27 C
Semarang
Sunday, 22 December 2024

Ubah Perilaku Sehari-hari

Artikel Lain

RADARSEMARANG.ID – Diam-diam saya membenci hal ini. Membuang sampah di jalanan dari dalam mobil. Ingin rasanya mengingatkan. Ingin juga protes. Tetapi kepada siapa. Kepada angin yang berdesir di Jalan Pemuda Kota Semarang.

Saat itu saya sedang jalan-jalan di hari Minggu. Persis di depan saya sebuah mobil berwarna merah. Saya lihat mereknya terkenal. Tiba-tiba kaca di sebelah kiri terbuka. Telapak tangan keluar. Saya kira akan melambaikan tangan. Ternyata membuang masker. Dua lembar. Saya rasa orang itu tahu bawa jalan bukan TPS (tempat pembuangan sampah)

Saya berusaha membuntuti. Tetapi kemudian hilang di belokan. Hati saya mendongkol. Saya pikir orang yang membuang masker tersebut berpendidikan. Dari kelas sosial yang tidak lagi kalangan bawah. Saya simpulkan dari mobil yang dikendarai. Masih kelihatan kinyis-kinyis. Di toko sekitar Rp 275 juta. Tetapi, menurut saya, perilakunya di bawah masyarakat kelas paling bawah sekalipun.

Sering saya melihat pemandangan seperti itu. Di Kudus, saya pernah menemui sebuah mobil hitam kelas Rp 400 jutaan membuang kulit rambutan. Persis di pertigaan Pentol. Mobil mengarah ke Alun-Alun Kudus. Lagi-lagi saya hanya bisa mengelus dada.

Ketika menuju Semarang belum lama berselang, sebuah mobil MPV warna silver melaju kencang. Dari arah Demak. Menyalip saya yang berkecepatan sekitar 60 kilometer. Penumpang mobil itu melempar kulit semangka. Lemparannya mengarah ke pinggir jalan. Tetapi tetap jatuh di aspal. Dilindas mobil lain.

Di saat yang lain saya melihat sebuah mobil di jalan tol sekitar Salatiga. Dari dalam mobil angkutan yang waktu itu di depan saya terlempar sebuah kaleng bekas minuman. Tentu saja menghempas keras di aspal. Menggelinding berguncang-guncang. Nyaris botol itu tertabrak oleh mobil saya.

Di jalan tol di manapun sudah ada peringatan keras, dilarang membuang sampah apapun di jalan tol. Praktiknya masih ada. Sama juga dengan orang yang berkendara di lajur kanan atau menyalip dari sebelah kiri. Sudah banyak peringatan bahwa lajur kanan hanya untuk mendahului. Juga dilarang menyalip dari sebelah kiri. Kenyataannya aturan itu banyak dilanggar, sama seperti aturan berkendara di atas 100 kilometer per jam (maaf yang ini kadang–kadang saya juga melanggar).

Keprihatinan saya itu bukan hanya di jalan raya. Di kantor pun sering makan hati. Beberapa hari lalu saya menemukan tisu yang nyaris lumat di wastafel. Tisu putih sewarna dengan wastafelnya itu menutup lubang pembuangan. Saya ambil dengan tangan. Saya buang di tempat sampah yang ada di dekat wastafel itu. Hari itu saya menemukan tisu di wastafel itu dua kali.

Pagi harinya saya keluarkan peringatan keras. Membuang sampah sembarangan bukan hanya tidak menjaga kebersihan. Juga tidak care terhadap fasilitas yang ada. Perilaku seperti itu tidak cocok dengan norma-norma yang berlaku. Tidak cocok lagi dengan budaya perusahaan dan budaya masyarakat pada umumnya.

Kelihatannya pelanggaran norma-morma seperti di atas tergolong kecil. Padahal itu sangat mendasar. Kalau hal kecil saja dilanggar apalagi yang besar. Maka diperlukan penyadaran dari lingkungan kita masing-masing. Tidak perlu muluk-muluk revolusi mental. Tetapi cukup mengubah perilaku sehari-hari. (*)

 


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya