RADARSEMARANG.COM, SEMARANG – Kelurahan Cepoko, Kecamatan Gunungpati, memiliki keunggulan di berbagai bidang. Namun dalam lomba Kampung Hebat 2019-2020 kali ini, menunjuk wilayah RW 3. Salah satu wilayah yang dianggap jauh dari perkotaan.
Lurah Cepoko, Yudhik Relawanti mengakui wilayah RW 3 selama ini dianggap masih terisolir. Alasan menunjuk wilayah tersebut dalam lomba Kampung Hebat, agar dapat mengikuti perkembangan wilayah lain.
“Kita mengambil kampung yang paling terisolir agar dapat berkembang bersama kampung lainnya. Di sana warganya rata-rata berpendidikan rendah. Tapi mereka sregep, mengurus kampunya,” ujar Yudhik Relawanti kepada RADARSEMARANG.COM.
RW 3 telah ditunjuk untuk mewakili kategori Kampung Bersih, Hijau dan Sehat. Sepanjang pengamatan RADARSEMARANG.COM, pada wilayah tersebut dikaruniai keindahan alam yang luar biasa. Areal sawah terasering khas pegunungan menjadi pemandangan dominan saat memasuki RW 3.
Wilayah RW 3 berada jauh dari pusat pemerintahan Kelurahan Cepoko. Bisa dikatakan terisolir, karena untuk menuju RW 3, jalan yang dilalui harus memutar melewati Kelurahan Gunungpati. Gapura sederhana dikelilingi berbagai macam tanaman hias yang masih cukup hijau akan menyambut siapa saja yang berkunjung. “Di RW 3 ini ada banyak penghijauan, hidroponik, aquaponik,” tuturnya.
Menurutnya, warga RW 3 terkenal guyub. Walaupun terbilang sebagai daerah tertinggal, Lurah Cepoko optimistis bisa menjuarai Lomba Kampung Hebat. Alasannya, karena penghijauan dan kebersihan di RW 3 sangat merata.
“Masyarakat rata-rata pekerjaannya bercocoktanam, dan berternak sapi pedaging. Dari geografisnya, RW 3 itu letaknnya berjauhan tiap RT-nya. Ada tiga dukuh dalam satu RW itu. Tapi untuk penghijauan dan kebersiah di sana sangat merata.” tuturnya.
Ranah kebersihan juga mendapat sorotan Lurah Cepoko, menurutnya warga di sana juga memiliki sentra pengolahan sampah yang bagus. Hal itu terlihat dari adanya tong sampah di tiap rumah warga. Dipisahkan antara sampah organik dan anorganik.
“Di sini ada bank sampahnya juga, namanya melati putih. Pupuk organik yang dikumpulkan diolah untuk menjadi kompos dan dijual per kemasannya seharga Rp 5.000. Yang non organik dijadikan barang daur ulang, seperti handuk bekas dibuat pot bunga, sampah plastik dibikin fas bunga dll,” ucap Yudik.
Hal senada dikatakan Ketua PKK RW 3, Istiyawati. Warga telah terbiasa mengurus kampungnya sendiri, hingga masyarakat yang aktif dalam kerja bakti. “Di sini kelebihanya kan warganya guyub rukun. Dari karang taruna, pak RT, masyarakat, juga ibu-ibu PKK. Semua mau mengurus kampungnya. Kita juga sering melakukan kerja bakti rutin tiap bulannya. Biasanya ibu-ibu motongin rumput, bapak-bapak bersihin selokan-selokan, yang ngecat itu karangtaruna,” ujarnya.
Menurutnya, masyarakat mengerjakan sendiri segala macam benda yang memperindah kampungnya. Mulai dari pot bunga yang terbuat dari berbagai macam limbah, seperti handuk, kaleng bekas cat, bann bekas dan lain-lain.
“Di sini setiap rumah ada tanaman buah, seluruh kampung terlihat rindang. Bisa jadi seperti karena yang aktif memang dari remaja. Tong sampah ini juga yang buat para remaja. Mereka mengecat dan merakit sendiri besi-besi penyangga tong sampah ini,” ujar Istiyawati.
Ia juga menambahkan, warga RW 3 sangat antusias menyambut Lomba Kampung Hebat tersebut. Persiapan untuk lomba itu juga tinggal melanjutkan program-program yang telah ada.
“Masyarakat di sini senang menyambut Lomba Kampung Hebat. Kami tinggal melanjutkan apa yang sudah ada saja. Tidak perlu mempersiapkan semuanya dari nol,” imbuhnya. (cr3/zal)