RADARSEMARANG.COM – Lovebird masih menjadi primadona pencinta burung. Banyak sekali spesies turunan burung pecinta itu.
Tentu masing-masing memiliki karakter yang berbeda. Lovebird biola hijau (Green opaline) termasuk yang paling digemari saat ini.
Lovebird biola alias opaline bukanlah lovebird spesies utama.
Artinya, lovebird jenis itu dihasilkan dari perkawinan silang atau mutasi dari spesies lovebird muka salem. Secara fisik, ciri mencolok terlihat pada warna bulu.
Gradasi warna bulu lovebird jenis tersebut lebih kalem. Corak warna juga lebih bersih.
Ada beberapa varian hasil mutasi lovebird biola. Di antaranya, biola hijau (Green opaline), biola biru (Blue opaline), biola parblue, biola euwing, biola lutino, dan biola edge.
Pada lovebird biola hijau, misalnya, warna merah di kepala tampak lebih pekat dan bersih.
Tidak ada bulu hitam yang ’’mengganggu’’ sehingga tampak polos dan terang. Warna badan dan sayap juga hijau bersih. Di sayap terdapat corak batik dengan warna hitam di bagian ujungnya.
Sabar Prayitno, warga Surabaya peternak lovebird, mengungkapkan, lovebird biola bisa dikatakan sedang naik daun alias banyak dicari. Sebab, harganya saat ini sudah merakyat.
’’Sekitar lima tahun lalu, sepasang bisa lebih dari Rp 20 juta. Sekarang sudah di bawah Rp 500 ribu,’’ katanya.
Salah satu penyebab turunnya harga adalah mulai banyaknya orang yang bisa menangkar sendiri lovebird jenis itu. Lovebird memang tergolong burung yang mudah dikembangbiakkan.
Juga dimutasikan dengan jenis lain. Namun, kalau konsepnya tidak tepat, burung juga akan gagal berproduksi.
Pria 42 tahun itu mengungkapkan, beberapa peternak pemula gagal menangkarkan lovebird karena tidak punya konsep yang matang.
Burung asal disatukan dalam sangkar tanpa melalui tahap-tahap penjodohan.
Pemilik kios burung di Pasar Burung Bratang, Surabaya, tersebut menjelaskan, yang mutlak diketahui adalah memastikan lovebird yang dipasangkan berjenis kelamin jantan dan betina (selengkapnya lihat grafis).
Selanjutnya, burung didekatkan lebih dahulu, minimal dalam satu ruangan, agar saling kenal. Baik suara maupun fisiknya.
Sesudah lebih dari seminggu, burung dimasukkan ke satu sangkar. Karena cenderung lebih galak, lovebird betinalah yang dipindahkan ke sangkar pejantan supaya tidak merasa jago kandang.
’’Setelah itu, kita pantau apakah keduanya bertengkar. Kalau bertengkar, burung harus segera kita pisahkan. Bisa kita ulangi langkah pendekatan itu atau kita carikan pasangan lain,’’ ujar pria kelahiran Kediri tersebut.
Karena itu, pada saat penyatuan burung, sangkar tidak boleh langsung diberi gelodok.
Sebab, dikhawatirkan ketika kedua burung bertengkar di dalam gelodok, kita tidak bisa memantau.
Gelodok adalah kotak kecil yang salah satu sisinya berlubang. Gelodok menjadi pengganti lubang pohon sebagai tempat bersarang.
Namun, dia melanjutkan, kalau burung nangkring bareng dan berdekatan, keduanya berarti jodoh. Biasanya keduanya akan bercumbu dan saling menyisir bulu.
’’Setelah itu, bisa kita beri vitamin dan sayur yang bisa menambah stamina dan berahi. Sayur yang bagus untuk meningkatkan berahi adalah kecambah atau kangkung,’’ jelasnya.
Ekstranutrisi tersebut diperlukan untuk mempercepat perkawinan burung.
Lovebird hendak bertelur apabila mulai tampak aktif membangun sarang (nesting). Karena itu, kita tidak boleh terlambat menyediakan material untuk sarang tersebut.
Di antaranya, rumput kering, daun palem, atau daun-daun kering lain yang tidak berduri dan tidak beracun.
Umumnya, lovebird akan melepaskan telur dalam 7–10 hari setelah perkawinan. Mereka akan bertelur 2–4 hari sekali. Lovebird bisa memiliki hingga 10 butir telur dalam sekali siklus bertelur. Masa inkubasi atau pengeraman sekitar 20–25 hari hingga anakan lovebird menetas.
Sabar mengingatkan, saat burung mengeram, upayakan suasana tenang sehingga burung nyaman. Suasana gaduh akan membuat burung terganggu sehingga bisa jadi telur tidak menetas.
’’Bahkan, saat burung stres, kalau telur menetas, anaknya bisa dibunuh,’’ ungkapnya. (c12/dri/ap)
—
BIOLA HIJAU (GREEN OPALINE)
- Kepala berwarna oranye/merah polos dan bersih. Sebarannya sampai ke dada.
- Warna merah di kepala juga muncul di ekor.
- Warna di pangkal ekor hijau polos.
- Ada batik di sayap dengan ujung sayap berwarna hitam.
HIJAU STANDAR (GREEN FISCHER)
- Warna merah/oranye di kepala tampak pudar. Kadang bercampur dengan warna hitam.
- Di sekitar mata ada topeng.
- Warna kuning di leher lebih banyak.
- Warna di pangkal ekor biasanya biru, ungu, atau hitam.
JANTAN ATAU BETINA?
1. Tubuh lovebird jantan lebih kecil daripada betina.
2. Paruh jantan lebih lancip dan tajam, sedangkan yang betina lebih tumpul dan besar.
3. Posisi ujung kedua sayap jantan biasanya menyilang. Pada betina, kedua ujung sayap biasanya tidak bertemu.
4. Ekor lovebird jantan lebih lancip, sedangkan yang betina lebih lebar.
5. Saat bertengger, posisi kaki lovebird jantan lebih rapat, sedangkan yang betina melebar.
6. Pada lovebird jantan, jarak tulang pubis atau supit menyempit jika diraba dengan jari. Sementara pada betina, jarak tulang pubis lebih lebar. Kira-kira seukuran jari orang dewasa.
7. Supaya lebih akurat, bisa dilakukan tes DNA.