RADARSEMARANG.COM, Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, yng tertuang pada Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945. Namun kita dapati bahwa masih banyak penyandang disabilitas (inklusif) belum terlayani di pendidikan formal, karena beberapa faktor diantaranya usia, letak geografis, motivasi diri dan lain sebagainya.
Pendidikan Non Formal PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) dapat menjembatani permasalahan pendidikan bagi penyandang disabilitas untuk melanjutkan pendidikan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk kemandiriannya.
Tujuan pendidikan inklusif untuk memastikan bahwa semua anak memiliki akses pendidikan yang terjangkau, efektif, relevan dan tepat sasaran (Akhmad Sudrajat, 2015).
Pusat kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan satuan pendidikan nonformal yang dikembangkan oleh, dari dan untuk masyarakat. PKBM diselenggarakan di berbagai wilayah baik pedesaan maupun perkotaan dengan tujuan agar dapat memberikan kesempatan belajar bagi masyarakat.
PKBM yang berada di Jawa Tengah berjumlah 727 satuan pendidikan yang tersebar di 35 kabupaten/kota, sedangkan Satuan Pendidikan Sekolah Khusus (SLB, TKLB, SDLB, SMPLB) hanya berjumlah 190 satuan pendidikan (Data Referensi Pusdatin). Dengan kondisi tersebut, peran PKBM sangat strategis sebagai agen pendidikan penyandang disabilitas dan masyarakat inklusif.
PKBM memiliki berbagai program layanan masyarakat, diantaranya program Pendidikan Kesetaraan yang meliputi kesetaraan paket A atau setara SD, Kesetaraan Paket B atau setara SMP, Kesetaraan paket C atau setara SMA. Program Taman Baca Masyarakat (TBM), Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Keterampilan Kewirausahaan (PKW), Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK) dan lain-lain. PKBM di Jateng yang memiliki Pendidikan Kesetaraan Inklusi belum banyak.
Di PKBM Marga Yasa Salatiga sudah menawarkan pendidikan Kesetaraan Inklusi bagi penyandang difabilitas. Di PKBM Marga Yasa memiliki sepuluh peserta didik. Delapan diantaranya penyandang disabilitas daksa sedang dan tidak dipungut biaya atau gratis.
Pembelajaran yang dilakukan sebelum masa pandemi melalui tatap muka dan menggunakan system inspiring class. Sistem pembelajaran, di mana seorang peserta didik menginspirasi teman yang lain di dalam kelas. Sesuai jadwal pelaksanaan pembelajaran life skill peserta didik yang terjadwal memberikan inspirasi tentang kemampuan, keterampilan, bakat, minat, hobi dan talenta yang lain untuk dibagikan kepada teman yang lain.
Pembelajaran di kemas dengan situasi yang santai, interaktif dan menarik. Bertujuan untuk sharing knowledge, keterampilan, dan juga dapat mempererat hubungan sosial diantara mereka. Pembelajaran dimasa pandemi ini, mengubah sistem pembelajaran dengan mengirimkan pengetahuan keterampilan life skill melalui WAG.
Melalui System Inspiring Class ini, penulis menyimpulkan, bahwa peserta didik dapat lebih proaktif, mengasah literasi fungsionalnya, termotivasi membekali diri dengan berbagai pengetahuan, baik secara akademik maupun non akademik (life skill) untuk meningkatkan produktivitas dan kepercayaan diri bagi penyandang disabilitas. (ra1/ton)
Pengelola PKBM Marga Yasa Salatiga