Oleh: Aufa Abdillah Hanif, M.Psi
RADARSEMARANG.COM – Masih teringat jelas dalam benak setiap orang indoesia, apalagi pecinta komedian, DKI (Dono Kasino Indro), di antara mereka bertiga yang terkoplak adalah Dono dan kasino. Apakah komedian profesional memiliki ciri-ciri kepribadian yang berbeda dari orang lain? Salah satu kepercayaan populer adalah bahwa komedian cenderung depresi dan menyembunyikan disforia mereka di balik topeng kegembiraan yang dangkal.
Hasil penelitian Janus menunjukkan bahwa komedian cenderung cerdas, pemarah, curiga, dan depresi, mendukung pandangan populer tentang komedian sebagai orang yang pada umumnya tidak bahagia. Selain itu, komedian mmengalami penderitaan, isolasi, dan perasaan kekurangan di awal kehidupan mereka, dan mereka menggunakan humor sebagai pertahanan terhadap kecemasan, mengubah perasaan marah mereka yang ditekan dari fisik ke agresi verbal. Meski banyak pandangan awam, bahwa komedian itu santai, terbuka, dan baik-baik saja dengan hidupnya, sebaliknya, orang yang pendiam justru mempunyai misteri besar dan aneh.
Komedian lebih terbuka untuk pengalaman daripada rata-rata populasi. Mungkin keterbukaan terhadap pengalaman berhubungan dengan sejumlah sifat dan kecenderungan lain yang berfungsi sebagai anteseden kemampuan humor. Misalnya, orang yang memiliki keterbukaan yang tinggi terhadap pengalaman cenderung memiliki kecerdasan yang lebih tinggi, dan mereka cenderung untuk lebih terlibat dalam aktivitas kreatif.
Anehnya, para komedian juga ditemukan lebih tertutup daripada orang lain. Ini tampaknya bertentangan dengan persepsi umum bahwa komedian suka berteman dan suka bergaul. Mungkin persona panggung komedian tidak mencerminkan kepribadian mereka yang sebenarnya, mereka cenderung kurang ramah dan kurang suka berteman (cocok-cocokan) dalam kehidupan sehari-hari daripada saat mereka tampil di panggung. Seorang komedian atau orang yang humoris sangat rentan dengan gangguan bvipolar yang diricirikan sebagai berikut:
Pengalaman Tidak Biasa: pemikiran magis (magic) atau delusi, keyakinan pada peristiwa telepati dan paranormal, dan kecenderungan untuk mengalami penyimpangan persepsi (halusinasi). Disorganisasi Kognitif: kesulitan memfokuskan pikiran dan mudah dikerjani. Anhedonia Introvertif: Gangguan kemampuan untuk merasakan kesenangan sosial dan fisik, dan menghindari keintiman. Ketidaksesuaian Impulsif: kecenderungan untuk terlibat dalam perilaku impulsif dan antisosial, sering kali menunjukkan kurangnya pengendalian diri terkait suasana hati.
Komedian dan orang yang humoris justru menunjukkan tingkat psikotik yang tinggi. Hal ini karena sifat tidak ramah dan depresi dimanifestasikan ke sifat yang lebih ekstrovert, seperti manik (meledak-ledak) dan Impulsive Nonconformity yaitu efek kegagalan untuk menginternalisasi norma-norma sosial, kurangnya empati terhadap rasa sakit orang lain, menyerah pada dorongan dan kepuasan diri yang tidak terkendali.
Gaya humor diasosiasikan dengan banyak ciri kepribadian dan bakat di antara komedian profesional dan orang humoris pada umumnya. Komedian dan orang-orang yang humoris memiliki kecerdasan verbal dan kemampuan produksi humor yang lebih besar dibandingkan orang lain pada umumnya. Komedian dan orang yang humoris memiliki ciri kepribadian Lima Besar, yang menunjukkan bahwa gaya humor mencerminkan kepribadian mereka. Humor, selain menunjukkan kepribadian tertentu, juga mencirikan kecerdasan. Ini sangat berbeda dengan anggapan umum, bahwa seorang yang humoris memiliki kecerdasan rata-rata atau rendah. Jelas, bahwa humor sendiri menunjukkan kreativitas dan keunikan seseorang, di mana kreativitas adalah proses kognitiv.
Berikut ini adalah Sifat Kepribadian Model Lima Besar atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Big Five Personality Traits Model. Openness to Experience (terbuka terhadap hal baru). Karakteristik positif pada Individu yang memiliki dimensi ini cenderung lebih kreatif, Imajinatif, Intelektual, penasaran dan berpikiran luas. Conscientiousness (berhati-hati). Karakteristik ini cenderung lebih berhati-hati dalam melakukan suatu tindakan ataupun penuh pertimbangan dalam mengambil sebuah keputusan, disiplin diri yang tinggi dan dapat dipercaya, dapat diandalkan dan bertanggung jawab, tekun dan berorientasi pada pencapain.
Ekstraversi. Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kenyamanan berinteraksi dengan orang lain, senang bergaul, mudah bersosialisasi, hidup berkelompok dan tegas. Agreeableness (mudah akur/ bersepakat). Dimensi ini cenderung lebih patuh dengan individu lainnya dan memiliki kepribadian yang ingin menghindari konflik, kooperatif (dapat bekerjasama), penuh kepercayaan, hangat dan berhati lembut serta suka membantu. Neurotisme. Dimensi menecerminkan kemampuan seseorang dalam menahan tekanan atau stress, disebut dengan Stabilitas Emosional, yang dicirikan dengan cenderang tenang saat menghadapi masalah, percaya diri, memiliki pendirian yang teguh.
Komedian profesional dan orang yang humoris menunjukkan profil kepribadian yang unik dibanding orang pada umumnya. Mereka memiliki campuran unik dari ciri-ciri kepribadian yang tampaknya tidak sesuai. Mereka cenderung lebih cerdas secara verbal dan lebih terbuka untuk mengalami sesuatu, tetapi kurang teliti dibandingkan kebanyakan orang (ceroboh). Menariknya, mereka juga cenderung lebih tertutup, namun menunjukkan kecenderungan lebih mirip manik (meledak-ledak) daripada orang yang non komedia dan non humoris. (*)
Prodi Psikologi Islam, Fakukltas Dakwah IAIN Salatiga