Oleh: Fransiska Yumeida, S.Ak
RADARSEMARANG.COM – Budaya memiliki peran penting di dalam sebuah organisasi, budaya organisasi yang kuat dapat menciptakan stabilitas pada organisasi. Jika budaya organisasi lemah maka akan memicu penurunan sebuah kinerja.
Budaya organisasi yang positif merupakan suatu budaya yang menekankan pada pembangunan kekuatan, memberikan imbalan yang lebih daripada memberikan hukuman, dan juga penekanan pada vitalitas dan pertumbuhan dari individu tersebut.
Menciptakan suatu budaya yang positif terdengar seperti harapan atau bahkan sebuah konspirasi gaya. Sebuah organisasi harus bisa bersaing secara globalisasi seperti pada era saat ini di mana kemajuan teknologi informasi pada segala bidang menjadikan organisasi mengalami berbagai rintangan, Sedangkan dalam pandangan islam, budaya organisasi islami terbentuk dari nilai-nilai atau pesan Allah SWT dan Rasulnya. Pandangan islam memberikan kewajiban moral dalam berusaha dengan menjalankan syariat dari segala aspek kehidupan.
Permasalahan yang ada dalam organisasi dapat terlihat dari bagaimana seseorang mampu mengeluarkan kekuatan dan kemampuan yang dimiliki dalam menjalankan pekerjaan. Budaya organsiasi yang positif dapat tercapai jika manajemen mampu memberikan imbalan baik intrinsik maupun ekstrinsik. Sebuah pujian dan sanjungan atas hasil yang dicapai akan mampu membuat budaya yang positif yang berdampak terhadap rasa dihargai oleh manajemen organsiasi.
Jika di lihat dalam sudut pandang islami Budaya organisasi dapat meningkatkan kinerja organisasi apabila Seseorang itu menyadari bahwa ia adalah khalifah di muka bumi ini, yang dapat mengarahkan perbuatan manusia dalam menciptakan kemaslahatan dan kebaikan di muka bumi. S eorang muslim dapat mengoptimalkan akal fikirannya dalam mengelola sumber daya dengan bekerja penuh keyakinan bahwa tidak ada yang sulit, semua pasti ada jalan keluarnya.
Di era teknologi saat ini sangat memberikan dampak positif dan negative terutama di dunia Pendidikan. Karena teknologi dikatakan sebagai unsur yang mendorong keunggulan bersaing dalam organisasi. Perubahan budaya dosen dan budaya Univeritas disebabkan oleh adanya pandemic Covid-19. Pembelajaran di lakukan secara e-learning dengan perpaduan antara metode tatap muka dengan metode online (via internet dan berbagai pengembangan teknologi informasi yang pada saat ini menjadi budaya di sekolah bahkan perguruan tinggi dalam kegiatannya), walaupun demikian, e-learning tidak benar-benar menjadi alternatif proses pembelajaran yang menggantikan proses pembelajaran tradisional secara holistik, melainkan hanya sebagai pelengkap.
Kombinasi keduanyalah yang akan menghasilkan sinergi yang produktif. Proses pembelajaran secara fisik di sekolah akan menjaga nilai dari human interaction, sedangkan e-learning akan memberikan akses pada knowledge resource yang sangat kaya dari internet. E-learning berdampak besar pada dunia pendidikan. Para pelajar merasakan pola belajar yang berbeda dibandingkan kelas konvensional. Para pendidik juga merasakan dampak dari penggunaan e-learning terhadap metode pengajaran yang digunakan. Mereka perlu melakukan adaptasi dalam cara pengajaran yang disampaikan,
Selain itu juga diperlukan keahlian dalam menyediakan materi pembelajaran yang menarik untuk digunakan melalui sistem e-learning dan menggunakan fitur-fitur yang disediakan pada sistem e-learning dengan optimal dan efisien. Dengan tetap mengadakan forum diskusi, agar dapat terbiasa jika nanti menghadapi new normal. Walaupun saat ini dari mentri Pendidikan menyampaikan bahwa pembelajaran tatap muka di laksanakan 50% dari kapasitas ruang kelas. Akan tetapi sebagai seorang pengajar dan pelajar di arahkan untuk dapat memberikan ide dan pemikiran melalui tulisan yang kreatif, inovatif dan solutif sehingga dapat memberikan jalan keluar terhadap persoalan yang dihadapi. (*/bas)
Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Ekonomi Unissula Semarang