Seperti itu juga pendapat Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Kementerian Kesehatan Akhmad Saikhu.
Ia tak sependapat jika tanaman Bajakah disebut sebagai obat penyembuh kanker. Sebab, perlu ada penelitian lebih lanjut.
”Jadi masyarakat jangan terlalu percaya dengan overclaim di luar,” katanya di kanal YouTube KOMPASTV yang diposting pada Kamis (15/8).
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Prof. Aru Sudoyo juga berpendapat sama. Menurutnya, untuk mengklaim Bajakah sebagai obat penyembuh kanker, dibutuhkan lebih dari sekadar uji coba terhadap tikus.
Bahkan, pakar Andrologi dan Anti-Aging Medicine Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS menulis catatan ringan berjudul Tragedi Herbal, Tragedi Kanker dan Tragedi Steve Jobs yang diposting di Facebook-nya pada Rabu (14/8).
Dalam catatannya itu, ia mengaku khawatir karena ada kalimat ”menemukan obat penyembuh kanker dari akar tumbuhan Bajakan”.
Ia takut masyarakat yang menderita kanker, kemudian berlomba-lomba menggunakan tanaman itu, dan meninggalkan pengobatan yang berbasis bukti ilmiah dan telah diakui secara internasional.
Ia mengaku teringat tragedi beberapa orang yang mengidap kanker, yang menolak saran dokter spesialis kanker hanya karena lebih percaya kepada iklan penjual herbal.
Salah satu korbannya, bahkan seorang dokter. Yang mengidap kanker payudara stadium 1. Dokter spesialis menyarankan untuk operasi. Tetapi keluarga menolak. Dokter sendiri pun juga. Akhirnya dia kembali kepada dokter spesialis. Tapi sudah telat. Sudah tidak mampu berbuat apa-apa lagi. Sel ganasnya telah menyebar ke mana-mana.