RADARSEMARANG.COM – Cara efektif untuk menekan penularan COVID-19 selain meningkatkan daya tahan tubuh yang lebih utama melalui kebiasaan untuk meningkatkan kebersihan diri, olah raga teratur dan istirahat yang cukup. Selain pengetahuan yang memadai tentang COVID-19, upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan adalah dengan mempertahankan kebiasaan mendisiplinkan diri dan peduli terhadap faktor faktor yang dapat menyebabkan penularan itu sendiri. Upaya mendisiplinkan diri terhadap anjuran pencegahan ini sering disebut dengan karakter atau softskill.
Dewasa ini istilah softskill sering menjadi perbincangan, bahkan sudah menjadi keharusan untuk proses belajar mengajar kemampuan yang satu ini dapat ditanamkan pada peserta didik. Kemampuan ini memang tidak dapat diberikan secara langsung seperti layaknya transfer pengetahuan. Softskill diperlukan untuk mendukung hardskill atau keterampilan teknis yang telah didapatkan oleh seseorang saat mengikuti Pendidikan. Softskill mempunyai porsi besar dalam mendukung kesuksesan seseorang dalam memasuki dunia kerja. Mempunyai kemampuan hardskill yang baik, namun tidak didukung dengan kepribadian atau kemampuan softskill yang baikpun akan sia-sia saja. Softskill merupakan sesuatu yang sangat esensial dimiliki oleh seseorang, untuk mencapai kesuksesan. Softskill merupakan hal utama dipersiapkan bagi seorang peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi dirinya
Softskill adalah keterampilan kecakapan hidup baik untuk diri sendiri, berkelompok atau bermasyarakat yaitu berupa keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skill) maupun keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skill) agar mampu mengembangkan produktifitas kerja secara maksimal. Softskill merupakan kemampuan interpersonal yang harus dimiliki untuk mendukung kemampuan teknis dalam bidang atau profesi tertentu, seperti motivation skills, leadership skills, negotiation skills, presentation skills, communication skill, relationship building, public speaking skills, serta self-marketing skills. Kemampuan interpersonal ini bermanfaat bagi tercapainya kemampuan teknis individu dalam menjalankan suatu profesi, selain kemampuan interpersonal soft skill juga merupakan kemampuan intra personal seperti Time management, Stress management, Change management, Transforming beliefs, Transforming character, Creative thinking processes, Goal setting and life purpose, Acerelated learning technicques.
Softskill menjadi bangunan karakter dari seseorang. Karakter adalah kekuatan untuk bertahan dimasa-masa yang menyulitkan. Jika karakter sudah teruji dan solid maka karakter ini dikatakan baik. Karakter yang baik diketahui melalui respon yang benar ketika seseorang mengalami tekanan, tantangan, dan kesulitan. Karakter yang berkualitas adalah sebuah respon yang sudah teruji berkali-kali dan telah membuahkan hasil kemenangan.
Softskill berbeda dengan kepribadian dan temperamen. Kepribadian adalah respon seseorang atau disebut dengan etika yang ditunjukkan seseorang ketika berada ditengah-tengah orang banyak, seperti cara berpakaian, berjabat tangan, dan berjalan. Temperamen merupakan sifat dasar yang dipengaruhi oleh kode genetika seperti orang tua, kakek nenek dan kekek nenek buyut dari seseorang. Softskill adalah respon seseorang ketika menerima stimulus sehingga dapat mengelola kemampuan interpersonalnya seperti menolak atau menerima tanggung jawab, beradaptasi atau menarik diri, empati atau tidak peduli, mencermati atau menyepelekan, dan lain sebagainya. Bentuk respons itulah yang disebut softskill atau bangunan karakter.
Softskill terbentuk paling sedikit terdiri dari 5 hal yaitu: 1) Temperamen dasar seseorang yang dominant, yang dapat dilihat dari jenis kelamin, intim, stabil, cermat; 2) Keyakinan seseorang seperti apa yang dipercayai, paradigma; 3) Pendidikan yaitu apa yang diketahui seseorang, wawasan seseorang; 4) Motivasi hidup seseorang yang dirasakan dan semangat hidup; 5)Perjalanan yang telah dialami oleh seseorang, masa lalu seseorang, pola asuh, dan lingkungan. Softskill atau karakter dapat membawa keberhasilan yaitu empati (mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri), tahan uji (tetap tabah dan mengambil hikmah kehidupan, dengan cara bersyukur dalam keadaan apapun), dan beriman (percaya bahwa Tuhan terlibat dalam kehidupan seseorang). Pengambangan softskill atau karakter, diperlukan character coach atau character mentoring. Seseorang tidak dapat menumbuh kembangkan softskill secara sendiri, oleh karena itu memerlukan orang lain sebagai pembina, coach, mentor yang dapat mengarahkan dan memberitahukan kelemahan-kelemahan karakter seseorang
Bagaimana mengembangkan softskill dimasa pandemi COVID-19?
Di era pandemi seperti sekarang ini karakter seseorang seperti kemampuan beradaptasi, kemampuan pengendalian diri, kemampuan mengambil keputusan serta kedisiplinan diri sangat diperlukan dalam mengantisipasi penyebaran virus. Sangat diperlukan karakter / soft skill tersebut agar upaya yang telah dilakukan untuk menekan penyebaran virus dapat dicapai secara optimal.
Riset yang dilakukan penulis menunjukkkan softskill dapat dikembangkan melalui role model dari seseorang ke orang lain, melalui pesan yang diberikan secara berulang ulang dan berganti setiap kurun waktu tertentu. Softskill juga dapat ditanamkan sedini mungkin melalui penanaman budi pekerti sejak dini dan kebiasaan untuk dapat bersosialisasi menuularkan empati kepada orang lain. Di masa pandemi ini banyak kegiatan yang berdampak pada kegiatan bersifat individual dan harus dilakukan secara mandiri, menjadi tantangan bagi seorang individu untuk dapat menyelesaikan semua kebutuhan dan kegiataannya secara mandiri. Bagi mereka yang kreatif dan mempunyai kemampuan adaptasi yang baik maka hal tersebut tidaklah terasa berat namun tidak demikian dengan personal yang kemampuan adaptasinya kurang adekuat. Kondisi seperti sekarang ini sangat memerlukan kemampuan softskill yang lebih baik dari sebelumnya. Kondisi yang berat seperti sekarang ini, menjadikan pengalaman yang mestinya dapat menumbuhkan karakter atau softskill tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik. Softskill dapat ditumbuhkan melalui media pendidikan, melalui lingkungan pengasuhan dan pola asuh. Akankah kita masih berdiam diri tanpa menumbuhkan karakter “baik” setelah kita terdampak pandemi ini? Hanya mereka yang memiliki softskill yang baik sajalah yang mampu melewati masa sulit seperti sekarang ini. (*/bas)
Dosen Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang