RADARSEMARANG.COM, PANDEMI covid-19 telah mengubah banyak tatanan kehidupan. Dalam masa pademi masyarakat diminta untuk membatasi aktifitas keluar rumah guna mencegah penularan virus covid-19. Kegiatan bekerja dilakukan dari rumah (Work From Home) dan kegiatan belajar dilakukan secara daring. Terbatasnya ruang gerak manusia berdampak cukup besar untuk kalangan usaha. Salah satu sektor yang terdampak cukup parah adalah sektor pariwisata. Jasa akomodasi sebagai salah satu sarana penunjang pariwisata ikut terkena imbasnya. Hal ini juga terjadi di Solo sebagai salah satu kota dimana sektor perhotelan tumbuh menjadi bisnis yang menjanjikan.
Pertumbuhan bisnis hotel di solo tidak lepas dari dicanangkannya solo sebagai salah satu kota MICE di Indonesia. MICE ((Meeting, Incentive, Convention and Exhibition) merupakan suatu kegiatan kepariwisataan yang aktifitasnya merupakan perpaduan antara leisure dan business, rangkaian kegiatannya dalam bentuk meeting, incentive travels, convention, congresses, conference dan exhibition. MICE menjadi penopang okupansi hotel di Solo. Sebelum masa pandemi covid-19 banyak sekali acara meeting maupun konvensi yang diselenggarakan di solo baik dari kalangan instansi pemerintah maupun swasta, Hal ini karena Solo memiliki banyak hotel dengan fasilitas yang baik dengan tarif “terjangkau” dan akses transportasi yang mudah baik itu udara maupun darat. Hal ini menjadi nilai plus yang dimiliki hotel-hotel di Solo.
Namun pandemi covid-19 memberi pukulan cukup telak bagi bisnis perhotelan di Solo. Selama masa pandemi masyarakat dihimbau untuk stay at home. Kegiatan meeting yang sebelumnya dilakukan secara offline beralih ke media online. Hal ini sangat berpengaruh terhadap okupansi hotel di Solo yang mengandalkan MICE. Pada awal masa pandemi bulan April 2020 okupansi hotel bintang di Solo melorot tajam dan hanya mencapai 10,73 persen. Kondisi ini menyebabkan beberapa hotel terpaksa menghentikan aktifitas sementara. Namun perlahan okupansi hotel mulai merangkak naik seiring diperbolehkannya kegiatan meeting offline yang tentu saja dilakukan dengan standar protokol kesehatan yang ketat. Pada Desember 2020 tingkat okupansi hotel mencapai 34,11 persen.
Satu tahun lebih berlalu dan sampai saat ini pandemi masih belum berakhir. Pemberlakukan PPKM darurat di Jawa-Bali mulai tanggal 3-20 Juli 2021 yang kemudian diperpanjang hingga 25 Juli 2021 juga kembali menjadi ujian bagi bisnis perhotelan di Solo. Adanya penyekatan hampir di semua titik perbatasan kabupaten/kota, penutupan akses tol, persyaratan yang ketat yang harus dipenuhi sebelum melakukan perjalanan dengan menggunakan moda transportasi kereta api maupun pesawat memaksa orang untuk tidak pergi kemana-mana. Hal ini tentu berdampak pada tingkat okupansi hotel.
Kunci utama keberlangsungan usaha akomodasi adalah adanya pergerakan manusia baik untuk tujuan wisata maupun bisnis. Kondisi ini hanya bisa dimungkinkan jika pandemi covid-19 sudah selesai atau bisa dikendalikan dengan baik. Selama pergerakan manusia masih dibatasi akan sulit memulihkan usaha akomodasi. Untuk itu perlu sinergi dari semua pihak guna melawan virus covid-19 ini. Masyarakat diharapkan disiplin menerapkan protokol kesehatan. Pelaksanaan vaksinasi untuk masyarakat luas juga menjadi kunci agar kekebalan komunal bisa segera tercapai. Disisi lain pelaku usaha akomodasi juga harus memastikan protokol kesehatan diterapkan dengan ketat. Branding dan promosi hotel melalui media online menjadi sangat penting di masa pandemi. Sehingga konsumen merasa aman dan nyaman untuk menggunakan jasa akomodasi.
Dari berita di televisi kita bisa melihat jika di beberapa negara Eropa dan Amerika, warga sudah bisa beraktifitas biasa tanpa menggunakan masker lagi. Hal ini tentu memberi angin segar bagi kita jika suatu hari nanti Indonesia juga memiliki harapan untuk bisa merasakan hal yang sama. Sehingga aktifitas bisa kembali normal seperti semula. Dimana kita bisa bebas pergi kemana saja dengan rasa aman. Pergerakan manusia yang tidak dibatasi pada akhirnya akan membawa usaha akomodasi kembali bangkit seperti sebelum pandemi melanda. (ss1/zal)
Statistisi Ahli Muda
Badan Pusat Statistik
Kota Surakarta