RADARSEMARANG.COM, SEMARANG – Kelurahan Purwoyoso, Kecamatan Ngaliyan mulai menggarap website untuk memperkenalkan potensinya. Website ini untuk mendukung Lomba Kampung Hebat 2019-2020 kategori Kampung Pintar.
Purwoyoso memiliki berbagai prestasi di bidang lingkungan. Siapa yang tidak tahu Proklim Purwokeling BPI. Mereka juga baru saja memperoleh penghargaan tingkat provinsi Sabtu (30/11) lalu. Berada di RW 10, penghargaan itu diberikan sebagai Lokasi Program Kampung Iklim Kategori Utama.
“Tentu kami sangat bangga dan berkomitmen bersama warga BPI. Artinya kemajuan lingkungan hijau kami ditunjang kemajuan bermasyarakat berbasis IT,” ujar Patrick Bagus Yudhistira, Lurah Purwoyoso kepada wartawan RADARSEMARANG.COM Riyan Fadli.
Menurutnya, penghargaan itu berawal dari kerja keras masyarakat. Tahun lalu Purwoyoso memperoleh gelar juara Lomba Kampung Hebat di kategori Kampung Bersih dan Hijau. Kali ini, kategori berbeda yang didaftarkan. Ia menginginkan peningkatan di bidang digital, melalui website mandiri.
“Target kami dalam 3 tahun ke depan, kampung BPI ini bisa dikunjungi oleh WHO, PBB untuk percontohan dunia di bidang lingkungan,” ujarnya.
Website itu dirancang untuk menginfokan berbagai keunggulan Kelurahan Purwoyoso. Terutama berbagai program lingkungan yang telah dilaksanakan RW 10. Fitur di dalamnya tentu belum bisa di umbar ke publik. Baru akan di-launching akhir tahun ini. Karena masih dalam tahap pembuatan oleh pemuda di sana.
“Misalnya dalam pengelolaan bank sampah, penjualan sampah bisa lewat website. Juga banyak info-info lingkungan yang akan terlink dengan web nasional terkait potensi BPI itu sendiri, dll,” tuturnya.
Salah satu program lingkungan yang akan akan banyak dimunculkan adalah pengolahan plastik bekas. Saat berkunjung ke Balai RW 10, RADARSEMARANG.COM melihat secara langsung bagaimana plastik bekas itu diolah. Satu set sofa ecobrick, itu yang perama kali koran ini lihat.
“Sayang kalau plastik ini mengotori bumi. Plastik ini memakan waktu ratusan tahun untuk terurai. Kalau dibakar dan terkena panas akan mengeluarkan dioksin yang berbahaya bagi tubuh,” tutur Hadi.
Satu set sofa ecobrick yang ada di balai RW itu, kalau dibongkar plastiknya bisa memenuhi satu ruangan di sana. Bahkan, dua orang dewasa perlu tenaga ekstra untuk mengangkat satu sofa itu. Totalitas, koran ini juga praktik membuat satu ecobrick. Butuh teknik khusus untuk memadatkan plastik dalam botol, koran ini hanya berhasil memadatkan 1/3 plastik saja.
“Saya sama istri saya juga biasa jalan sampai Lapangan Ngaliyan hanya untuk memungut plastik di jalan. Selama masih ada sampah plastik kami akan tetap membuat ecobrick,” ujarnya.
Selain itu, di RW 10 ada berbagai potensi pengelolaan lingkungan yang akan di buat menjadi artikel. Semua akan dimasukkan dalam website. Mulai dari penghijauan, adanya berbagai tanaman di setiap rumah warga, hingga bangunan hijau yang sedang dibangun. Hal itu dijelaskan Eko Gustiani Wardani Pramukawati, salah satu pengurus Proklim Purwokeling BPI.
“Banungan ini tidak ada yang tau kalau bangunan hijau, terbuat dari kotoran sapi, jerami, lempung juga ecobrick sebagai pengganti batu bata. Di perumahan BPI ini juga ada yang tidak percaya kalau kami punya kebun singkong,” ujarnya, sembari menunjukkan bangunan kecil bakal taman ecobrick di sebelah Balai Kelurahan.
Guna menunjan Kampung Pintar, RW 10 juga memanfaatkan sosial media untuk menunjukkan potensinya. Mulai dari Instagram hingga Youtube. Sekecil apapun perlombaan itu, Eko menginginkan RW 10 bisa memperoleh gelar juara. (yan/zal)