RADARSEMARANG.COM, PANDEMI global Covid-19 secara nyata telah mengubah tatanan kehidupan masyarakat. Mobilitas manusia yang dibatasi membuat pertemuan tatap muka dan kontak fisik harus dialihkan menjadi daring. Salah satu perubahan yang paling signifikan terdapat pada bidang pendidikan, pembelajaran harus dilakukan secara daring. Perubahan drastis dan cepat harus disiapkan sebaik mungkin dari kedua belah pihak. yaitu pergutuan tinggi (mencakup dosen) dan mahasiswa.
Di tengah situasi yang tidak menentu pada awal 2020, ketidaksiapan kedua belah pihak berdampak pada turunnya efektivitas pembelajaran secara daring. Hal ini selaras dengan hasil survei evaluasi yang dikaji oleh Ditjen Dikti Kemendikbud pada tahun 2020, didapati hasil bahwa 90 persen mahasiswa lebih memilih kuliah secara offline ataupun tatap muka di kelas. Alasan utama yang diutarakan mahasiswa adalah masalah koneksi internet. Dalam kajian opini kali ini, saya berusaha menyajikan gagasan dengan melihat kesiapan kedua pihak yaitu perguruan tinggi dan mahasiswa.
Penulis sebagai mahasiswa yang merasakan metode pembelajaran daring selama setahunan, kini sudah jauh lebih baik. Cara ataupun metode pembelajaran dosenpun sudah jauh lebih baik, beragam, dan menarik seperti dengan menggunakan quiziz, tugas berupa video, dan mengusahakan pertemuan tatap muka secara daring.
Pada awal pembelajaran daring, metode pembelajaran pada beberapa mata kuliah dilakukan hanya dengan memberikan bahan materi berupa PPT ataupun diskusi melalui pesan pada salah satu media sosial. Sangat jelas terlihat bahwa metode pembelajararn telah mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Namun, perbaikan fasilitas dan metode pembelajaran tidak dapat menjamin efektivitas keberhasilan perkuliahan secara daring. Faktor dalam diri mahasiswa seperti niat dan motivasi perlu untuk digarisbawahi guna menciptakan pembelajaran yang efektif.
Pembelajaran dari rumah secara tidak langsung menurunkan produktivitas. Banyak mahasiswa yang sekedar join live session kemudian ditinggal untuk melakukan kegiatan lain. Hal ini terjadi karena adanya kebebasan lebih bagi mahasiswa untuk menentukan kegiatan yang ingin dilakukannya. Mahasiswa mudah ke-distract kegiatan lain yang akhirnya menyebabkan konsentrasi terpecah dan tidak siap untuk mengikuti materi yang dipaparkan. Daya tangkap dan logika berpikir mahasiswa juga turut menurun jika dibandingkan pada saat pembelajaran tatap muka. Saat mengerjakan UTS dan UAS secara daring, mahasiswa bebas mencari jawaban dan melihat materi. Tingkat plagiasipun menjadi tinggi karena pergerakan jawaban yang sangat cepat. Komitmen, kemauan, dan kesadaran untuk haus akan ilmu perlu dimiliki oleh setiap mahasiswa guna menjaga kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang.
Melihat dari sisi perguruan tinggi, seperti yang sudah disinggung sebelumnya, fasilitas atau wadah telah disediakan oleh perguruan tinggi guna menunjang pembelajaran daring. Metode pembelajaran secara interaktifpun sudah dilakukan dosen. Namun, komunikasi yang terjalin hanyalah komunikasi satu arah. Feedback sangat jarang diberikan oleh mahasiswa. Keadaan nyata yang terjadi selama live session adalah mahasiswa hanya mendengarkan penjelasan dari dosen. Ketika dosen menanyakan pertanyaan ataupun membuka sesi tanya jawab ada mahasiswa yang sengaja meninggalkan perkuliahan guna menghindari pertanyaan. Ada pula mahasiswa yang memang tidak memiliki pertanyaan untuk diajukan.
Beberapa soal UTS dan UAS yang diberikanpun sudah berupa penjelasan yang diharapkan mendorong logika berpikir mahasiswa. Sayangnya, kebebasan yang dimiliki mahasiswa sering disalahgunakan. Copy paste menjadi jalan utama mahasiswa yang pada akhirnya meningkatkan tingkat plagiasi dan menurunkan kualitas pendidikan. Hingga akhirnya, mata kuliah yang mengutamakan perhitungan juga dapat diselesaikan dengan melihat jawaban mahasiswa lain. Pihak dosenpun kadang diperhadapkan pada situasi yang cukup sulit ketika mahasiswa telat men-submit tugas dengan alasan system down ataupun susahnya koneksi internet.
Maka, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran daring dapat dikatakan masih rendah. Kualitas pendidikan dapat menurun secara signifikan apabila tidak ada kerjasama yang baik dari semua pihak. Perlu kesadaran dari dalam diri mahasiswa guna mencari ilmu lebih, penyediaan wadah pengembangan dari pihak perguruan tinggi, dan kejelasan dari pihak dosen terhadap situasi khusus. Kuliah daring seharusnya dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk mengembangkan lagi kapasitas diri. Beberapa hal yang dapat dilakukan sejalan dengan keuntungan kuliah daring adalah dengan mengikuti lomba, student exchange, ataupun kepanitiaan.
Keikutsertaan mahasiswa dalam lomba akan membuka kesadaran akan luasnya materi perkuliahan yang berguna untuk masa depan. Kemampuan lain seperti membuat PPT yang professional dan public speaking juga menjadi hal penting yang akan didapat mahasiswa. Pihak perguruan tinggi juga dapat membimbing. menyediakan, dan memberikan pembelajaran lebih dalam dan detail, baik materi maupun kemampuan lainnya. Dukungan berupa motivasi maupun material perlu diberikan kepada mahasiswa yang mengikuti kegiatan-kegiatan diluar perkuliahan biasa.
Komunikasi dua arah juga harus diusahakan guna memaksimalkan interaksi. Beberapa mahasiswa yang menjadi lebih berani bertanya saat pemberlajaran daring diharapkan dapat mempengaruhi situasi kelas sehingga tercipta interaksi yang efektif. Ketentuan dosen perlu dipertegas dalam beberapa hal seperti plagiasi dan keterlambatan yang harus disertai bukti foto atau video. Saat pembelajaran daring, ada beberapa faktor eksternal yang memang di luar kemampuan dan kendali mahasiswa. Sehingga mahasiswa mendapat perlakukan yang adil apabila memang terjadi hal-hal yang di luar kendalinya.
Perubahan yang terjadi harus disikapi dengan baik dan tanggap. Pihak perguruan tinggi, dosen, dan mahasiswa diharapkan dapat bersama-sama mewujudkan pembelajaran daring yang berkualitas dan efektif. (*/ida)
Mahasiswa Program Studi Manajemen Universitas Katolik Soegijapranata