RADARSEMARANG.COM – Sudah lama (sekali) saya tidak mengikuti seminar. Apalagi menjadi narasumber. Minggu lalu tiba-tiba ada permintaan untuk menjadi pembicara. Yang mengundang rektor IAIN Kudus Dr H Mudzakir MAg.
Tema seminarnya menarik. Yaitu, Perguruan Tinggi yang Aktif dalam Penelitian dan Pengembangan Ilmu Islam Terapan. Pembicara pertama seorang guru besar, Prof Dr H Muslim A. Kadir MA. Kedua, rektor sendiri.
Prof Muslim adalah penggagas pengembangan Islam terapan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus. Saat itu, dia menjadi ketuanya. Sekarang perguruan tinggi itu telah meningkat menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Bahkan, dalam proses menjadi universitas.
Berkali-kali rektor memuji peran yang dilakukan Profesor Muslim. Gagasannya sangat jitu. Kini perguruan tingginya tidak sekadar aktif melakukan penelitian dan pengembangan Islam terapan, tetapi sekaligus sebagai laboratorium hidup untuk penerapan konsep tersebut.
Saya merasa tak memiliki kapasitas duduk berdampingan dengan kedua pembicara tersebut. Namun, Wakil Rektor III Dr H Ihsan MAg memaksa. Ihsan menjadi moderator dalam seminar itu.
Teman-teman dari Jawa Pos Radar Kudus memuji saya. Bukan karena materi yang saya sampaikan. Melainkan lebih karena mau tampil dalam seminar itu. Biasanya saya tidak bisa dipaksa.
Rasanya, memang aneh. Saya naik panggung dengan celana jins abu-abu dan sepatu kets yang saya pakai ke kantor hari itu. Sedangkan para pembicara dan peserta seminar mengenakan pakaian formal.
Bagi saya menjadi pembicara dalam seminar bukan sekadar mengusai materi. Tetapi bagaimana mereka menghidupkan suasana. Saya amati Pak Mudzakir dan Pak Muslim berbicara disertai tayangan proyektor. Beliau memang ahlinya. Saya beruntung menjadi pembicara ketiga. Tinggal menggarisbawahi apa yang disampaikan beliau berdua. Hahaha.
IAIN yang menjadi pusat penelitian dan pengembangan Islam terapan sekaligus mempraktikkannya itu menarik. Karena Islam bukan hanya sebagai akidah. Melainkan sekaligus sebagai panduan hidup. Sehingga menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia.
Perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya mestinya juga seperti itu. Menjadi tempat praktik kehidupan sehari-hari. Yang dilandasi ilmu pengetahuan dan norma-norma kehidupan. Sehingga tidak perlu lagi ada persoalan besar yang akhirnya harus didengungkan revolusi mental seperti sekarang.
Peran IAIN itu ditangkap oleh teman-teman Radar Kudus. Mereka memasukannya sebagai lembaga pendidikan yang memiliki kelebihan dan keunggulan. Sehingga layak mendapatkan penghargaan. Anugerah Jawa Pos Radar Kudus itu diberikan di akhir seminar. (*)