31 C
Semarang
Wednesday, 16 April 2025

Pandemi dan Kesiapan Belajar Kita

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, INDONESIA merupakan salah satu dari banyak Negara di belahan dunia yang terdampak virus covid-19. Dengan adanya pandemi covid-19 ini, segala sector kehidupan mulai dari ekonomi sampai dengan sector pendidikan mendapatkan imbasnya. Terhitung mulai dari pertengahan bulan Maret 2020, semua sekolah mulai dari PAUD hingga Universitas menerapkan system Learn from Home (LFH) hingga penghapusan ujian nasional secara mendadak. Lalu apakah learn from home dapat diterapkan dengan baik oleh semua jenjang sekolah? Apa pula yang dihasilkan dengan system pembelajaran tersebut? Meningkatkah sumber daya manusia dalam hal teknologi informasi atau malah terkesan memberatkan bernagai pihak?

Sebenarnya jika ditelaah mengenai kurikulum yang digunakan untuk pembelajaran saat ini dimana menggunakan kurikulum 2013 yang tidak lain adalah perubahan atau revisi dari kurikulum 2006 atau yang biasa disebut dengan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 sebenarnya sangatlah cocok dengan pembelajaran jarak jauh atau learn from home ini. Dimana siswa tidak hanya dituntut dalam aspek pengetahuan saja namun siswa juga dituntut dalam aspek lain seperti aspek keterampilan, aspek sikap, dan perilaku sehingga siswa diharuskan untuk aktif dan kreatif dalam memperoleh informasi mengenai pengetahuan yang ingin dipelajari sehingga guru berperan sebagai fasilitator. Namun pada prakteknya hal ini sangat sulit diterapkan untuk sekolah – sekolah tingkat rendah di Indonesia, terutama yang berada di daerah pedesaan. Pembelajaran jarak jauh menjadi momok tersendiri bagi guru, siswa dan bahkan orang tua siswa. Terlebih dalam pelaksanaannya kebutuhan teknologi informasi sangatlah penting. Mempunyai telepon pintar atau bahkan laptop yang dapat mengakses internet agar selalu dapat terhubung dengan wali kelas.
Peran orang tua sangatlah penting disaat pembelajaran jarak jauh seperti ini, orang tua harus dapat memandu anak – anak mereka untuk dapat belajar dirumah dengan baik dan tertib. Namun kenyataannya tidak sedikit orang tua yang merasa terbebani bahkan merasa jengkel dengan adanya pembelajaran jarak jauh ini. Bahkan komplain secara terang – terangan tentang masalah pendidikan jarak jauh ini silih berganti berdatangan ke tingkat sekolah hingga pemerintah pusat. Complain mulai dari tidak tersedianya sarana dan prasarana yang mmemadahi seperti ponsel pintar yang kurang dalam hal spesifikasi, kuota internet hingga tingkat kesabaran orang tua dalam membantu anak mereka dalam belajar. Padahal sebenarnya jika kita ambil sisi positif dari kejadian ini, orang tua dapat mengerti bagaimana karakter anak yang sesungguhnya, bagaimana anak memahami pembelajaran, bagaimana sikap anak saat belajar dan yang pasti merasakkan menjadi guru sehingga sikap awareness terhadap tenaga pengajar pun meningkat. Jika ada orang tua berkata terlalu enak guru masa sekarang ini karena makan gaji buta kita orang tua yang pusing menjadi guru untuk anak, sebenarnya hal itu tidaklah benar, setiap hari harus berusaha menyiapkan materi pembelajaran untuk siswa, koreksi tugas siswa yang tiada henti karena tidak semua siswa mengumpulkan tepat pada waktunya, menangani complain orang tua dan laporan – laporan mengenai pembelajaran jarak jauh ini ke dinas pendidikan setempat.

Dari segi tenaga pendidikan, bisa dibilang masa – masa saat ini amatlah sangat membingungkan dikarenakan tidak semua tenaga pengajar melek dengan teknologi informasi. Namun dengan adanya pandemic ini mau tidak mau, suka tidak suka para tenaga kependidikan senior pun harus belajar bagaimana menggunakan teknologi informasi dengan baik. Walaupun memang dalam kurikulum 2013 siswa dituntut untuk aktif dan kreatif dalam mempelajari materi, namun alangkah baiknya jika guru tetap memberikan media pembelajaran yang menarik dan tidak hanya tugas dan tugas saja yang diberikan, karena teori juga cukup penting untuk menganalisis sesuatu. Walaupun memang seringkali guru memberikan materi pembelajaran yang menarik, namun masih saja banyak siswa yang tidak dapat mengaksesnya atau malah terkesn acuh tak acuh namun memang itu kendala yang harus dihadapi dan disiasati. Sebagai contoh seperti pemberitaan di Madura bahwa terdapat guru sekolah dasar yang rela untuk door to door untuk memastikan siswanya tetap belajar disaat pendemi seperti ini hal ini merupakan salah satu cara seorang guru untuk tetap memberikan fasiltas pembelajaran kepada siswa yang dirasa kurang mampu dalam segi sarana dan prasarana.

Dari pemerintah pusat sendiri juga sebaiknya memberikan ruang khusus untuk siswa sekolah agar dapat mengakses pembelajaran daring ini secara mudah dan tidak terlalu membutuhkan banyak kuota internet. Mungkin memang dengan adanya pembelajaran di televisi nasional yang diselenggarakan pemerintah sudah cukup baik namun saya rasa masih belum tepat sasaran mengenai kompetensi siswa yang akan dicapai. Sebaiknya tercipta laman yang dapat diakses dua arah oleh siswa dan guru sehingga dapat memudahkan tercapainya visi dan misi sekolah masing – masing. Walaupun dalam hal kuota internet, beberapa saat lalu mendikbud memberikan arahan bahwa dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) dapat digunakan untuk membeli kuota internet siswa, namun hal tersebut sebenarnya bukan solusi. Dikarenakan dana BOS sendiri selalu cair tidak tepat pada waktunya, terlebih biaya operasional sekolah juga harus tetap berjalan, seperti membeli buku mata pelajaran dan menggaji karyawan seperti guru tidak tetap dan pegawai tidak tetap. Terlebih di sekolah dasar yang mempunyai murid sedikit namun hanya mempunyai beberapa guru PSN saja, sehingga dana bos tersebut akan tidak cukup jika harus digunakan dalam pembelian pulsa seluruh siswa.
Berbicara mengenai hasil yang didapatkan dari pembelajaran jarak jauh memang dapat dikatakan bahwa kompetensi yang ingin dicapai tiap sekolah untuk mewujudkan visi dan misi sekolah sangatlah rendah. Dikarenakan guru condong ke tugas centered sehingga banyak materi yang tidak tersampaikan dengan baik. Terlebih banyak kendala dalam pembelajaran jarak jauh ini seperti tidak tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung seperti telepon pintar dan koneksi internet. Namun semua itu tetap bisa diatasi dengan kesadaran orang tua, kekreatifan guru dalam menyampaikan materi dan juga tindak tegas pemerintah yang harus bersinergi dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan jarak jauh ini. (*/bas)

Mahasiswa S2 Manajemen Pendidikan Unnes


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya