Penelitian mereka itu berawal dari laboratorium sekolah. Lalu dilanjutkan menggunakan tikus yang disuntik zat pertumbuhan sel tumor atau kanker. Kemudian tikus tersebut diberi air rebusan kayu Bajakah. Hasilnya, tikus itu sehat.
Guru Biologi SMA itu juga sigap. Bu Helita, guru pembimbing ketiga siswa itu terus memberi dorongan. Awal Mei 2019 penelitian dilanjutkan. Mereka memeriksakan kadar kayu Bajakah. Menggunakan laboratorium Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Hasilnya, kayu Bajakah mengandung antioksidan. Dalam jumlah yang besar. Di antaranya fenolik, steroid, tannin, alkonoid, saponin, terpenoid, hingga alkonoid.
Bu Helita terus mendorong anak didiknya. Ketiganya mengolah kayu Bajakah menjadi serbuk. Seperti teh. Lalu dibawa mengikuti lomba Youth National Science Fair 2019 (YNSF). Kali itu masih di dalam negeri. Di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung –yang dulu IKIP itu.
”Di ajang itu, kami memperoleh medali emas. Terbaik se-Indonesia,” kata Yazid seperti dilansir kompas.com.
Dari sanalah bermula. Mereka mendapatkan tiket mengikuti perlombaan tingkat internasional di Seoul itu. Kala itu, Yazid tidak ikut berangkat. Diwakilkan ke dua rekannya.
Hasilnya pun Anda sudah tahu. Bikin dada kita bangga. Mereka dinobatkan sebagai juara dunia.
”Ke depan kami akan terus berupaya menggali potensi alam lain agar Kalimantan Tengah yang kaya akan sumber daya bisa bermanfaat bagi banyak orang,” kata Anggina.
Video tentang Bajakah ini langsung viral. Sudah puluhan ribu kali ditonton. Media mainstream juga memberitakannya. Masyarakat berbondong-bondong ”menyerbu” sekolah tersebut. Tentu. Mereka ingin mendapatkan Bajakah.
Perasaan senang dan bangga begitu cepat meluas. Bercampur dengan pengharapan besar –bahwa kanker bisa disembuhkan. Dengan cara yang murah.