RADARSEMARANG.COM, Wonosobo – Nama Choirul Anwar tidaklah asing di telinga warga Wonosobo. Ia merupakan satu dari sekian pengusaha muda yang sepak terjangnya patut menjadi inspirasi. Pria kelahiran Wonosobo, 2 Januari 1990 ini akrab disapa Awang.
Sekarang menjadi Ketua Hipmi Kabupaten Wonosobo. Sejak usia belia suami dari Desy Swaska Putri tersebut telah tertarik dunia bisnis. Meskipun awalnya hanya membantu orang tuanya. Awang kecil tumbuh sebagai pedagang keliling.
“Awal mulai kenal dunia usaha kelas 5 atau 6 SD. Ikut Pakde saya jualan teh yang dititipkan di warung. Kalau libur sekolah, ikut membantu jualan jamu milik orang tua keliling kampung,” ujarnya mengenang masa lalunya.
Ia mengaku munculnya jiwa usahawan banyak dipengaruhi ayahnya yang saat itu menjadi pengusaha kayu di Desa Gondang, Kecamatan Watumalang. Semakin dewasa usianya, minat untuk berwira usaha terus berkembang.
Misalnya saat memasuki tahun 2003. Ketika duduk di kelas 2 MTs Ma’arif Gondang, ia berpikir harus menabung. Maka setiap uang saku yang diterimanya, khusus di hari Senin dan Kamis ia tabung.
“Hasil selama dua tahun saya menabung itu mencapai Rp 952 ribu . Uang tabungan itu saya belikan dua ekor kambing betina yang masih kecil seharga Rp 850 ribu,” katanya.
Lantas, Awang melanjutkan sekolah di SMAN 1 Wonosobo. Lantaran ingin fokus belajar dan banyak kegiatan saat di sekolah tersebut, usahanya sempat terhenti beberapa tahun.
Usaha yang dirintis pertama kali saat kuliah di Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung, program D1 Teknologi Manufaktur. Ia mulai belajar tentang industri tekstil terutama di bidang garmen. Bersama satu temannya membentuk usaha bernama Indobaso.
“Namun karena ayah saya saat itu sakit keras di rumah, pendidikan dan usaha saya di Bandung tak bisa dilanjutkan. Saya harus pulang ke rumah,” katanya saat menjelaskan lika-liku perjalanan hidupnya.
Sekembalinya dari Bandung, tahun 2008-2012, menurutnya adalah masa-masa tersulit dalam hidupnya. Hampir setiap jenis usaha pernah dilakoni. Mulai dari peternak kambing, penjual mi ongklok, sales mobil, makelar sepeda motor lelang, penjual kaus. Juga toko bangunan, penyedia pupuk bersubsidi, pedagang kelontong, Bahkan sampai penjual tanah kavling pernah ia lakukan. Jatuh bangun dalam hidupnya benar-benar dirasakan. Namun ayah dari Muhammad Jeihan Al Fah dan Muhammad Enzo Ibrahim ini tak mengenal kata putus asa.
“Dari sekian banyak yang pernah saya lalui itu, yang sampai sekarang masih bertahan itu hanya beberapa saja. Toko bangunan, dan pupuk bersubsidi. Sisanya husnul khatimah,” kelakarnya.
Namun ketika usianya memasuki 25 tahun, bisnis yang hingga saat ini menjadi aset terbesarnya mulai terbentuk. Yakni usaha laundry di Desa Gondang, Watumalang bersama istrinya. “Saya sebelumnya tidak mengerti bagaimana usaha ini berjalan. Yang saya tahu, dari sisi ekonomi itu ada peluang yang cukup bagus,” tambahnya.
Dengan perhitungan yang tepat, akhirnya bisnis laundry itu mulai menampakkan hasil. Tahun demi tahun berlalu, saat ini bisnis utamanya yang diberi nama Amazon Laundry itu menjadi yang terbesar di Wonosobo. Dengan omset per bulan mencapai puluhan juta rupiah. Disusul berbagai bisnis yang mengikutinya yang terus berkembang. Mulai dari bisnis rental springbed, cuci kendaraan, dan rental koper.
Menurutnya bisnis-bisnis tersebut masih diintegrasikan dengan bisnis laundry yang dikelolanya. Saat ini ia bertekad masih akan terus menambah daftar bisnis yang masuk dalam incarannya.
“Saya mulai merambah dunia tekstil sekarang. Dengan membuat kaus yang memang memiliki delivery value. Saya tidak hanya ingin bisnis oriented, tapi syukur bisa memasukkan nilai-nilai kehidupan di sana,” ungkap putera pasangan H. Sunardi dan Sunarti ini.
Usianya masih 35 tahun. Kreativitas, kerja keras dan dedikasinya untuk terus berjuang dalam dunia usaha begitu besar. Tak heran bila ia mendapatkan Anugerah RADARSEMARANG.COM 2021 sebagai sebagai sosok pengusaha muda inspiratif. (git/lis)