RADARSEMARANG.COM, Berpuasalah, maka Anda akan sehat. Adagium ini memang tampak sederhana. Namun adagium ini punya kandungan atau filosofi yang amat mendalam. Jika tidak percaya bahwa puasa akan menyehatkan, maka cobalah untuk berpuasa. Mungkin di awal kita berpuasa, akan ada suasana fisik berbeda yang kita alami; lapar, pusing, lemas dan sebagainya.
Pada hari berikutnya, kendala tersebut mungkin masih terasa. Namun efeknya pasti tidak sama dengan puasa yang dilakukan di hari pertama. Pada hari berikutnya, efek lapar, pusing, lemas perlahan akan menghilang dengan sendirinya. Pengalaman kita berpuasa memang sering seperti itu.
Puasa merupakan obat alami bagi manusia. Obat atau kesembuhan yang diberikan Tuhan pada umat manusia. Obat alami itu ada dua, yaitu puasa dan istirahat. Jika kita merasa capek, maka obatnya adalah istirahat. Obatnya adalah tidur. Ketika kita bekerja penuh seharian, maka butuh waktu istirahat untuk memulihkan kondisi semula. Tidak mungkin seorang hidup di dunia tanpa dia melakukan istirahat.
Puasa juga punya makna yang sama dengan istirahat. Jika dalam satu tahun tubuh kita dipaksa untuk terus bekerja, maka obat alaminya adalah puasa. Puasa mengembalikan tubuh pada kondisi semula. Mengembalikan di posisinya masing-masing. Istirahat dan puasa merupakan rem untuk tubuh kita. Secara teologis, puasa penting untuk kita maknai sebagai upaya pengendalikan hawa nafsu. Pengendalian diri dari hawa nafsu kebinatangan akan menjadikan kita menjadi pribadi yang lebih baik.
Sejumlah dokter mengatakan bahwa puasa bermanfaat untuk kesehatan. Puasa dikatakan bisa menurukan tekanan darah, kolesterol, atau hal yang berkaitan dengan ketahanan fisik. Dikatakan juga bahwa puasa mampu memperbaiki kondisi medis, menyehatkan jantung, mengurangi risiko kanker, hingga menjaga berat badan. Ini yang berkata adalah dokter, orang yang ahli di bidang kesehatan. Dengan demikian, intinya puasa membantu kita untuk memperoleh kesehatan.
Puasa dilakukan manusia sejak dulu kala, dan dianjurkan oleh hampir semua agama. Sebelum Islam berkembang di jazirah Arab, tradisi berpuasa sudah dilakukan oleh masyarakat Arab kuno. Islam melanjutkan tradisi baik tersebut. Sebelum Islam berkembang di Indonesia, puasa juga sudah dilaksanakan oleh masyarakat lokal nusantara.
Agus Sunyoto, salah seorang sejarawan muslim mengatakan, tradisi masyarakat jawa kuno sudah mengenal kegiatan menahan diri untuk tidak makan dan minum. Penganut agama Kapitayan misalnya punya ibadah namanya pasabrata atau upawasa. Pasabrata ini tidak makan sedari pagi sampai malam. Fahrudin Faiz menyebut ada tradisi megengan. Megeng itu terjemahan artinya menahan. Kita dituntut untuk merayakan hari di mana untuk mampu menahan diri. Puasa adalah mengorbankan untuk memperoleh sesuatu yang lebih besar.
Logika berpuasa sama halnya dengan logika bersedekah. Ketika kita bersedekah, kita berbagi ke orang lain, harusnya secara logika kita akan kehilangan. Tapi, kita justru terkadang mendapat banyak hal lewat kegiatan bersedekah.
Berbagi ilmu juga punya logika yang sama. Ketika kita punya ilmu kemudian dibagikan, maka ilmu tidak malah berkurang. Sebaliknya, justru ilmu yang dibagikan akan bertambah. Ilmu akan bermanfaat untuk diri kita. Dengan demikian, puasa sebetulnya manfaatnya untuk diri kita sendiri. Allah memerintahkan kita untuk berpuasa karena Allah mengetahui apa kebutuhan kita, apa manfaatnya untuk diri kita sendiri.
Jadi, jika mau sehat secara fisik dan rohani, maka berpuasalah. Berpuasalah minimal di waktu-waktu yang diperintahkan Allah kepada manusia. Insyaallah, kita akan sehat. Wallahu a’lam. (*/ton)
Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang.