RADARSEMARANG.COM, Perkembangan teknologi yang sangat pesat menuntut manusia untuk berkreasi dalam bidang apapun. Termasuk pada bidang fashion. Di dunia fashion banyak perkembangan tentang berbagai teknik pewarnaan, batik dan lainnya.
Eco pounding termasuk terobosan mencipta motif pada kain dengan cara sederhana, simpel dan menarik. Banyak pelaku usaha fashion yang mencoba usaha eco pounding, karena pembuatan sangat mudah dan bahan-bahan yang digunakan juga bisa mengambil disekitar yang berupa berbagai macam daun-daunan.
Dedaunan yang bisa digunakan adalah berbagai macam daun yang bisa dikonsumsi, atau bisa juga daun yang digunakan sebagai obat. Selain daun juga membutuhkan bahan tambahan lain yang berfungsi sebagai pengunci warna daun yang menempel pada kain yaitu menggunakan tawas dan tunjung, pigmen warna daun yang sudah menempel di kain perlu dikunci supaya warna yang melekat lebih awet dan tidak cepat pudar.
Teknik eco pounding bisa diterapkan pada baju atau kaus yang sudah jadi, pada tote bag atau di bahan kain lembaran yang belum dibuat baju, penataan daun-daunan disesuaikan dengan pola yang sudah kita rancang. Nah keunikan dari eco pounding adalah ketika kita terapkan pada kain yang sama dan pola letak daun yang sama maka kain satu dengan kain yang lainnya hasilnya pasti akan berbeda. Karena pigmen daun yang dihasilkan meskipun dari daun yang sama kadang pigmen yang muncul berbeda.
Tehnik eco pounding yaitu teknik mentransfer pigmen warna daun ke kain dengan cara dipukul menggunakan alat pemukul yang terbuat dari kayu. Teknik eco pounding tidak perlu direbus karena transfer pigmen warna sudah didapat melalui proses pukul atau tumbuk pada daun ke bahan kain.
Proses pembuatan eco pounding yang pertama adalah kain harus melalui merendam bahan pada larutan TRO kemudian dicuci bersih dan dikeringkan. Tujuannya untuk menghilangkan sisa bahan kimia yang masih menempel pada bahan, kemudian harus dimordanting dulu dengan cara direbus pada larutan tawas dan soda ash. Kemudian dicuci bersih dan dikeringkan tujuannya adalah supaya pori-pori kain terbuka sehingga bisa menerima pigmen warna dari daun.
Langkah selanjutnya setelah melalui proses mordanting adalah proses penempelan dedaunan pada kain ditata sesuai keinginan, diberi alas plastik pada bagian bawah dan atas supaya pigmen daun tidak menimbulkan bercak di sekitar bahan kain.
Setelah dialasi plastik maka daun bisa dipukul-pukul menggunakan pemukul yang terbuat dari kayu. Pastikan semua pigmen daun sudah tertransfer di kain, teknik pukul daun bisa dilakukan satu per satu sampai tercipta motif yang diinginkan. Setelah pigmen sudah menempel di kain, maka sisa-sisa daun bisa dilepas sampai bersih. Setelah itu diamkan selama 24 jam.
Proses terakhir adalah proses fiksasi yaitu proses penguncian warna, proses ini dilakukan dengan tujuan supaya pigmen warna daun tidak mudah luntur atau berubah. Proses fiksasi dilakukan dengan cara kain yang sudah dieco pounding dimasukkan dalam larutan tawas dan tunjung dengan cara dicelupkan dan diremas-remas selama 15 menit. Kemudian dicuci bersih dijemur dengan cara diangin-anginkan lalu disetrika, kain eco pounding siap untuk digunakan. (unw/lis)
Dosen Prodi Pendidikan Vokasional Desain Fashion Universitas Ngudi Waluyo, Ungaran