RADARSEMARANG.COM, SEMENJAK memasuki tahun 2020 dan munculnya virus Covid-19, banyak orang harus merasakan berbagai perubahan di kehidupannya, baik dari segi ekonomi hingga pendidikan.
Belajar tatap muka digantikan dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Perubahan tiba-tiba ini menyulitkan. Namun di sisi lain terdapat sisi positif yang dapat diambil, yaitu seluruh peserta didik mau tak mau harus menggunakan teknologi informasi.
Tentu saja selama proses akan terdapat tantangan, seperti kreativitas dan inovasi setiap pendidik dalam mengajar melalui teknologi.
Selain itu diperlukan kemampuan guru untuk tetap dapat menanamkan budi pekerti, kerjasama, dan kompetensi yang baik kepada pelajar, meskipun melalui teknologi (tidak secara langsung).
Hal mendasar yang menjadi bekal para guru dalam pendidikan di Era Digital adalah adanya pengembangan pola pikir (mindset) untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman digital di masa depan.
Kemampuan literasi dalam matematika disebut sebagai numerasi. Numerasi memiliki proses perkembangan yang sepadan dengan kemampuan literasi, dimana seseorang mampu memahami simbol-simbol dan angka untuk memecahkan masalah.
Secara sempit seseorang dikatakan telah melek numerasi ketika mampu menyelesaikan soal operasi hitung yang melibatkan penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Padahal kemampuan numerasi juga terbangun dari keterampilan memahami konsep-konsep abstrak yang lain, bukan sekedar operasi hitung saja.
Keterampilan berpikir analisis dan menemukan sebab akibat juga dibutuhkan dalam memecahkan masalah yang berkaitan dalam kehidupan nyata, bukan sekedar menjawab soal.
Tantangan yang seringkali dihadapi dalam mengembangkan numerasi antara lain karena matematika banyak melibatkan keterampilan berpikir yang abstrak, sehingga banyak murid yang merasa kesulitan dalam proses peralihan dari proses berpikir konkrit ke abstrak. Itulah mengapa matematika selalu dianggap sebagai pelajaran yang sulit, membebani, bahkan menciptakan kecemasan pada sebagian murid.
Dalam hal ini ular tangga merupakan permainan yang banyak dikenal khususnya lingkungan anak sekolah dasar. Media ular tangga ini bertujuan agar dapat meningkatkan keaktifan siswa, belajar siswa yang menyenagkan sehingga hasilnyapun memuaskan.
Media pembelajaran dapat memberikan pengaruh pengaruh positif dan signifikan terhadap mutu pembelajaran. Dengan media pembelajaran diharapkan meningkatkan hasil belajar siswa. Yang pada hakikatnya, siswa dapat melakukan kegiatan rutinitasnya dengan belajar dan bermain.
Dalam hal ini perlu adanya sisipan dalam anak melakukan setiap rutinitasnya, agar suasana belajar juga terlibat di dalamnya. Salah satunya adalah dengan menerapkan literasi numerasi pada permainan ular tangga.
Pada Ular Tangga Literasi Numerasi terdiri dari tiga aspek berupa berhitung, relasi numerasi, dan operasi aritmatika. Yang mana media Ultanum ini digunakan dengan menggunakan media android, dengan tujuan adanya motivasi belajar siswa saat belajar numerasi siswa dapat menerapkan konsep numerasi saat menggunakan media Ultanum ini.
Penerapan nilai kemampuan pemecahan masalah juga diberikan, harapannya anak mampu untuk belajar tanpa bantuan oranglain, bertanggungjawab, dan mampu mengontrol dirinya sendiri. (unw1/zal)
Dosen PGSD Universitas Ngudi Waluyo Ungaran