SD.

Menurutnya, anaknya yang akan memasuki SD jika dilihat secara pemikiran sudah faham dengan apa yang terjadi di lingkungannya. Sehingga bisa dengan mudah berinteraksi dengan teman sebayanya. Melalui game yang edukatif, meski menggunakan media smartphone, sebisa mungkin tetap harus melibatkan orang lain dalam hal ini teman sebayanya.

“Pastinya jangan meninggalkan jiwa sosial anak,” ujarnya.

 

Menurutnya, saat ini banyak orang tua yang tidak memilah game apa yang baik untuk edukasi anak. “Banyak dari roang tua tidak memerhatikan itu, yang penting anak diam tidak rewel, sudah,” tuturnya.

Sehingga, tontonan dan game melalui smartphone yang akan diberikan kepada anak harus benar-benar disaring oleh orang tua. “Tidak langsung apa saja diberikan. Permainan tradisional sebenarnya juga lebih bagus. Karena lebih bisa meningkatkan motorik anak dan jiwa sosialnya terbentuk ketimbang game di smartphone,” katanya.

Sementara Annisa lebih mengkombinasikan antara permainan konvensional dengan digital untuk mengasah kreativitas buah hatinya. Dia tidak memungkiri di zaman sekarang, gadget memang sudah melekat di kehidupan sehari-hari.

Namun ia memiliki cara untuk me-manage kapan boleh bermain game di smartphone, kapan harus berhenti. “Saya menerapkan sehari hanya boleh bermain HP maksimal satu jam. Setiap dia (anak) meminta HP, saya pasti aktifkan alarmnya. Kalau sudah berbunyi artinya dia harus berhenti juga main HP-nya,” kata Annisa.

Memang, awalnya susah, karena setiap alarm berbunyi, si anak tetap main HP. Menangis jika diminta. Namun dengan disiplin yang tinggi, si anak terbiasa dan mau berkomitmen. “Saya terus bilang ketika nanti alarm berbunyi, main HP-nya sudah. Kalau si anak tidak mau berkomitmen, ya kita juga jangan memberi HP. Biarkan jika menangis. Lama-lama mereka paham dan mau berkomitmen,” ujarnya.

Selain itu, ibu dua anak ini juga mengajarkan si buah hati untuk berkreasi, dengan memanfaatkan barang-barang di sekitar rumah. “Misal buat pesawat dari botol bekas, kertas, dan benda-benda lain di sekitar kita. Bikin playdoh dari bahan yang aman, seperti tepung dan lainnya. Jadi tidak melulu diberi HP,” katanya. (ewb/zal/bas)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya