RADARSEMARANG.COM, – POLA hidup masyarakat sangat dipengaruhi oleh gaya hidup, antara lain pola makan, konsumsi makanan lemak jenuh berlebihan dan aktivitas sehari hari. Hal ini dapat memicu munculnya beberapa penyakit di antaranya penyakit kardiovaskuler.
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan dari seluruh kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM), 45 persennya disebabkan oleh Penyakit jantung dan pembuluh darah, yaitu 17.7 juta dari 39,5 juta kematian. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah semakin meningkat dari tahun ke tahun. Setidaknya, 15 dari 1000 orang, atau sekitar 2.784.064 individu di Indonesia menderita penyakit jantung. Di Indonesia dilaporkan Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab utama dan pertama dari seluruh kematian, yakni sebesar 26,4 persen, angka ini empat kali lebih tinggi dari angka kematian yang disebabkan oleh kanker (6 persen). Dengan kata lain, lebih kurang satu di antara empat orang yang meninggal di Indonesia adalah akibat PJK.
Penyakit jantung dan pembuluh darah akibat aterosklerosis sebagai penyebab kematian di Indonesia berkembang mencapai 5,1 persen dari seluruh kematian pada semua golongan usia dan meningkat menjadi 8,7 persen pada rentang usia 45–54 tahun, angka kejadian aterosklerosis pada pasien yang berusia lebih dari 40 tahun sebesar 17-40 persen. Aterosklerosis adalah penyebab tersering penyakit arteri koroner, penyakit arteri karotis, penyakit arteri perifer dan menjadi penyebab kematian terbesar.
Atherosclerosis atau aterosklerosis adalah penyempitan dan pengerasan pembuluh darah arteri akibat penumpukan plak pada dinding pembuluh darah. Kondisi ini merupakan penyebab umum penyakit jantung koroner (atherosclerosis heart disease).
PJK adalah gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan arteri koroner. Arteri adalah pembuluh darah pembawa oksigen serta nutrisi dari dan ke jantung juga ke seluruh organ lain. Tersumbatnya arteri akibat penumpukan plak lemak dan kolesterol akan menghambat aliran darah ke organ-organ tubuh termasuk jantung.
Konsumsi lemak berlebihan berkontribusi terhadap kejadian aterosklerosi karena menyebabkan Low Density Lipid (LDL) teroksidasi memicu timbulnya kelainan (disfungsi) lapisan pembuluh darah (endotel) dan proses inflamasi (peradangan) pembuluh darah. Aterosklerosis juga dipicu adanya stress oksidasi dan inflamasi sehingga terjadi proses kelainan (disfungsi) endotel pembuluh darah. Paramater baru penyebab aterosklerosis adalah stres oksidatif dan proses inflamasi.
Salah satu cara yang digunakan untuk mencegah atau mengatasi kejadian aterosklerosis adalah dengan cara mengoptimalkan bahan makanan yang mempunyai kandungan antioksidan. Ekstrak rebung bambu apus yang mampu menghambat stres oksidatif dan proses inflamasi pada kejadian aterosklerosis. Potensi rebung bambu dalam mencegah terjadinya aterosklerosis melalui penurunan stres oksidatif dan petanda inflamasi dalam proses aterosklerosis dengan para meter penurunan kadar malondialdehid (MDA) dan peningkatan kadar interleukin 10 (IL-10).
Penggunaan rebung atau tunas muda dari bambu sebagai obat anti inflamasi dan stres oksidasi telah lama digunakan secara luas di hampir seluruh negara di dunia. Ekstrak rebung bambu apus memiliki senyawa antioksidan yang bekerja sebagai penghambat peroksidasi lemak dan mengurangi pembentukan radikal bebas sehingga dapat dipergunakan sebagai anti inflamasi (anti peradangan) dan anti stress oksidasi pada proses aterosklerosis.
Efek anti inflamasi, kandungan antioksidan yang terkandung didalam rebung mampu bekerja sebagai penangkap oksigen bebas sehingga menghambat proses aterosklerosis. Kandungan flavonoid pada rebung juga memiliki peran sebagai anti inflamasi.
Sebuah penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh ekstrak rebung bambu apus dalam menurunkan kadar kadar MDA dan meningkatkan kadar kadar interleukin 10 (IL-10) pada kelinci New Zealand White yang diberi diet aterogenik selama 90 hari.
Penelitian dilakukan pada hewan coba 24 kelinci New Zealand White di laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada Jogjakarta.
Riset memberikan deskripsi pengaruh ekstrak rebung bambu apus terhadap stres oksidatif dan proses inflamasi yang merupakan parameter baru dalam proses aterosklerosis dengan menganalisis petanda stress oksidatif dan proses inflamasi seperti MDA, IL-17, IL-10, leukosit, ketebalan tunika intima dalam pembuluh darah dan jumlah sel busa pada arteri karotis kelinci. Melalui studi tersebut, dibuktikan bahwa pemberian ekstrak rebung bambu apus mampu mempengaruhi stres oksidatif dan proses inflamasi pada kelinci New Zealand White yang diberi diet aterogenik.
Status stress oksidatif dan status inflamasi dapat diturunkan atau dihambat dengan pemberian ekstrak rebung bambu apus sebesar 520 mg/KgBB/Hari. Status aterosklerosis dapat dihambat hanya dengan pemberian ekstrak rebung bambu apus sebesar 260 mg/KgBB/Hari. Ekstrak rebung bambu apus juga terbukti berpengaruh terhadap penurunan kadar malondialdehid (MDA) dan peningkatan kadar interleukin 10 (IL-10) pada kelinci New Zealand White yang diberi diet aterogenik. Pemberian ekstrak rebung dengan dosis 520 mg/kgBB mampu menurunkan kadar MDA sebesar 2,18 persen. Riset juga menunjukkan terjadi peningkatan kadar interleukin-10 setelah pemberian ekstrak rebung bambu apus dalam berbagai dosis, dengan demikian pemberian ekstrak rebung bambu apus mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kadar interleukin-10, semakin tinggi dosis pemberian ekstrak rebung bambu apus akan meningkatkan kadar interleukin-10 dalam darah (dose effect relationship).
Pemberian ekstrak rebung bambu apus dengan dosis 520 mg/kgBB/hari dapat digunakan sebagai upaya prevensi dalam menghambat proses inflamasi dan stres oksidasi pada aterosklerosis.
Temuan penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangan ilmu pengetahuan dengan memperhatikan manfaat ekstrak rebung bambu apus dalam mencegah atau mengatasi aterosklerosis. Ekstrak rebung bambu apus memiliki potensi yang besar pada kasus aterosklerosis pada hewan coba kelinci. Penelitian lebih lanjut yaitu uji toksisitas akut dan kronis perlu dilakukan sebelum dilanjutkan uji klinik (manusia) sehingga ekstrak rebung bambu apus dapat menjadi salah satu alternatif bahan obat tradisional yang terstandar atau menjadi obat herbal fitofarmaka. (*)
Dosen Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang