RADARSEMARANG.COM – Jumat (26/2/2021) lalu saya mendapat kesempatan istimewa bertemu Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi dan wakilnya Hevearita Gunaryanti Rahayu. Hanya beberapa jam setelah pelantikan. Persis setelah salat Jumat. Pak Hendi mengenakan batik tulis berwarna dasar hitam. Sedang Bu Ita memakai setelan tenun ikat merah.
Dari masjid, Pak Hendi langsung menuju kantornya di Balai Kota. Menemui kami yang baru saja duduk di ruang tamu. Saya perhatikan wajahnya berseri-seri. “Apa kabar Mas Baehaqi,” sapanya seperti biasa kalau bertemu saya. Beberapa saat kemudian Bu Ita menyusul datang.
Saya bersama seluruh manajer Jawa Pos Radar Semarang hanya ingin mengucapkan selamat atas dilantiknya Pak Hendi dan Bu Ita sebagai wali kota dan wakil wali kota Semarang 2021 – 2026. Kami membawa bunga segar. Saya serahkan satu buket untuk Pak Hendi dan General Manajer Iskandar memberikan untuk untuk Bu Ita. Para manajer masing-masing memberikan setangkai mawar.
Saya sampaikan, sambutan masyarakat atas dilantiknya Pak Hendi dan Bu Ita untuk kali kedua itu luar biasa. Ucapan yang disampaikan lewat RADARSEMARANG.COM ada 65. Dari berbagai lembaga dan perorangan. Total delapan halaman koran. Jauh lebih banyak dibanding ucapan yang diberikan kepada kepala daerah lain. Jumat itu ada 17 kepala daerah yang dilantik Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di Gubernuran.
Kali ini, Sedulur Hendi-Ita menyambut wali kota dan wakil wali kotanya itu dengan gegap gempita. Memang tidak ada pesta dan arak-arakan. Tetapi karangan bunya membanjir. Data yang diterima redaktur M Rizal Kuniawan dari pemkot Minggu pagi mencapai 1.777 buah. Besar kemungkinan angka itu masih sementara. Kenyataannya karangan bunga terus membanjir.
Karangan bunga itu ada yang berukuran lebar 1,5 meter, ada yang sampai empat meter. Kalau dirata-rata masing-masing dua meter saja, deretan bunga itu mencapai 3,5 kilometer tanpa sela.
Pada malam sebelum pelantikan itu saya minta agar dibuatkan karangan bunga berukuran 5 x 3 meter. Ternyata tidak ada toko bunga yang sanggup. “Bisanya bisa Pak. Persoalannya tenaganya tak ada,” ujar Rizal yang biasa berhubungan dengan pemkot. “Seluruh toko mengatakan kehabisan bahan,” tambahnya. Mendengar cerita itu Pak Hendi tertawa ngakak. Bu Ita senyum-senyum.
Setelah bertemu Pak Hendi dan Bu Ita itu saya berkeliling. Sengaja mengamati deretan karangan bunga, baik yang di lingkungan pemkot maupun di jalan-jalan protokol. Seperti di Tugu Muda, Jalan Pandanaran, Jalan Pemuda, Jalan Imam Bonjol, Jalan Piere Tendean, Jalan Gajahmada, dan Jalan MGR Soegijapranata. Panjangnya deretan ternyata berbeda dengan hari berikutnya.
Untuk memberikan gambaran yang tepat kemarin saya mengutus Adennyar Wycaksono. Wartawan yang biasa mengcover berita-berita di lingkungan Pemkot Semarang. Saya minta agar dia berkeling ke jalan-jalan yang dipakai untuk menempatkan karangan bunga. Mencatat berapa panjangnya di masing-masing jalan.
Siang dia bergerak. Di Jalan Piere Tendean, mulai dari Simpang Imam Bonjol sampai belakang hotel Novotel, sisi kanan saja, sepanjang sekitar 200 meter. Sedangkan di kiri jalan hanya ada beberapa seperti yang terlihat di depan Hotel Ibis Budget.
Di Jalan Pemuda, mulai Simpang Paragon kiri jalan memanjang sampai Lawang Sewu sekitar satu kilometer. Sedangkan di kanan jalan mulai Simpang Paragon, depan Novotel, sampai ke Kimia Farma berderet sekitar 200 meter. Nyambung lagi dari Denpom sampai Simpang Tugu Muda (Gedung Pandanaran).
Aden melanjutkan pengamatannya di Jalan Imam Bonjol. Di kiri jalan, mulai dari Wisma Perdamaian, (Udinus) kurang lebih 75 meter. Sedangkan di kanan jalan mulai gedung Pandanaran sampai ke Piere Tendean (belakang Novotel) kurang lebih 1,5 kilometer.
Deretan bunga terpanjang kata Aden, berada di Jalan Pandanaran. Kiri Jalan dari Gedung Lawang Sewu sampai Masjid Raya Baiturrahman sekitar dua kilometer. Deretan itu tidak putus. Kondisi bunganya juga masih bagus. Sedangkan di kanan jalan berderet dari Simpang Lima ke Tugu Muda. Mulai dari Bank Mandiri Syariah sampai simpang Patung Warak Ngendok. Deretan terjeda sedikit dua bank. Di depan BCA sekitar 50 meter sampai Gedung Dinkes ada tujuh karangan bunga. Kemudian berderet lagi mulai Simpang Pandanaran (pusat oleh-oleh) sampai Tugu Muda.
Di Jalan Dr Sutomo deretan bunga terlihat mulai kios pasar bunga di traffic light sampai ke Musuem Mandala Bhakti depan Pasar Bulu (kawasan Tugu Muda). Sebagian besar karangan bunga dari pedagang bunga. Mereka sekaligus promosi. Ditempatkan di seberang jalan depan kiosnya.
Di Jalan Pahlawan yang Jumat lalu masih kosong, kemarin terlihat mulai Simpang Lima sampai simpang Polda atau Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal. Di kiri jalan mulai dari depan Polda sampai Simpang Lima.
Ucapan selamat itu, termasuk yang diberikan kepada 16 kepala daerah lainnya (seperti Bupati Rembang, Blora, Semarang, Kota Magelang, Kabupaten Wonosobo, Kendal, Kota Pekalongan, serta yang lainnya) terkandung amanat dan tanggung jawab.
Bunga hanyalah simbol. Di balik itu ada harapan besar terhadap pemimpinnya untuk memenuhi janji yang ditawarkan saat kampanye. Selamat kepada 17 kepala daerah di Jateng yang mulai bekerja sejak 26 Februari 2021. (*)