28.4 C
Semarang
Monday, 23 June 2025

Ekonomi Jawa Tengah di Masa Pandemi

Artikel Lain

RADARSEMARAMNG.ID, PEREKONOMIAN triwulan 2 tahun 2020 menunjukkan perkembangan yang tidak menggembirakan. Ekonomi nasional dan Jawa Tengah mengalami penurunan khususnya sejak merebaknya pandemi Covid-19 pada Maret 2020. Pandemi Covid-19 yang meluas telah memukul hampir semua sektor perekonomian. Pada triwulan 2 ini, Jawa Tengah mengalami kontraksi secara year on year (yoy) sebesar 5,94 persen, di bawah ekonomi nasional yang berkontraksi sebesar 5,32 persen.

Di level nasional, pertumbuhan ekonomi triwulan 2 tahun 2020 ini menjadi yang terburuk sejak krisis 1998. Sepanjang tahun 1998, pertumbuhan Indonesia minus 16,5 persen. Sedangkan saat krisis global melanda pada triwulan 2 tahun 2008, Indonesia masih sanggup tumbuh 2,4 persen. Kemudian secara keseluruhan sepanjang tahun 2008, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 6,1 persen.

Pada tataran global, pandemi Covid-19 memberi dampak luar biasa pada pertumbuhan ekonomi di berbagai belahan dunia. Ratusan negara di dunia tengah menghadapi situasi ketidakpastian menghadapi krisis kesehatan yang juga sekaligus krisis ekonomi yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Tidak ada satu pun negara yang siap menghadapi krisis seperti ini, demikian yang disampaikan Presiden Joko Widodo dalam pidato kunci pada Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang digelar di Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (8/8/2020). Tiongkok yang mengalami pandemi sejak Januari 2020 tercatat mengalami kontraksi sebesar 6,8 persen. Pertumbuhan ekonomi Prancis -19 persen, India -18,9 persen, Inggris -17,9 persen, Uni Eropa -14,4 persen, Singapura -12,6 persen, Jerman -11,7 persen, Amerika Serikat -9,5 persen, dan Korea Selatan -2,59 persen. Di tengah terpuruknya ekonomi global, nasional dan regional, tampaknya pemerintah harus realistis menghadapi kondisi perekonomian untuk kemudian bangkit memulihkan keadaan.

Terdapat beberapa hal yang menarik untuk dicermati terkait perekonomian Jawa Tengah triwulan 2 ini. Walaupun pandemi Covid-19 baru memasuki Jawa Tengah pada pertengahan Maret 2020, dampaknya terasa di hampir seluruh sektor ekonomi. Jika dibandingkan dengan Triwulan 2-2019 (y-on-y), hampir semua sektor mengalami kontraksi pada triwulan 2 tahun 2020, kecuali sektor informasi dan komunikasi, jasa kesehatan dan kegiatan sosial, pertanian, pengadaan air dan pengelolaan sampah serta jasa keuangan dan asuransi. Dinyatakan kontraksi sebab sektor ekonomi tersebut tumbuh negatif. Di antara lima sektor yang tumbuh positif tersebut, hanya sektor informasi komunikasi dan jasa keuangan yang mengalami peningkatan secara y-on-y. Tiga sektor lainnya walaupun positif namun tumbuh melambat, sebab pertumbuhannya tidak sebesar triwulan yang sama pada tahun sebelumnya.

Kategori Informasi dan Komunikasi menjadi sektor yang menonjol. Pertumbuhannya pada triwulan ini bahkan lebih cepat dibandingkan triwulan I-2020 yang meningkat sebesar 11,27 persen. Percepatan pertumbuhan ini seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap paket data untuk menunjang pelaksanaan Work From Home (WFH) dan School From Home (SFH) serta agenda meeting yang dilakukan secara daring.

Kebijakan pemerintah untuk menekan penyebaran Covid-19 berupa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM), WFH dan SFH dirasakan oleh berbagai sektor, salah satunya sektor transportasi yang mengalami kontraksi terdalam yaitu sebesar -62,95 persen. Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri yang biasanya memicu peningkatan aktivitas ekonomi juga tidak dapat mendorong ekonomi Jawa Tengah karena terbatasnya kegiatan tradisi mudik. Hal ini sebagai dampak dari kebijakan larangan mudik dan pembatasan transportasi oleh Pemerintah Pusat dalam bentuk Peraturan Menteri Perhubungan nomor 25 tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi Selama Musim Mudik Idul Fitri 1441 H dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19.

Selain sektor informasi, sektor pertanian juga tumbuh positif walaupun melambat. Kondisi positif ini perlu ditingkatkan untuk mendukung perbaikan ekonomi di triwulan berikutnya. Beberapa langkah strategis dapat dilakukan antara lain dengan menjaga tingkat produktivitas sektor pertanian, mengamankan pasokan, menjaga kestabilan harga kebutuhan pokok dan memastikan kelancaran distribusi hasil produk pertanian. Industri yang menyerap banyak tenaga kerja perlu dijaga stabilitasnya, antara lain industri makanan dan minuman, tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki.
Dengan stabilitas kegiatan produksi yang terjaga, cash flow perusahaan akan lancar dan potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) akan dapat diminimalisir. Kegiatan produksi industri kimia dan farmasi perlu mendapat dukungan yang memadai karena industri ini berpotensi mengalami peningkatan produksi di masa pandemi.

Pandemi Covid-19 yang merebak pada Maret 2020, telah dirasakan oleh sektor industri Jawa Tengah sejak Februari 2020. Dampak kebijakan physical and social distancing menyusul dirasakan oleh hampir seluruh sektor baik dengan merumahkan, melakukan pemutusan hubungan kerja maupun tutup sementara. Melemahnya perekonomian sejak triwulan 1 tahun 2020 menunggu pergerakan nyata dari seluruh pelaku ekonomi. Dukungan seluruh komponen, kebijakan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat akan menentukan perekonomian Jawa Tengah ke depan. (bi1/ida)

Statistisi Muda BPS Provinsi Jawa Tengah


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya