RADARSEMARANG.COM – Hari ini, koran Jawa Pos Radar Semarang genap berusia 23 tahun. Sudah banyak merasakan nikmatnya kehidupan. Mencicipi pahit getirnya perjalanan. Tidak sedikit rintangan. Ibarat gadis lagi ranum-ranumnya. Seksi. Pikiran matang. Dinamis mengejar tantangan.
Sejak lahir 1 April 2000, koran yang kemudian disebut sebagai media mainstream ini sudah hidup di alam yang berbeda dengan Induknya. Jawa Pos yang lahir 1 Juli 1949 mula-mula hidup di era baby boomer. Sedangkan Radar Semarang terlahir di era Gen Z. Beda alam ini justru saling melengkapi.
Gen Z adalah generasi pembunuh koran, melebihi kaum milenial. Kedua generasi yang di Indonesia melebihi separo penduduk ini sangat dipengaruhi oleh internet dan gila akan teknologi. Koran yang disebut sebagai media tradisional harus bisa menyesuaikan diri. Kalau tidak, pasti mati. Dan, itu sudah terbukti.
Alhamdulillah Radar Semarang masih eksis. Berkembang menatap ke depan. Berbekal landasan yang kokoh. Filosofi yang mantap. Idealisme yang kuat. Sebagai pers yang bebas dan bertanggung jawab.
Logo ulang tahun yang sudah di-launching pertengahan bulan ini menggambarkan “aqidah”. Ujung pena di bagian atas mengarah ke depan. Tegas menuju satu tujuan. Tajam menyuarakan kepentingan masyarakat sebagai idealismenya.
Simbol itu diciptakan dengan pemikiran mendalam. Melibatkan seluruh karyawan. Membutuhkan waktu lama. Tak jarang musyawarah mufakat buntu. Sehingga harus dilakukan voting. Itulah kebiasaan di Radar Semarang. Selalu “bertengkar” untuk menentukan yang terbaik. Begitu jugalah dalam menurunkan berita-berita yang terbit setiap hari. Dengan perencanaan dan pembicaraan yang matang.
Kalau dilihat dari jauh, warna biru pada logo ulang tahun membentuk huruf Z. Itulah alam yang tidak lama lagi dihadapi media ini dan seluruh media yang ada. Di Indonesia, generasi ini sekitar 27,94 persen dari seluruh penduduk. Sekarang mereka berusia 8 – 23 tahun. Masih di bangku pendidikan. Namun sudah mulai mewarnai pasar koran.
Warna biru itu sendiri berarti keteduhan, tenang, dan tidak konfrontatif. Agar dinamis dipadu warna merah yang berarti semangat tinggi, berani, dan tegas. Semula sebagian karyawan memilih warna kuning keemasan. Tapi warna kuning itu lambang kematian.
Angka 23 sengaja dibikin gradasi. Dua lebih rendah dan tiga lebih tinggi. Artinya, media ini ingin terus berkembang. Tidak sebaliknya yang berarti penurunan. Semangat ini selaras dengan semboyan Better Than Ever yang dikobarkan saat menyambut tahun 2023. Angka 23 didisain berdiri kokoh disangga kaki angka dua yang menapak kuat.
Bulatan putih pada angka tiga dan dua menggambarkan konsentrasi yang tinggi. Sehingga perkembangan yang dinamais tidak membuat media ini terombang-ambing, bergerak tanpa arah. Simbol ini juga melambangkan kebebasan dan kemitraan. Itulah yang dijalankan Radar Semarang selama ini. Karena kami hidup di tengah-tengah masyarakat. Berkembang bersama mereka.
Kedua bulatan membentuk simbol ananta yang berarti tak hingga. Media ini ingin hidup selamanya. Mewarnai seluruh generasi yang dihadapi dan yang akan tiba.
Radar Semarang telah masuk ke seluruh platform. Koran cetak, media digital, dan media sosial. Bahkan kini telah merambah ke televisi. Bersama induknya mengembangkan Jawa Pos TV. Televisi yang langsung digital ini bersiaran secara lokal dan nasional. Membuka beberapa studio sekaligus. Termasuk di kantor Jawa Pos Radar Semarang Jalan Veteran 55 Semarang.
Televisi akan menjadi kekuatan baru. Melengkapi platform yang telah ada. Ini sangat menguntungkan masyarakat dan pemerintah. Jawa Pos TV yang hadir di daerah ini akan memberi kesetaraan eksposur bagi semua stakeholder. Mereka tak lagi tergantung dengan televisi yang berpusat di Jakarta yang kenyataannya sangat mahal.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang bekerja sama dengan kami. Pembaca koran dan online, penikmat media sosial, pemirsa televisi, para mitra, klien, agen, loper, dan pemerintah. Berkat dukungan mereka semua Radar Semarang bisa berkembang seperti sekarang.
Selamat ulang tahun. Semoga sukses. (*)