26 C
Semarang
Saturday, 19 April 2025

Keprihatinan itu Nyata

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Akhir-akhir ini saya banyak mendengar celotehan ibu-ibu muda. Terutama sebulan terakhir setelah tahun ajaran baru. Ada saja yang diperbincangkan. Intinya seputar belajar-mengajar. Saya yang pernah 10 tahun mempelajari ilmu pendidikan sangat tertarik. Apalagi, kalau ibu-ibu bercerita itu dengan genit.

“Setiap hari harus membuka buku tugas. Semua pelajaran ada tugasnya. Banyak sekali. Saya sampai pusing,” ujar seorang ibu yang anaknya baru masuk kelas 1 tahun ini.

Dia harus mendampingi anaknya itu sehabis kerja sampai mau kerja lagi. Repotnya kalau harus mendampingi anaknya itu belajar secara daring. Jamnya pas dia berada di kantor. “Sampeyan lumayan punya keponakan yang bisa mendampingi. Saya tak punya siapa-siapa,” kata temannya.

Lebih repot lagi kalau anaknya tidak paham apa yang disampaikan gurunya. Ibunya itulah yang harus menjelaskan. Padahal dia sama sekali tidak berlatar belakang pendidikan. Belum lagi kalau anaknya mogok belajar. “Ya, terpaksa ibunya sekolah lagi,” ujar ibu dua anak itu.

Yang dimaksud ibu itulah yang harus mengerjakan tugas-tugas anaknya. Termasuk mengikuti pelajaran secara daring.

Fenomena ibu belajar lagi, dan mengerjakan tugas sekolah lagi itu nyata. Orang tua menggantikan kegiatan anaknya demi mengejar nilai rapor kelak. Kadang-kadang saya iri. Dulu saya tidak pernah didampingi orang tua sama sekali. Kalau siang mereka sibuk ke sawah. Malam mengaji. Setelah itu istirahat. Untung saat itu tidak ada sekolah daring.

Begitulah kenyataan yang ada di masyarakat selama sekolah daring. Ibu-ibu menjadi sangat sibuk. Kalau yang serius bisa semakin pintar. Semakin kreatif. Namun belum tentu anaknya juga pintar. Yang tidak bersungguh-sungguh, anaknya juga ketinggalan.

Seorang ibu yang lain beruntung. Anaknya yang pertama sudah kelas II SMA, yang kedua kelas I SMP, dan yang ketiga kelas 5 SD. Yang sulung tidak perlu didampingi lagi. Baik dalam mengerjakan tugas sekolah maupun selama belajar daring. Untuk yang tengah dan ragil terpaksa memanggilkan guru les. Guru itu datang ke rumah setiap hari.

Orang tua yang bisa mendatangkan guru les itu tidak banyak. Demikian juga yang bisa mendampingi anaknya belajar daring. Bahkan banyak orang tua yang tidak bisa berbuat apa-apa. Lha kados pundi maleh. Kulo niki mboten saged membelajari. Wong kulo lulus SD mawon mboten (Bagaiana lagi. Saya tidak bisa membelajari. Saya lulus SD saja tidak,” kata seorang nenek.

Saya sudah beberapa kali bertemu nenek itu. Suatu sore dia hendak pergi ke sawah. Ketika langkahnya terhenti karena berbicang dengan saya, anaknya menyusul. Berikut cucunya laki-laki. Cucu itulah yang diceritakan nenek tersebut. Si cucu baru kelas IV SD.

Anak itu mengenakan celana kolor abu-abu dan kaus hijau. Sehari-hari tinggal bersama nenek dan ibunya di rumah tua di pinggir sawah. Ayah anak itu tidak lagi mengurusinya. Jangankan soal pendidikan, nafkah pun tidak. Setiap hari mereka ke sawah mengurus tanaman.

Ibu anak itu juga tidak bisa mendampingi anak semata wayang itu. Waktunya dihabiskan di sawah. Sedangkan dia juga tidak lulus SD. “Lha saaken kenang niki. Tapi kados pundi (Kasihan anak ini. Tapi bagaimana),” ujar nenek yang mengenakan kain panjang motif batik itu.

Saya lihat anak itu tidak membawa HP. Tetapi dia punya. Dia bisa mengikuti pendidikan daring. Tetapi hanya mendengarkan celotehan gurunya saja. “HP-nya jadul. Ibu dan neneknya juga tidak bisa mengoperasikan HP,” kata tetangganya yang saat itu juga ikut nimbrung.

Dengan kondisi seperti itu, tahun ini dia naik ke kelas IV. Saya tidak tega menanyakan nilai rapornya. Saya ajak guyon anak itu. Ketika saya goda, senyumnya lebar. Namun bicaranya hanya sepatah dua patah kata. “Monggo om,” katanya pamit.

Dia keburu menyusul nenek dan ibunya yang sudah beranjak terlebih dahulu.
“Kamu mau ke mana?” Tanya saya. “Ke sawah,” jawabnya. “Untuk apa?” Tanya saya lagi. “Ikut nenek mengambil kangkung,” ujar anak itu.

Dia menenteng sabit. Sedangkan nenek dan ibunya membawa sak. Kangkung itu untuk dijual keesokan harinya di pasar desa. (*)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya