31 C
Semarang
Saturday, 3 May 2025

Pendidikan Berbasis Sekolahrumah

Oleh: Purnomo, M.Pd.I.

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, BELUM lama ini CEO Tesla, Elon Musk, mengatakan bahwa untuk bekerja di perusahaannya tidak harus bergelar sarjana. Perusahaan teknologi lainnya seperti Google, IBM dan Apple juga hanya mempertimbangkan keahlian, bukan gelar formal dalam ijazah.

Masyarakat modern menuntut spesialisasi, sementara sekolah seringkali masih menawarkan keilmuan yang general. Jika tren ini berlanjut dan pola pendidikan di sekolah konvensional tidak cepat beradaptasi bisa jadi peran sekolah tersebut makin mengecil. Sebagai gantinya akan tumbuh lembaga-lembaga pendidikan lain yang lebih fleksibel sesuai kebutuhan masyarakat.

Masa pendemi ini masyarakat mulai mencari alternatif pendidikan di luar sekolah konvensional. Praktik school from home sebenarnya mirip dengan konsep homeschooling (sekolahrumah) meski kurikulumnya masih belum ideal. Dengan belum adanya kepastian kapan proses belajar mengajar di sekolah bisa pulih maka sekolahrumah bisa dipertimbangkan untuk dipraktikkan secara lebih serius.
Sekolahrumah bukan hal baru di Indonesia, bahkan sudah legal menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 129 tahun 2014. Berdasarkan peraturan ini sekolahrumah dimaknai sebagai proses layanan pendidikan yang secara sadar dan terencana dilakukan oleh orangtua/keluarga di rumah atau tempat-tempat lain dalam bentuk tunggal, majemuk, dan komunitas dimana proses pembelajaran dapat berlangsung dalam suasana yang kondusif dengan tujuan agar setiap potensi peserta didik yang unik dapat berkembang secara maksimal.

Sekolahrumah dapat dijalankan berbasis keluarga maupun berbasis lingkungan yang kegiatan inti pembelajarannya tetap dilaksanakan dalam keluarga. Sekolahrumah diselenggarakan dengan sistem terbuka dan multimakna. Terbuka berarti bersifat fleksibel pilihan dan waktu penyelenggaraannya. Multimakna berarti berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan watak, kepribadian, dan berbagai kecakapakan hidup.

Peraturan Mendikbud tersebut juga memberi kejelasan prosedur dan kemudahan bagi praktisi sekolahrumah untuk mendapat hak eligibilitas yang setara dan sama untuk mendaftar ke satuan pendidikan yang lebih tinggi dan/atau memasuki lapangan kerja. Lulusan sekolahrumah bahkan bisa jadi lebih siap bekerja karena sebelumnya fokus pada pengembangan keahlian tertentu.
Sekolahrumah memiliki beberapa kelebihan dibanding sekolah konvensional. Pertama, kurikulum yang lebih fleksibel. Peserta didik yang mengikuti sekolahrumah tidak harus mempelajari mata pelajaran yang banyak tapi kurang mereka butuhkan. Mereka bisa fokus pada pengembangan bakat, minat atau kemampuan. Bagi peserta didik yang ingin berkiprah di dunia teknologi atau bergabung dengan Tesla misalnya, mereka bisa fokus mempelajari algoritma neural network dan artificial intelligence. Mereka tidak perlu, misalnya, menghafal batas-batas negara di Asia beserta warna bendera dan judul lagu kebangsaannya.

Kedua, sekolahrumah memiliki manajemen waktu yang fleksibel. Orang tua bisa mengatur waktu belajar dan istirahat sesuai kebutuhan anak. Meski bukan yang paling lama tapi sekolah-sekolah formal di Indonesia memiliki durasi yang cukup panjang karena banyaknya pelajaran. Durasi yang panjang tidak selalu membuahkan hasil yang baik. Sebagai perbandingan, Finlandia yang dikenal memiliki pedidikan terbaik di dunia, rata-rata sekolahnya hanya berdurasi sekitar empat jam. Melalui sekolahrumah orang tua dapat leluasa menentukan kapan dan berapa lama anak belajar sehingga mendapatkan hasil terbaik.

Ketiga, menghindarkan anak dari hal-hal buruk. Berdasarkan data KPAI, dari tahun 2011-2019 ada 2.473 kasus perundungan termasuk di lingkup dunia pendidikan. Sekolah kadangkala bisa menjadi tempat yang tidak ramah bagi anak. Melalui sekolahrumah anak lebih bisa dihindarkan dari perundungan dan hal negatif lain termasuk salah pergaulan. Sekolahrumah juga membuat anak bisa lebih percaya diri karena tidak dibanding-bandingkan prestasinya melalui sistem peringkat kelas. Anak akan lebih bisa fokus pada pengembangan dirinya sendiri.

Menyelenggarakan sekolahrumah tentu saja tidak mudah. Perang keluarga menjadi sangat sentral dalam hal ini. Mereka harus memikirkan kurikulum, bahan ajar, metode yang tepat hingga melakukan evaluasi. Orang tua memang bisa menggunakan jasa tutor tapi tetap tidak bisa sepenuhnya lepas tangan karena penentu keberhasilan sekolahrumah adalah orang tua. Selain itu, sekolahrumah juga memerlukan biaya besar untuk pemenuhan sumber dan media belajar. Masalah sosial juga bisa saja terjadi pada anak jika mereka tidak biasa terhubung dengan lingkungan luar dan berinteraksi dengan anak-anak lain. (*)

Dosen Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya