RADARSEMARANG.COM – Toyota Hardtop Land Cruiser menjadi salah satu mobil yang digemari pecinta otomotif di Indonesia. Mobil ini dikenal kokoh, macho dan punya ketangguhan melibas segala medan termasuk off road.
Menurut informasi, mobil jenis jeep ini kali pertama dikembangkan pada 1951 silam. Namun mulai diproduksi masal pada 1954 sampai sekarang dengan berbagai bentuk. Misalnya konvertibel, hardtop, station wagon, dan truk serbaguna.
Sampai saat ini, Hardtop menjadi kendaraan yang melegenda bahkan menjadi buruan. Terutama beberapa seri langka seperti FJ 25 Kargo, FJ 40 keluaran tahun 1965 dan beberapa seri rare lainnya dengan harga yang mencapai ratusan juta.
“Saya mulai koleksi dan melakukan restorasi Hardtop sejak tahun 2005, karena memang suka dan menjadi mobil klangenan,” kata kolektor Toyota Hardtop asal Semarang, Pramudya Setiawan saat ditemui RADARSEMARANG.COM.
Om Wawan begitu ia disapa, memang gandrung dengan seri dan berbagai jenis Hardtop. Ia rela berburu sampai ke berbagai penjuru Indonesia untuk mencari mobil impiannya, hingga akhirnya terpikir mengoleksi Hardtop dengan seri terlengkap. Ya total ada sekitar 46 jenis dan varian atau model Hardtop yang ia simpan di garasi khusus miliknya.
“Karena saya memang suka, istilahnya penggemar berat. Dari situ saya punya niatan punya seri terlengkap. Istilahnya ngompliti jenisnya satu-satu. Alhamdulillah di Indonesia atau kawasan Asia menjadi pemilik Hardtop dengan seri terlengkap atau nomor dua setelah Museum American Heritage,” ujarnya bangga.
Dari puluhan koleksi yang ia miliki ada beberapa jenis yang merupakan koleksi rare atau langka. Sebut saja Toyota Hardtop FJ 25 Cargo, FJ 45 (1964) edisi pikap yang masih tersisa tiga unit di dunia. FJ 43 RV (1963) yang ada tiga unit di Indonesia, FJ 55 (1978) FJ 43 medium (1979), FJ 40 Cargo (1965) dan FJ 40 (1973) dan berbagai seri lainnya.
“Untuk restorasi membutuhkan kesabaran. Karena yang namanya mobil tua part-part kecil misal emblem, lampu dan lainnya susah dicari. Contohnya untuk pintu canvas saya harus impor dari Amerika,” paparnya.
“Jelas harus hunting untuk seri yang langka. Intinya kalau sudah nego harga langsung diambil. Karena memang yang nyari banyak,”ujarnya sambil tertawa.
Untuk seri yang paling Wawan gemari adalah cargo dan pikap. Secara fungsi mobil tersebut sebelumnya digunakan untuk mengangkut barang. Mengoleksi mobil tua, dan melakukan restorasi menurut Wawan lebih memuaskan dibandingkan membeli mobil baru. Apalagi mobil yang diidamkan didapat dengan perjuangan, hunting, sampai berburu sparepart.
“Kalau restorasi bisa dibilang malah lebih mahal dari kita dapat bahan mobil itu sendiri. Dari sisi aksesoris misalnya, tentu nyari harus sampai ke luar daerah bahkan ke luar negeri. Untuk membangun pun butuh waktu sampai setahun lebih,” katanya.
Ia mencontohkan restorasi bodi yang dilakukan pada seri FJ 40 (1965), Wawan harus hunting bodi garis yang sesuai aslinya sampai ke Amerika. Tentu saja dengan biaya yang tidak murah hanya sekedar bodi. “Namun semakin detail akan semakin bagus, dari situlah sisi kepuasannya,”ucapnya.
Ia mengenang, kali pertama membeli Hardtop sempat menjadi bahan candaan teman-temannya. Dengan alasan mobil tua merepotkan dan boros. Namun karena kecintaan dan dedikasi yang tinggi, kini ia pun bangga bisa memiliki varian Hardtop terlengkap. Bahkan salah satu koleksinya sukses mendatangkan prestasi.
“Dulu diketawain sih FJ 40 1973 milik saya. Padahal ini seri langka, setelah direstorasi dan ikut lomba mobil klasik tingkat nasional malah mendapatkan juara. Padahal dulu saya beli murah. Dulu sempat ditawar sampai Rp 500 juta tapi nggak saya lepas karena saking sayangnya,” jelasnya.
Disinggung masalah perawatan, Wawan mengaku perawatan mobil Jepang dinilai mudah. Jika lama tidak dipaka dalam jangka waktu lama disarankan lepas kabel aki. “Kalau mau dipanasi tinggal dipasang akinya langsung jreng, simple sih,”tuturnya.
Wawan akan memamerkan koleksinya dan membuatnya mirip museum. Tujuannya tentu sebagai wisata edukasi bagi masyarakat agar mengetahui perkembangan Hardtop. “Cita-cita pingin punya museum di salah satu objek wisata. Kata orang koleksi saya terlengkap se-Asia dan Australia,”pungkasnya. (den/lis/bas)