26 C
Semarang
Friday, 24 October 2025

Mudah-mudahan Tidak seperti Gunung Es

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Kabar ini saya dapatkan awal minggu kemarin. Dalam satu keluarga ada tiga orang positif Covid-19. Tiga pegawainya yang melayani toko juga demikian. Semuanya langsung melakukan isolasi mandiri.

Enam orang yang positif covid tersebut diketahui bersamaan. Melakukan tes atas inisiatif sendiri. Kepala keluarga khawatir kalau di antara mereka ada yang positif. Karena sekarang banyak korban covid yang tanpa gejala. Keenam orang tersebut juga tanpa gejala.

Kabar itu saya cerna betul. Saya olah dengan informasi lain. Kekhawatiran saya, jangan-jangan korban Covid-19 sekarang ini seperti gunung es. Jangan-jangan angka yang muncul sekarang ini hanya ujungnya. Sedangkan yang tidak tampak justru sangat banyak.

Saya semakin khawatir. Karena banyak orang yang tidak menyadari pentingnya tes covid. Padahal sekarang alat tes sudah bertebaran di mana-mana. Di klinik-klinik swasta dan puskesmas juga ada. Biayanya memang masih mahal. Swab antigen Rp 150 ribu. Genose, tes dengan harga yang paling murah, juga sudah bisa diakses secara mandiri, namun masih terbatas.

Kalau dugaan saya benar, maka semakin banyak orang yang melakukan tes covid, angka positif covid semakin banyak pula. Ini bisa membikin was-was. Tetapi dampaknya akan menjadi baik. Karena segera bisa dilakukan penanganan para korban covid dengan baik.

Kalau tes covid tidak digalakkan, penularan akan semakin masif. Korban yang tidak bergejala berkeliaran ke mana-mana. Mereka menyebarkan virus tanpa mereka sadari. Orang-orang yang berinteraksi dengannya juga tidak merasa khawatir. Itu sangat membahayakan.

Tetapi bagaimana menggalakkan tes covid? Dana pemerintah jelas tidak mencukupi. Menyadarkan orang untuk melakukan tes mandiri juga tidak gampang. Bahkan orang-orang berduit pun tidak cukup sadar. Banyak orang saya yang kena covid, tetapi tidak serta merta istri atau suami mereka melakukan tes.

Sekarang yang perlu digalakkan adalah bagaimana agar seluruh masyarakat meningkatkan imun tubuh. Itu cara paling ampuh untuk melawan covid. Sudah terbukti banyak korban covid sembuh karena imun yang kuat. Covid tidak mampu merusak organ dalam tubuh manakala korban memiliki imun yang kuat itu.

Peningkatan imun bisa dilakukan dengan berbagai cara. Mulai yang tradisional sampai modern. Di masyarakat juga banyak tumbuh-tumbuhan yang bisa meningkatkan imun. Masyarakat perlu digalakkan lagi untuk minum jahe, sere, jeruk nipis, kunir, dan temulawak. Mumpung sekarang harganya sudah murah lagi. Kemarin adik saya membeli jahe merah hanya Rp 20 ribu per kilogram. Padahal sebelumnya mencapai Rp 80 ribu per kilogram.

Kebiasaan untuk hidup sehat juga harus terus digalakkan. Menggerakkan badan (Istilah kerennya olah raga) setiap hari, berjemur setiap pagi, makan kenyang, dan minum yang banyak. Jangan lupa juga untuk terus menghibur diri, membikin hati senang, dan selalu berpikir positif.

Kita memiliki banyak saluran untuk memasyarakatkan kebiasaan tersebut. Negara kita adalah agamis. Banyak organisasi kemasyarakatan yang aktif. Ada NU serta badan otonomnya, Muhammadiyah beserta jajarannya, dan seterusnya. Juga organisasi-organisasi agama lain. Belum lagi organisasi non keagamaan. Semua bisa menyuarakan bagaimana hidup sehat.

Dari sisi rohani, organisasi keagamaan itu memiliki keampuhan tersendiri. Begitu NU menyuarakan salawat Tibbil Qulub dan Li Khomsatun, di langgar-langgar dan masjid langsung berkumandang.

Ini penting dilakukan untuk menyadarkan masyarakat bahwa Covid-19 sangat mengkhawatirkan. Kalau perlu dilakukan doa bersama, istighotsah, salawat, dan semacamnya secara nasional dalam satu waktu.

Pemerintah pasti bisa menginisiasi. Kesadaran batin inilah yang akan menggerakkan kesadaran lahir. Menerapkan protap, memakai masker, menggunakan hand sanitizer, dan menjaga jarak. Semoga kita sehat. (*)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya