RADARSEMARANG.COM, SEMARANG BARAT – Kelurahan Krapyak Kecamatan Semarang Barat siap mengikuti Lomba Kampung Hebat 2019-2020. Mengikuti kategori Kampung Pancasila, RW 4 selaku perwakilan yang terpilih siap menunjukkan kerukunan umat bersebagai senjata utama memenangi lomba tersebut.
Ketua RW 4 Kelurahan Krapyak Hary Sutrisno menuturkan, kampungnya memang memiliki tingkat kerukunan umat beragama yang tinggi. Di kampung tersebut terdapat lima tempat ibadah untuk tiga agama berbeda. Dan semuanya dapat menjalankan ibadah dengan damai dan aman tanpa mereasa terganggu dengan lingkungan sekitar.
“Di RW 4 banyak rumah ibadah yang berdiri. Ada Masjid Nasional, Masjid LDII, Gereja Katolik St. Ignatius, Gereja Kristen Jawa dan Musala,” ujarnya.
Ia menambahkan, setiap kegiatan keagamaan yang diselenggarakan, warga akan gotong royong untuk membantu menyukseskan acara tersebut. Misal saja saat Lebaran warga Kristen dan Katolik akan saling bersilaturahmi ke tetangga muslim yang merayakan. Begitu pula saat Natal. Warga muslim akan bersama-sama mengatur arus lalu lintas menuju gereja.
Semua dilakukan atas dasar saling menghormati dan menghargai perbedaan. “Kami juga memiliki Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang dapat menjembatani untuk komunikasi umat beragama yang ada di kelurahan Krapyak,” lanjutnya.
Hary melanjutkan, kampungnya juga rutin mengadakan Grebek Subali tiap bulan Agustus yang diikuti seluruh warga tanpa mempedulikan agama dan perbedaan yang ada.
Mereka akan menampilkan karya seni dan kebudayaan yang berbeda. Hal tersebut sekaligus untuk membuktikan bahwa prinsip kebhinekaan dapat diterapkan dan memperkuat persatuan bangsa. Pihaknya juga selalu menerapkan musyawarah mufakat dalam setiap pengambilan keputusan sesuai dengan nilai Pancasila. Seperti halnya pemilihan ketua RW dan RT.
“Sebisa mungkin kalau urusan kampung kita selalu musyawarah mufakat. Jadi warga bisa menyalurkan pendapatnya secara fair dan terbuka,” katanya.
Kerukunan yang ada saat ini diharapkan masih dapat bertahan hingga puluhan tahun ke depan. Sehingga warga yang tinggal di kelurahannya dapat hidup damai, tentram dan selaras meskipun ada keberagaman di sekitar mereka.
“Ya ini semua untuk anak cucu kita. Jangan sampai yang kita rasakan saat ini, tidak dapat mereka nikmati 20 atau 30 tahun kedepan,” jelasnya. (akm/ton)