RADARSEMARANG.COM – Pada hari pertamanya menjabat sebagai Wali Kota Semarang, Hendrar Prhadi memulai dengan menyampaikan sebuah manifesto pembangunan dalam sebuah rapat paripurna di gedung DPRD Kota Semarang.
Memakai istilah dalam Bahasa Italia, manifesto pembangunan tersebut diberinya judul ‘Un Tempo Prezioso’, yang berarti sebuah waktu yang berharga. Judul tersebut untuk menggambarkan betapa berarti periode terakhirnya memimpin Kota Semarang selama lima tahun ke depan, dan akan dimanfaatkannya secara maksimal untuk membangun Ibu Kota Jawa Tengah.
Teori kedaulatan rakyat sebagai dasar sebuah negara demokrasi, menyatakan bahwa kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat.
Seluruh proses tahapan demokrasi yang kita lalui selama ini di Kota Semarang, Alhamdulillah berjalan dengan aman, nyaman, dan damai, merupakan upaya kita bersama untuk menjalankan teori kedaulatan rakyat tersebut, sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Maka hari ini merupakan hari yang bersejarah bagi Kota Semarang. Hari di mana masyarakat Kota Semarang sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dan berdaulat memberikan mandatnya kepada kami berdua, yaitu Hendi dan Ita, untuk dapat terus melanjutkan pembangunan.
Dan hari ini, atas izin Allah SWT, dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim, saya bersama mbak Ita menerima mandat tersebut. Yang artinya, Insya Allah akan bekerja dengan sekeras – kerasnya, secepat – cepatnya, setepat – tepatnya, dan seadil – adilnya, dengan hati yang sebersih – bersihnya, untuk bisa melaksanakan mandat tersebut.
Sikap ini kami tegaskan sebagai bagian daripada tanggung jawab moril kami, dan juga tanggung jawab daripada konsekuensi kerja politik kami pada Pilwalkot Semarang 2020 lalu, dimana 91,56% hak suara dimanahkan kepada kita berdua, untuk lima tahun yang akan datang.
Doa dari para kyai, alim ulama, dukungan dari seluruh partai, baik pengusung maupun pendukung, serta tokoh masyarakat, dan relawan, kami ucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya.
Dalam kesempatan ini, pertama kali kami berdiri di hadapan panjenengan sekalian sebagai Wali Kota Semarang, kami akan membacakan sebuah manifesto pembangunan Kota Semarang lima tahun ke depan, dengan memakai istilah dalam bahasa Italia, “UN TEMPO PREZIOSO”, yang artinya “SEBUAH WAKTU SANGAT BERHARGA”.
Lima tahun lalu, saya sampaikan rancangan pembangunan Kota Semarang di tahun 2016 – 2021, dengan sebuah manifesto, yaitu “LOMPATAN BESAR”.
Manifesto tersebut kemudian diwujudkan dengan upaya yang bukan hanya menyentuh pembangunan fisik, namun masuk lebih ke dalam. Yaitu menggeser tatanan sosial dan ekonomi kehidupan bermasyarakat. Sehingga bisa menjadi lebih produktif, untuk mewujudkan kesejahteraan sosial, yang dilakukan semua untuk semua. Bukan hanya untuk satu golongan tertentu.
Dalam kesempatan yang baik ini, sekali lagi, Hendi dan Ita adalah kader partai, tapi begitu kami dilantik menjadi wali kota dan wakil wali kota. Kita akan berdiri di semua golongan. Kita akan berdiri di semua warna. Kita akan berdiri di semua agama, dan kita akan perjuangkan kepentingan masyarakat Semarang.
Dengan semangat bergerak bersama, aktivitas ekonomi di Kota Semarang bertransformasi, dari yang semula dominan pada kegiatan industri, menjadi dominan pada kegiatan perdagangan dan jasa, yang bertumpu pada sektor pariwisata.
Pelayanan publik kita buka selebar – lebarnya, yang salah satunya melalui sistem pelaporan masyarakat bernama Lapor Hendi.
Konsep fasilitas pelayanan masyarakat dari lahir sampai meninggal kita diwujudkan untuk mendorong masyarakat Kota Semarang lebih berdaya.
Pemerintah Kota Semarang hadir pada setiap urusan, baik melalui layanan kesehatan gratis dengan UHC, sekolah negeri dan swasta gratis, beasiswa kuliah, hingga akses permodalan yang mudah dan murah melalui program Kredit Wibawa.
Berbagai tantangan perkotaan, jalan rusak dan banjir juga kami terus upayakan untuk mendapatkan progress perbaikan yang cukup signifikan.
Hal – hal yang kita ukur sebagai indikator, ukuran terkait terwujud tidaknya manifesto lompatan besar di Kota Semarang.
Bisa dilihat pada Laju Pertumbuhan ekonomi yang pada tahun 2016 sebesar 5,89%, sebelum adanya pandemi COVID-19 telah menjadi 6,86% di 2019.
Atau Indeks Pembangunan Manusia yang semula Kota Semarang sebagai ibu kota provinsi ada di peringkat 2 dari kota / kabupaten se Jawa Tengah, Alhamdulillah sejak tahun 2016 menjadi peringkat pertama.
Meskipun berbagai capaian positif tersebut dapat kita raih bersama, tidak dapat dipungkiri bahwa kami juga tak luput dari kealpaan. Setidaknya pada dua tahun terakhir, di tahun 2020 sampai dengan 2021, Semarang menghadapi babak baru dalam tantangan pengelolaan kota, dengan adanya pandemi Covid-19, serta perubahan alam yang sangat cepat.
Jika diibaratkan sebuah pertandingan bola, Kota Semarang yang tadinya agresif menyerang, tiba – tiba harus merubah formasi dengan cepat ke posisi bertahan.
Proses perubahan formasi ke posisi bertahan tersebut saya akui bukanlah sebuah hal yang mudah.
Menggeser fokus anggaran, merancang regulasi baru, mendorong adaptasi aktifitas ekonomi, hingga merealisasikan jaminan sosial masyarakat adalah sebuah tantangan luar biasa. Bahkan kata ‘survive’ telah diletakkan menjadi sebuah pencapaian dalam fase ini.
Saya meyakini, layaknya tim sepakbola Italia yang terkenal dengan strategi bertahannya, yang konon terbaik di dunia sekalipun, nyatanya tak bertahan untuk seri, tapi bertahan untuk menang. Karena itu saat dalam posisi bertahan tersebut lah, mari kita mengamati, memperhatikan, mempelajari tentang celah – celah untuk menyerang.
Kemudian kita akan melakukan upaya maksimal, melakukan serangan – serangan balik di menit – menit akhir, dan Insya Allah Kota Semarang menang menuju Semarang semakin hebat.
Itu lah yang kami sebut dengan ‘Un Tempo Prezioso’, yaitu sebuah waktu yang berharga di detik – detik terakhir pengabdian kami, untuk kita bisa Semarang yang lebih baik.
Terakhir, Bung Karno mengatakan, “Aku lebih suka lukisan samudra yang gelombangnya menggebu-gebu, daripada lukisan sawah yang adem ayem tentram”.
Saya menekankan kepada panjenengan sekalian, janganlah berbagai tantangan yang kita hadapi saat ini justru memecah belah kekuatan kita, tapi justru menjadi kekuatan kita, untuk bersama – sama kita atasi tantangan – tantangan yang ada di Kota Semarang.
Segala sumber daya dan peninggalan pembangunan di masa lampau janganlah dipandang sebagai sebuah warisan, baik yang positif maupun negatif, melainkan harus kita pandang sebagai sebuah titipan kerja kita untuk anak cucu serta cicit, yang harus kita rawat dan kita tingkatkan.
Terima kasih atas amanah yang sedulur berikan kepada kami. Semoga doa, ikhtiar, niat baik baik kita mendapat ridho dari Allah SWT.
Matur nuwun.
H Hendrar Prihadi, SE, MM