RADARSEMARANG.COM, PENYAKIT berbasis lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit. Penyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan hingga saat ini. ISPA, dan diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan selalu masuk dalam 10 besar penyakt di hampir seluruh Puskesmas di Indonesia.
Jenis penyakit berbasis lingkungan yang pertama disebabkan oleh virus seperti ISPA, TBC paru, Diare, Polio, Campak, dan Kecacingan. Kedua disebabkan oleh binatang seperti Flu burung, Pes, Anthrax. Ketiga disebabkan oleh vektor nyamuk diantanya DBD, Chikungunya dan Malaria. Penyakit-penyakit tersebut dapat dicegah dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif, meningkatkan kebutuhan sanitasi serta meningkatkan penyediaan akses sanitasi.
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait pembangunan kesehatan, khususnya bidang, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Berdasarkan data yang dirilis oleh sekretariat STBM, hingga 2015 sebanyak 62 juta atau 53% penduduk perdesaan masih belum memiliki akses terhadap sanitasi yang layak. 34 juta diantaranya masih melakukan praktik buang air besar sembarangan. Diperlukan percepatan 400% untuk mencapai target Indonesia stop buang air besar sembarangan (SBS) pada tahun 2019.
STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) merupakan sebuah pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Untuk dapat mencapi tujuan tersebut, strategi penyelenggaraan STBM fokus pada penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment), peningkatan kebutuhan sanitasi (demand creation) serta peningkatan penyediaan akses sanitasi (supply improvement).
Keadaan higiene dan sanitasi khususnya kebiasaan buang air sembarangan dan tidak cuci tangan pakai sabun terbukti berpengaruh terhadap penularan penyakit. Penyelenggaraan STBM bertujuan untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pendekatan STBM melalui 5 pilar yaitu: Stop Buang Air Besar Sembarangan. Cuci Tangan Pakai Sabun. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga. Pengamanan Sampah Rumah Tangga; dan Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga, melalui penyuluhan dan praktek, serta pelatihan dan pendampingan.
Bentuk kegiatan dalam meningkatkan higiene sanitasi dengan memberikan penyuluhan tentang dampak buang air sembarangan, pembuangan sampah, pengelolaan air minum, dan pengamanan limbah cair serta praktek cuci tangan dengan 6 langkah kepada seluruh masyarakat termasuk anak-anak
Dengan hidup sehat, maka akan terhindar dari berbagai macam penyakit. Kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan merupakan investasi bagi pembangunan, utamanya dalam pembangunan kesehatan lingkungan. Masalah sanitasi dan akses jamban sehat menjadi faktor penting dalam mencapai tujuan hidup sehat
Berdasarkan data yang dirilis oleh sekretariat STBM, hingga 2015 sebanyak 62 juta atau 53% penduduk perdesaan masih belum memiliki akses terhadap sanitasi yang layak. 34 juta diantaranya masih melakukan praktik buang air besar sembarangan. Diperlukan percepatan 400% untuk mencapai target Indonesia stop buang air besar sembarangan (SBS) pada tahun 2019.
Peran serta perguruan tinggi untuk berpartisipasi dalam mensukseskan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat mnejadi penting. Seperti yang dilakukan oleh tim Fakultas Kedokteran Unissula dari bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat pada tanggal 8 September 2019. Dengan mengadakan pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan penyakit berbasis lingkungan.
Tim terdiri dari: Dr Siti Thomas Zulaikhah SKM MKes, selaku kepala bagian IKM-FK, Dr dr Joko Wahyu Wibowo Mkes, dr M Ulil Fuad MKes, dan Drs Purwito S MKes mengadakan pengabdian masyarakat di Balai Desa Gaji, Kecamatan Guntur, Demak. (*/zal)
Dosen Fakultas Kedokteran Unissula Semarang.