Selain itu, edupreneurship juga dapat berkontribusi dalam mengatasi masalah pengangguran di Indonesia. Dengan meningkatnya jumlah individu yang memiliki jiwa kewirausahaan, akan tercipta lebih banyak peluang kerja dan lapangan usaha baru. Hal ini dapat membantu mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara.
Pentingnya edupreneurship tidak hanya terbatas pada tingkat pendidikan formal, tetapi juga pada pendidikan non-formal seperti pondok pesantren. Dalam lingkungan pondok pesantren, edupreneurship dapat menjadi persiapan bagi santri untuk mengembangkan kemandirian dan keterampilan berwirausaha. Dengan memberikan pengetahuan dan wawasan tentang dunia usaha, santri dapat lebih produktif dan siap menghadapi tantangan dalam kehidupan setelah lulus dari pondok pesantren.
Sejalan dengan itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidik dalam mengajar edupreneurship. Pelatihan dan workshop untuk para pendidik dapat membantu mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mendukung pembelajaran kewirausahaan. Dengan demikian, pendidik dapat menjadi fasilitator yang efektif dalam menginspirasi dan membimbing peserta didik dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan mereka.
Pada akhirnya, implementasi edupreneurship di lembaga pendidikan akan memberikan dampak positif jangka panjang bagi individu, masyarakat, dan negara secara keseluruhan. Melalui pendidikan kewirausahaan, generasi muda akan didorong untuk berani bermimpi, berinovasi, dan mengambil risiko dalam menciptakan perubahan. Hal ini akan membantu membangun fondasi yang kuat untuk mencapai kemajuan ekonomi, sosial, dan budaya yang berkelanjutan di Indonesia.
Dapat disimpulkan, pendidikan kewirausahaan memiliki pengaruh positif yang signifikan dalam menumbuhkan motivasi dan intensi mahasiswa untuk berwirausaha. Semakin tinggi intensi atau niat untuk memulai usaha di kalangan mahasiswa, semakin besar peluang untuk mengurangi permasalahan sosial, seperti pengangguran.
Oleh karena itu, pembekalan kewirausahaan kepada pendidik juga sangat penting agar mereka dapat mencetak generasi yang berkualitas dan memiliki jiwa entrepreneur. Bahkan, jiwa entrepreneur perlu ditanamkan sejak usia dini. Minat anak-anak untuk berwirausaha dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kemauan, ketertarikan, dan lingkungan sekolah. Selain pendidikan formal, edupreneurship juga dapat diberikan dalam pendidikan nonformal, seperti pondok pesantren, guna meningkatkan kemandirian dalam berwirausaha dan memberikan wawasan terkait bidang usaha sebagai bekal di masa depan.
Pemberian edupreneurship dapat dilakukan melalui berbagai cara. Misalnya, melalui pendekatan berbasis permainan dan pengalaman. Selain itu, lembaga pendidikan juga dapat mengadakan berbagai acara, seperti bazar, pameran produk kreatif, dan market day. Pendidikan kewirausahaan dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran lokal atau mata pelajaran lintas kompetensi, di mana siswa dapat mengenali potensi lokal daerah mereka sebagai peluang untuk mengelola produk dan menciptakan nilai tambah yang dapat bersaing secara global.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemberian edupreneurship sangat penting bagi semua peserta didik dan pendidik dalam mempersiapkan Indonesia Emas 2045 atau Indonesian Golden Era. Melalui pendidikan kewirausahaan yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan, diharapkan dapat tercipta generasi emas yang unggul dan memiliki daya saing. Generasi emas ini diharapkan mampu mewujudkan cita-cita bangsa dalam mengembangkan seluruh aspek kehidupan guna kemajuan Indonesia yang lebih baik. (*/bas)
Program Magister Pendidikan Guru Vokasi, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta