31 C
Semarang
Wednesday, 16 April 2025

Kesiapan Siswa Menghadapi AKM Literasi Membaca

Artikel Lain

Oleh: Dr. Panca Dewi Purwati, M. Pd.

RADARSEMARANG.COM – Berbagai program sekolah, termasuk program Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) disampaikan melalui pertemuan virtual dan surat elektronik. Asesmen Nasional (AN) sebagai pengganti Ujian Nasional (UN) adalah upaya pemetaan mutu pendidikan pada seluruh sekolah, madrasah, dan program kesetaraan jenjang dasar dan menengah. Pelaksaan AN dikemas dalam  tiga jenis AKM, yakni  AKM Nasional, AKM Kelas, dan AKM Sertifikasi (khusus kelas 12).

AN segera diberlakukan pada 2021. Penerapan AN diharapkan siswa terukur kognitif, berkembang profil pelajar Pancasila, dan didukung iklim belajar dan iklim satuan pendidikan yang kondusif. Program AN dilatarbelakangi adanya fakta bahwa nilai literasi (membaca, menghitung, dan sains) bangsa Indonesia rendah. Hasil literasi membaca siswa Indonesia berdasarkan peringkatan oleh PISA (Program for International Student Assessment) 2018: berada di urutan ke-72 dari 78 negara, nilainya 371 (rataan seluruh peserta 487). Perolehan nilai literasi membaca tertinggi dipegang oleh Tiongkok (555). Capaian literasi Indonesia di bawah rata-rata.

AKM Nasional dilaksanakan di SMP/SMA/sederajat pada September  2021, jenjang SD pada Oktober 2021 (semoga tidak mundur lagi). AKM Nasional diberlakukan pada siswa kelas 5, 8, 11, dan siswa pendidikan kesetaraan (kelas 6, 9, dan 12). Pesertanya dipilih secara acak melalui Data Pokok Pendidikan. Perwakilan peserta SD berjumlah 30 siswa, siswa SMP/SMA/sederajat  diwakili 45 siswa. Setiap peserta AKM Nasional jenjang SD akan mengikuti AKM Literasi (30 soal, 75 menit), AKM Numerasi (30 soal, 75 menit), Survei Karakter (20 menit), dan Survei Lingkungan Belajar (20 menit).

AKM Nasional berfungsi untuk mengevaluasi  kualitas sistem pendidikan, AKM Kelas ditangai oleh guru untuk memahami  hasil belajar siswa secara  individu. Siswa mengikuti seluruh jenis AKM Nasional selama dua hari. Guru dan kepala sekolah mengikuti Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar mandiri. Hasil AKM Nasional akan dilaporkan sesuai dengan empat pengelompokan: Mahir (level tertinggi), Cakap, Dasar, atau Perlu Intervensi Khusus.

AKM Kelas kompetensi Literasi Membaca adalah kemampuan untuk memahami,  menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan  masalah dan mengembangkan kapasitas  individu sebagai warga Indonesia, dan warga  dunia agar produktif. Survei karakter diarahkan pada terbentuknya profil karakter pelajar Pancasila yang meliputi karakter beriman, bertakwa, berakhlak mulia,  bernalar kritis, mandiri, kreatif, bergotong royong, dan berkebhinekaan global. Kedua survei tersebut juga dikenakan pada guru dan kepala sekolah.

Pelaksanaan AKM berbasis komputer dan bersifat adaptif. AKM berkonten teks fiksi dan informasi, melibatkan tiga konteks (personal, sosial budaya, dan saintifik), bentuk soal variatif (PG, PGK, Isian Singkat, Uraian, dan Menjodohkan),  mencakupi tiga level kognitif (menemukan, memahami, dan mengevaluasi dan refleksi).

Ada enam level AKM Kelas (Kelas 1 sampai 12). Jumlah soal AKM Kelas Literasi Membaca Level 1, Level 2, Level 3 (jenjang SD)  sudah dirilis  Pusat Asesmen dan Pembelajaran 2020. Level 1 berjumlah 50 soal, Level 2 ada 45 soal, dan Level 3 berjumlah 59 soal. Asesmen tersebut terdiri atas konten teks fiksi dan teks informasi dengan melibatkan konteks personal, sosial budaya, dan saintifik. Tingkatan kognitif untuk setiap level AKM Kelas juga berbeda.

Menteri Pendidikan menyatakan bahwa pelaksanaan AKM tidak perlu dipersiapkan dengan melakukan pelatihan. Berdasarkan pengalaman, diprediksi siswa menghadapi  masalah menyongsong AKM. Siswa ada yang terbatas kemampuan mengoperasikan komputer. Siswa kemungkinan siswa kurang cermat mengerjakan soal beragam. Keraguan  siswa dalam menjawab secara singkat maupun uraian karena jawaban  maksimal 100 karakter. Peserta AKM Nasional yang terpilih merasa kurang beruntung karena siswa lainnya tidak perlu mengikuti program tersebut.

Permasalahan yang mungkin dihadapi siswa tersebut sebisa mungkin diatasi guru, dan dukungan orang tua.  Namun kemungkinan guru juga memiliki masalah.  Sampai hari ini ada guru yang menganggap bahwa AKM Literasi Membaca adalah tanggung jawab guru bahasa Indonesia, dan AKM Numerasi adalah tanggung jawab guru Matematika. Padahal AKM tanggung jawab semua guru. Fakta guru yang masih gaptek, belum terbiasa mengoperasikan komputer akan menjadi masalah ketika menyusun jenis soal beragam. Pemberian skor AKM juga sampai hari ini belum dikuasai guru karena terbatasnya informasi.

Menghadapi hal tersebut, tentu guru tidak boleh mati gaya. Harus siap memotivasi siswa agar mereka bersemangat. Ada dua hal utama yang dilakukan guru  sebagai berikut. Pertama, guru menggunakan berbagai strategi pembelajaran yang mendukung siswa menguasai indikator literasi. Kedua, guru membuat prediksi kisi-kisi asesmen dan latihan/try out asesmen berpedoman pada data website Pusat Asesmen dan Pembelajaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.  (*/aro)

Dosen PGSD Universitas Negeri Semarang (UNNES)

 

 


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya