RADARSEMARANG.COM – Lembaga Pemasyarakatan (lapas) harus dikembalikan sebagaimana fungsi dan cita-citanya. Yakni untuk mendidik dan membina warga binaan pemasyarakatan (WBP). Lapas tidak sekedar penjara yang mengurung seseorang yang telah diputus salah oleh hukum.
Itulah semangat yang dibangun Kepala Lapas Terbuka Kelas IIB Kendal Rusdedy A.Md.IP SH M.Si. Rusdedy adalah salah satu penerima Penghargaan Anugerah RADARSEMARANG.COM Award 2022. Yakni penghargaan Inovasi Pembinaan Lapas Produktif Wujudkan Kemandirian WBP.
Bagi Rusdedy, bekerja di Lapas adalah pekerjaan mulia. Yakni untuk memberikan pembinaan mental dan spiritual kepada WBP supaya hidup lebih baik. Pembinaan inilah yang menurutnya menjadi dasar pemasyarakatan. Supaya para narapidana (napi) ini sadar untuk hidup lebih baik sehingga tidak kembali ke dalam lapas. “Supaya mereka (napi, Red) tidak lagi mengulangi kesalahannya, syukur-syukur dari lapas mereka bisa hidup sukses,” katanya.
Ikhtiar yang dilakukannya sebagai pembina pemasyarakatan adalah memberikan teladan dan kebiasaan baik kepada para napi. Caranya dengan membentuk sistem lapas yang baik. Utamanya mengajarkan kebiasaan-kebiasan baik dan kemandirian hidup.
“Karakter napi yang tidak baik, dengan sistem pembinaan yang baik, paling tidak bisa mengikis kebiasaan jahat atau tidak baik. Pembinaan seperti ini kami ulang dan ajarkan setiap hari, sehingga bisa membudaya dan menjadi kebiasaan hidup seluruh WBP,” jelasnya.
Contoh kecil dari kebiasaan ibadah. Bagi umat Islam, misalkan ibadah salat wajib lima waktu. Ia mengajarkan dan melatih para napi setiap hari untuk berjamaah. Sehingga ketika ada satu WBP yang tidak salat, maka akan merasa malu. “Karena semua teman-temannya salat,” akunya.
Rusdedy mengutip dari catatan Prof Yusril Ihza Mahendra, sebagai tokoh inspirasinya. Dimana ‘orang baik akan menjadi jahat jika berada di sistem lingkungan yang dipenuhi keburukan. Sebaliknya, orang jahat akan menjadi baik ketika berada di sistem dan lingkungan yang mendukungnya untuk menjadi orang baik’.
“Saya berkeyakinan, setiap orang itu secara fitrahnya baik. Hanya lingkungan yang kadang kurang mendukungnya. Sehingga orang tersebut berperilaku jahat atau buruk. Maka lapas sedianya menjadi tempat yang baik supaya dapat membina para WBP ini,” tegasnya.
Makanya, dimanapun ia bertugas, sebisa mungkin membentuk sistem lapas yang bersih dari segala bentuk kejahatan dan perilaku yang tidak baik. “Jadi napi yang masuk itu brutal, suka berkata kotor, perlahan dengan pembinaan bisa menjadi baik,” imbuhnya.
Tapi diakuinya, setiap napi butuh pembinaan dan perhatian secara khusus dan individu. “Mereka harus diberikan perhatian dan apresiasi ketika berbuat baik, menjalankan sistem di lapas secara baik,” imbuhnya.
Di Lapas Terbuka Kelas IIB Kendal, tidak hanya kebiasaan baik saja, tapi juga menyiapkan para napi agar bisa mandiri. Terutama dalam hal ekonomi. Terlebih dengan adanya diluncurkannya Lapas Terbuka Kelas IIB Kendal sebagai Lapas Produktif .
Banyak program yang telah ia lakukan. Mulai dari pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan hingga pelatihan barista. Para napi diajari bekerja, bersosial, dan bermasyarakat. “Sehingga ketika keluar, mereka sudah punya skil untuk mandiri dan diterima oleh keluarga dan masyarakat sekitarnya,” tuturnya.
Konsep Lapas Produktif ini, tidak seperti lapas umum. Dimana napi dikurung atau dipenjara. Sebaliknya di Lapas Terbuka Kendal, para napi bebas berkegiatan. “Kami ajari cara mengolah lahan pertanian maupun perkebunan, cara bercocok tanam, merawat tanaman hingga memanen dan hasilnya mereka nikmati sendiri,” jelasnya.
Tersedia lahan seluas 107 hektare. Dari luas lahan tersebut, 56 hektare area tambak (perikanan), 35 hektare area pertanian, perkebunan dan peternakan. Sisanya 16 hektare adalah lahan bangunan dan area perkantoran.
Selama ini lahannya dimanfaatkan untuk berbagai macam jenis pertanian seperti sayur-sayuran, padi dan jagung. Pun area perkebunan, dimanfaatkan untuk tanaman mangga, pisang dan jenis tanaman buah lainnya.
Sedangkan untuk peternakan para napi diajari untuk beternak ayam petelur, beternak sapi, kambing dan sebagainya. “Semua kami kelola dengan pihak ketiga sebagai penyedia bibit dan pupuk. Dibantu petani dari masyarakat sekitar untuk membantu para napi bertani dan beternak,” paparnya.
Diakuinya, banyak napi jebolan Lapas Terbuka Kelas IIB Kendal yang sekarang mandiri. Ada yang bertani di kampung halamannya, membuka usaha dagang. “Bahkan ada yang sudah sukses menjadi bos peternak kambing juga ada. Karena setiap napi yang bebas dari lapas ini kami pantau,” pungkasnya. (bud/ida)