RADARSEMARANG.COM, PESONA wisata Indonesia yang memiliki keindahan alam dan budaya semakin melejit di mata dunia. Pada saat ini, bermunculan ribuan desa wisata sebagai destinasi wisata baru di berbagai daerah di Indonesia. Maraknya pengembangan desa wisata di tanah air menjadi daya tarik tersendiri pada sektor pariwisata Indonesia. Pengembangan desa wisata merupakan program yang dilaksanakan oleh pemerintah melalui sinergi antara Kementerian Pariwisata dan Kementerian Desa Pembanguan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Pembangunan baik dalam hal sarana dan prasarana maupun sumber daya manusia (SDM) menjadi sesuatu yang tidak bisa dielakkan. Homestay bagi para wisatawan mulai bermunculan, pembangunan jalan dan balai pertunjukan pun sudah dilakukan. Lalu, bagaimana dengan peningkatan sumber daya manusia? Apa yang harus ditingkatkan untuk semakin memajukan desa wisata ini?
Sumber daya manusia harus menjadi perhatian dalam pengembangan desa wisata karena munculnya berbagai desa wisata. Tidak hanya memacu geliat ekonomi pada level pedesaan, akan tetapi membawa efek-efek sosial yang positif. Salah satunya adalah meningkatnya motivasi warga desa untuk belajar berbahasa Inggris.
Warga desa wisata menyadari bahwa desanya telah menjadi bagian dari industri pariwisata nasional. Karenanya, kesadaran akan kemampuan berbahasa Inggris sangat penting untuk meningkatkan komunikasi dengan wisatawan. Jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung di desa wisata kembali menunjukkan bahwa desa wisata ini bukanlah kekuatan pariwisata yang bisa dianggap remeh atau dalam bahasa gaul saat ini disebut dengan kaleng-kaleng. Desa wisata mampu menjadi kekuatan untuk membuat pariwisata Indonesia semakin tersohor di penjuru dunia.
Sudah seharusnya seluruh elemen memberi perhatian kepada perkembangan desa wisata. Banyak aspek yang dapat menjadi media agar konsep desa wisata tidak hanya menguntungkan secara ekonomis, akan tetapi juga meningkatkan kemampuan warga. Salah satu program yang dapat dilakukan adalah pengembangan kemampuan bahasa Inggris warga melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang berkelanjutan.
Masyarakat di desa wisata ini perlu secara intensif diberikan pelatihan bahasa Inggris untuk pariwisata. Mereka tidak boleh terperangkap dalam mempelajari bahasa Inggris pada tataran grammar, sehingga tidak mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka butuh latihan dalam konteks pariwisata yang didasarkan pada kebutuhan mereka. Wisatawan mancanegara akan lebih nyaman bila penduduk mampu berbahasa Inggris, sehingga tidak terkendala komunikasi.
Kemampuan menguasai bahasa Inggris tidak dapat dipungkiri akan mendukung industri pariwisata dan mimpi besar masyarakat desa wisata untuk terdengar di mancanegara menjadi lebih mungkin untuk direngkuh. Seperti yang diungkapkan oleh Frank Smith yang merupakan seorang psycholinguist ternama bahwa One language sets you in a corridor for life. Two languages open every door along the way.
Menguasai lebih dari satu bahasa merupakan sebuah kebutuhan dan bahasa Inggris akan membuat lebih banyak kesempatan terbuka bagi masyarakat desa wisata dalam memajukan pariwisata di desa ini. Dengan semakin, banyaknya wisatawan domestik dan mancanegara yang datang ke desa wisata, akan mendorong roda perekonomian di desa tersebut berputar dengan lebih cepat menuju ke arah kesejahteraan dan kemapanan ekonomi. (*/ida)
Dosen Program Studi Sastra Inggris Fakultas Bahasa dan Ilmu Komunikasi Unissula