RADARSEMARANG.COM – Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Batang Dr H. Agung Wisnu Barata, mempunyai hobi unik. Ia mengoleksi batu akik berukuran jumbo. Batu akik yang dimiliki memiliki keindahan dan tidak ada kaitan dengan mistis.
Batu akik yang dimiliki cukup unik. Koleksinya sudah mencapai ratusan batu. Biasanya sekali berburu, ia membawa pulang batu-batu berukuran besar satu karung. Batu-batu didapatkannya dari para pencari batu di sungai-sungai dari berbagai daerah. “Saya memang suka berpetualang ke sungai-sungai. Paling banyak di daerah Kabupaten Purbalingga, tempat asal kelahiran,” aku Agung Wisnu Barata.
Berbagai macam jenis bongkahan batu dimiliki. Di antaranya batu badar besi hitam, badar besi merah, badar besi berwarna, batu pancawarna, batu kristal, batu obsidian, batu saman, bacan, hingga fosil kayu. Batu-batu itu terpajang di ruang khusus di rumahnya di Desa Pasekaran, Kecamatan Batang. Ada bangunan joglo yang menjadi galeri mini. Berbagai barang antik dipajang secara teratur. “Khusus batu-batu berukuran besar dipajang di meja kayu dan di lantai area rumah,” ujarnya.
Pria kelahiran 4 April 1971 itu mengaku hobinya tidak ada hubungannya dengan hal gaib. Ia mengagumi ciptaan Allah melalui batu. Tidak ada corak batu yang sama yang diciptakan Tuhan. Walaupun berasal dari satu belahan batu. “Saya senang keindahan. Tidak ada niat komersil untuk batu-batu yang saya punya ini. Saya suka mengoleksi batu yang menurut mata saya indah. Menarik,” ucapnya.
Penghobi seni lukis dan memancing itu menjelaskan beberapa batu yang menurutnya spesial. Yaitu ada sebuah batu jenis badar besi hitam yang berbentuk Semar. Ada batu badar besi warna yang punya kemampuan khusus. Saat sebuah rokok ditempelkan, rokok terasa hambar. Rasa dari rokok dihilangkan atau diserap oleh batu tersebut.
Ada juga batu kristal dengan kilau indah saat terkena cahaya. Ada batu dengan corak seperti kucing anggora berwarna putih. Batu badar besi hitam memiliki bobot lebih dari 10 kilogram.
Agung mengatakan, sekarang ia sudah tidak mencari batu-batu itu lagi. Aktivitas berburu berhenti saat batu akik booming. Harga batu mulai tidak masuk akal di benaknya. Sebelumnya batu-batu itu hanya didapatnya dengan harga ratusan ribu rupiah saja. Ratusan batu koleksinya telah habis diambil orang saat batu akik booming.
“Saya sengaja mempersilahkan orang mengambilnya. Tanpa ada imbalan apapun. Sebelumnya batu-batu itu sengaja disebar di area teras rumahnya. Kalau kena air hujan, warna batu itu cantik. Gemerlap kalau kena air hujan,” ucapnya.
Ia suka mengoleksi batu karena perawatannya mudah. Saat berdebu, cukup dibersihkan dengan membasuh air. Selain batu, ruang galerinya juga dipenuhi koleksi lukisan, tanduk rusa, hingga kayu ukiran jadul. Ia tidak memungkiri, mengoleksi batu punya resiko tersendiri. Terkadang ada mahluk gaib yang tinggal dan bersemayam didalam batu tersebut. “Pernah ada yang melihat mahluk gaib sedang nonton TV berdua. Karena tidak takut jadi biasa saja,” tuturnya.
Batu-batu koleksinya itu juga pernah ditawar jutaan rupiah. Namun ia tidak mau melepasnya. Sebagai koleksi batu akan dijaga, dan diturunkan ke anak-cucunya nanti. “Termasuk koleksi tanduk rusa yang sudah berusia ratusan tahun, itu warisan dari orangtuanya,” tambahnya. (yan/fth)