RADARSEMARANG.COM, Semarang – Pola pertanian terintegrasi di lahan perkotaan menjadi unggulan RW 04 Kelurahan Karangtempel, Kecamatan Semarang Timur. Peserta kategori Kampung Urban Farming ini menggabungkan pertanian dengan peternakan ikan dalam bioflok. Yang menarik, sistem ini tidak meninggalkan limbah.
Kegiatan bercocok tanam ini bermula dari hobi ibu-ibu RW 04 berkebun di halaman rumah yang terbatas. “Kemudian dibentuk lah kelompok wanita tani (KWT) oleh kelurahan dengan pembinaan dari Dinas Pertanian Kota Semarang,” kata Lurah Karangtempel Suharyati.
Pada saat itu program yang menonjol adalah hidroponik sayuran dan tanaman buah tin. Pada 2018, RW 04 ditetapkan sebagai Kampung Tematik Daun Tin. Produk yang dihasilkan berupa teh daun tin, teh daun kelor dan teh daun rosela.
“Perkembangan selanjutnya, KWT berubah menjadi Kelompok Tani (KT) karena anggotanya tidak hanya ibu-ibu tapi juga ada bapak-bapak,” tambah Ketua RT 08 RW 04 Kelurahan Karangtempel Tedjo Laksono Purwanto.
Untuk sistem pertaniannya pun berkembang menjadi Integrated Farming Zero Waste yaitu mengintegrasikan antara pertanian dengan peternakan ikan dalam bioflok. Air kolam ikan adalah pupuk organik yang baik untuk tanaman buah dan sayuran yang dibudidayakan warga.
Dalam sistem ini tidak ada air yang terbuang. Air untuk kolam ikan diambil dari sumur. Sementara limbah air kolam dipakai untuk menyiram tanaman buah dan sayuran.
Sampah daun pohon berkayu diolah dengan komposter menjadi pupuk organik untuk tanaman buah dan sayur. Sedangkan limbah sayuran dan buah dipakai sebagai makanan magot.
Panen magot digunakan untuk pakan ikan dan burung. Limbah magot dipakai sebagai media tanam sayuran. “Dalam sistem integrated farming ini tidak ada limbah yang terbuang,” katanya. (ton)