Ia mengaku hobi, karena menurutnya ikan koi memiliki aneka warna dan coraknya yang beragam. Seperti corak hitam, putih, merah, kuning di bagian punggung membuat ikan. “Jadi kerasa lebih indah kalau dilihat dan dipelihara di dalam kolam,” tuturnya.
Salah satunya Koi warna merah putih atau biasa disebut Kohaku. Showa memiliki warna putih, hitam, dan merah. Hariwake yang punya warna putih kuning. Shiro Utsuri yang memiliki warna hitam putih. Hi Utsuri dengan merah hitamnya, dan masih banyak lagi. “Memelihara ikan koi bisa dibilang memelihara kualitas air. Jika tidak bersih airnya, ikan akan mudah terserang penyakit, lalu mati,” tambahnya.
Pengalaman itu pernah dialami Irma, dimana ikan-ikan kesayangannya mati satu persatu , lantaran tidak dilakukan karantina saat ada ikan yang sakit. “Mirip merawat bayi, kalau tempatnya nggak bersih pasti rewel. Intinya ekosistemnya harus seimbang. Kalau kolam ada lumut hijaunya, ini bagus untuk pakan alami,”jelasnya.
Merawat koi lokal dan impor pun berbeda. Koi impor menurutnya lebih ribet. Sebab rentan terhadap naik turunnya suhu. Maklum saja di negara asalnya Jepang, ada empat musim. Sedangkan di Indonesia hanya dua musim sehingga butuh suhu air sekitar 27-29 derajat.
Disinggung harga, ikan koi impor, harganya bisa belasan sampai puluhan juta rupiah. “Ya walaupun ribet, tapi saat ini sudah aman dan bisa menyesuaikan dengan suhu dan air di kolam,” pungkas dia. (den/bud)