RADARSEMARANG.COM, SAMPAH sering dipandang sebelah mata. Kerap dipandang sesuatu yang tidak berarti dan tidak berharga. Bahkan sampah dianggap menjadi sesuatu yang mengganggu lingkungan dengan bau yang tidak sedap, terlihat kotor dan di sekitarnya menjadi pemandangan yang kumuh.
Menurut Siti Nur Aeni (2021) ada tiga jenis sampah yaitu sampah organik (sampah dapur, sisa makan, kulit buah, daun, ranting, sayuran, buah-buahan), sampah anorganik (logam, plastik, kaca, keramik, kertas, dsb), dan sampah bahan berbahaya dan beracun/B3 (bekas pengharum ruangan, pemutih pakaian, pembersih kaca, pengkilat kayu, pembasmi serangga, batu baterai, dsb).
Tantangan Pengelolaan Sampah
Sano dalam Bintaro Agung (2020) menyatakan ada tiga masalah pengelolaan sampah di Indonesia. Diawali dengan lemahnya penegakan hukum dari sejumlah peraturan soal sampah. Bisa kita ketahui dengan masih banyak warga yang membuang sampah dengan seenaknya saja, baik dibuang ke sungai, ataupun dibakar yang tentunya juga menimbulkan pencemaran lingkungan.
Masalah kedua, menurut Sano (2020) terlalu murahnya ongkos pengelolaan sampah dibandingkan dengan petugas yang harus mengemban tanggung jawab terkait dengan sampah. Bahkan kalau ada kenaikan ongkos pembuangan sampah, maka masyarakat tidak bisa menerima kenaikkan ongkos tersebut.
Masalah sampah ketiga yang tidak bisa dihindari adalah mengenai pembiayaan pengelolaan sampah. Sebaiknya pembiayaan masalah sampah, tidak hanya mengandalkan anggaran pemerintah yang terbatas, tetapi juga butuh bersinergi dengan pihak lain yang peduli terhadap sampah. Apalagi didukung dengan Peraturan Presiden nomor 97 tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional (Jaksranas) pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga, di antaranya menargetkan pengurangan sampah sebesar 30 persen dan penanganan sampah 70 persen pada tahun 2025. Apa solusi yang bisa dilakukan?
Peluang Bisnis Sampah
Di balik kompleksnya masalah sampah, bila dikelola dengan baik sampah akan menghasilkan keuntungan bagi manusia. Kalau kita cermati, banyak peluang bisnis yang bisa kita lakukan dengan penanganan pengelolaan sampah. Baik sampah organik maupun sampah anorganik, semuanya bisa kita ubah menjadi produk yang bermanfaat dan bahkan akan menciptakan pendapatan yang menjanjikan.
Kita mulai dari sampah organik. Ada berbagai jenis sampah organik, yaitu sampah organik yang basah seperti sisa makanan (dari rumah makan, warung atau sisa makanan rumah tangga), juga bisa dari kulit buah, sayuran, dan makanan-makanan yang mudah membusuk dan mengandung air. Sampah organik basah tersebut bisa dimanfaatkan untuk berbagai produk pupuk/kompos, pakan ternak dan bisa juga untuk pakan Maggot, bahkan bisa juga digunakan sebagai biogas. Produk Pupuk/kompos dari sampah, selain bisa dimanfaatkan untuk memupuk tanaman disekitar rumah, bila dalam jumlah yang besar bisa menciptakan penghasilan bagi pengelolanya. Demikian juga dengan penggunaan sampah basah untuk ternak. Untuk pakan sapi misalnya, dengan pakan dari sampah organik akan membantu peternak sapi mengurangi biaya pakan sapi.
Ada juga sampah organik basah untuk pakan maggot. Maggot ini biasanya digunakan untuk pakan ikan, pakan burung, pakan kura-kura, dsb karena mengandung protein yang tinggi. Bagi pecinta binatang mereka akan melengkapi makanan binatang peliharaannya dengan makanan yang bergizi, mereka akan membeli maggot yang kering ataupan yang basah. Satu peluang bisnis yang sangat menjanjikan, karena maggot yang sudah kering bisa dijual dengan harga sekitar 90 ribu sampai 100 ribu per kg.
Hal yang lebih menarik lagi dengan pemanfaatan sampah organik cair diubah menjadi biogas (bahan bakar alternatif, pengganti gas LPG yang aman). Bisa dilakukan pada produsen tahu, tempe. Produsen tahu tempe, dalam berproduksi tidak lepas dengan limbah cair dari hasil pencucian dan pemrosesan kedelai.
Air limbah kedelai bila ditampung pada beberapa waktu akan menghasilkan gas yang bisa digunakan untuk memasak dalam proses produksi. Tentunya jelas menimbulkan penghematan bagi produsen karena tidak perlu membeli bahan bakar, cukup menggunakan gas dari limbah produksinya. Penghematan tersebut juga akan meningkatkan pendapatan bagi produsen. Selain penghasil gas, limbah cair ini bila ditampung dalam jumlah yang banyak bisa juga menghasilkan energi listrik.
Sampah organik kering seperti ranting pohon, kayu, daun-daun kering, tempurung kelapa, juga kulit telur. Kulit telur bisa digunakan untuk pupuk tanaman yang menyuburkan yaitu dengan cara dihaluskan. Kalau dalam jumlah yang banyak tentunya bisa dikemas dengan bagus dan mempunyai nilai jual. Dari sampah organik kering juga bisa digunakan untuk membuat kerajinan yang mempunyai nilai seni, yang tentunya juga mempunyai nilai jual yang tinggi. Seperti tempurung kelapa bisa jadi peralatan rumah tangga, enceng gindok yang dikeringkan bisa menjadi sandal, sepatu, tas, atau hiasan.
Ada sampah organik, ada pula sampah anorganik. Untuk penanganan limbah anorganik, kita menggunakan prinsip 3 R yaitu Reduce (meminimalisir timbulnya sampah, sebagai contoh minum menggunakan gelas/tumbler, bukan minuman kemasan), Reuse (menggunakan kembali barang sebelum dibuang, sebagai contoh penggunaan produk yang bisa diisi ulang/refill) dan Recycle (mendaur ulang limbah menjadi barang yang bermanfaat, seperti penggunaan botol plastik menjadi pot tanaman penghias ruangan ). Dari pengelolaan sampah anorganik, selain mengurangi sampah juga bisa menghemat biaya dan tentunya kalau dibuat produk yang mempunyai nilai seni, juga akan meningkatkan pendapatan. Banyak kan peluang bisnis yang kita dapatkan dari sampah!
Seandainya setiap rumah tangga bisa melakukan pengelolaan sampah dengan baik, tentunya tidak akan ada lagi sampah yang menumpuk, atau paling tidak bisa mengurangi penumpukkan sampah yang menggangu lingkungan. Lingkungan menjadi green dan akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Mampukah kita melakukan hal itu? Mari kita peduli lingkungan dengan mengelola sampah yang bisa menghasilkan cuan. (*/ida)
Dosen Tetap Mata Kuliah Manajemen Operasi. Program Studi Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Soegijapranata Semarang