RADARSEMARANG.COM – Selamat pagi. Perusahaan memutuskan untuk mengeluarkan bantuan sosial kemanusiaan PPKM Darurat. Bantuan ini gratis untuk semua karyawan. Silakan yang membutuhkan mengajukan beserta nilai nominalnya. Paling lambat nanti pukul 21.00. Yang tidak mengajukan dianggap tidak membutuhkan. Terima kasih.
Pengumuman itu saya posting tanggal 18 Juli 2021 pukul 08.17 di grup WA Radar Kudus, dan pukul 08.31 di grup WA Radar Semarang.
Ada karyawan yang menanggapinya positif. “Jujur dua bulan ini defisit. Mulai dari kebutuhan isoman dan printilannya, pembayaran sekolah, sampai perpanjangan STNK. Penghasilan suami juga berkurang,” kata salah seorang karyawan. Dia mengajukan bansos Rp 3,5 juta.
Ada juga yang tidak bereaksi apapun. Bahkan, ada yang sinis. “Bantuan kok gratis, Pak,” kata salah satu karyawan. Biarlah.
Kalau kebijakan itu tidak populis, bahkan dianggap sensasi, saya menilai wajar-wajar saja. Saya bukan pejabat pemerintah yang sekarang lagi berlomba membagikan bantuan.
Sampai siang, bahkan sore, tidak banyak karyawan yang mengajukan bantuan dengan moninal. Mereka hanya mengucapkan terima kasih. Bahkan sampai sore, belum ada separo karyawan yang mengajukan seperti yang diminta di pengumuman. Saya heran cukup menulis di WA saja keberatan.
Sampai pendaftaran ditutup pukul 21.00 ternyata banyak karyawan yang tidak mengajukan apa-apa. Bertanya pun tidak. Bahkan setelah bansos ditransfer ke rekening seluruh karyawan, mereka tidak bereaksi apapun.
Bisa jadi mereka menganggap saya tidak serius. Bisa pula mereka menilai kebijakan itu hanya guyonan. Wajar saja. Bansos dari pemerintah yang sudah didengung-dengungkan saja banyak yang belum sampai ke tangan masyarakat.
“Bansos buat apa? Perusahaan kan sedang sulit. Dapat gaji full, masih ada tunjangan prestasi, saya bersyukur. Lha kok Pak Bae malah membuka bansos untuk karyawan. Maksudnya itu yang saya tanyakan,” kata salah seorang karyawan.
Setelah mereka tahu bahwa saya serius, banyak karyawan yang berbondong-bondong mengajukan bantuan dengan nominal. Ada yang satu kali gaji. Ada yang lebih. Ada pula yang hanya setengah kali gaji. Repotnya ada yang mengajuikan kebutuhan-kebutuhan yang telah lalu. Misalnya, ada yang minta bantuan untuk perawatan selama sakit dan isolasi mandiri karena terkena covid.
“Kalau boleh minta bantuan biaya perawatan selama sakit kemarin. Habis Rp 2,8 juta. Biaya perawatan, obat, swab, oksigen, makan-minum, dan barang kebutuhan selama isoman,” katanya. Tentu biaya-biaya itu sudah tertutup, dan dia mampu membayarnya.
Memang ada yang memanfaatlkan aji-aji mumpung. Malah ada yang mengajukan dua kali lipat dari gajinya sebulan. Ada juga yang mengajukan untuk membeli laptop. Ya, semua saya catat.
Di masyarakat, aji-aji mumpung seperti itu memang ada. Ketika ada bantuan, tiba-tiba saja kemiskinan melonjak. Sebaliknya, kalau ada penilaian lomba, angka kemiskinan menipis.
Meski demikian saya mencatat banyak karyawan yang tulus. Ada yang mengajukan hanya Rp 350 ribu. Mereka tahu kemampuan perusahaan dalam situasi seperti ini. Itu membuat saya terenyuh. Karyawan bukan hanya merasakan beban hidup yang dia tanggung, tetapi menyadari beratnya perusahaan. Selama PPKM Darurat nyaris kegiatan bisnis berhenti
Saya juga terenyuh ketika melihat pengajuan karyawan yang begitu detil. Nominalnya hanya Rp 702.000. Rinciannya: minyak goreng 2 L Rp 24.000, gula pasir 1 Kg Rp 14.000, bawang putih/merah Rp 20.000, mie instan 10 Rp 25.000, susu coklat Rp 35.000, telor 1 Kg Rp 24.000, biskuit Rp 10.000, sayur mayur, lauk, dan gas Rp 100.000, listrik Rp 450.000. Biaya listrik sebesar itu diajukan karena akses yang terbatas untuk mencari tambahan biaya di luar. Mungkin maksudnya mencari biaya di luar gaji perusahaan.
Berapapun pengajuan dan apapun alasan yang diajukan karyawan, saya putuskan untuk memberikan bansos PPKM Darurat kepada seluruh karyawan. Termasuk kepada karyawan yang tidak mengajukan. Bahkan termasuk kepada satu karyawan yang rela tidak menerima bantuan itu karena merasa kondisi perusahaan yang berat.
Bansos PPKM Darurat yang dikeluarkan Radar Kudus dan Radar Semarang itu tanpa syarat apapun. Tidak perlu menunjukkan KTP dan KK seperti bansos pada umumnya. Tidak ada surat keterangan miskin. Seluruh karyawan mendapatkan, termasuk para manajer.
Bansos itu betul-betul gratis. Besarnya seperti yang diajukan rata-rata karyawan dengan penyesuaian. Diberikan secara langsung tunai. Karyawan tidak harus membayar di kemudian hari. Tidak perlu mengantre di loket. Esok hari pukul 10.00, sehari menjelang Iduladha, uang ditransfer ke rekening karyawan.
Saya sudah memperkirakan akan banyak ucapan terima kasih melalui grup WA. Karena itu, saya minta grup WA itu ditutup. Kami tidak butuh terima kasih yang kebanyakan copy paste. Untuk apa puja-puji yang basa-basi. Sedangkan bansos itu dikeluarkan dari hati. Semata-mata untuk meringankan beban karyawan. Semoga pandemi covid cepat berlalu. (*)