RADARSEMARANG.COM – Kegiatan seni yang terdampak pandemi Covid-19, membuat Marco Manardi sempat kelimpungan. Beruntung ada kawannya yang memberikan kucing jenis maine coon yang berpostur besar dan harganya relatif mahal.
Marco Manardi, pria kelahiran Tegal 61 tahun lalu ini, tak menyangka dari lima ekor kucing gratisan, sekarang jadi breeder andal. Baru setahun menjadi breeder, sudah 15 kucing yang diambil pelanggan. Ada yang dari Jakarta, Bogor, hingga Banyuwangi.
“Si pemilik kucing (teman Marco, red) sudah bosan. Padahal harga aslinya mencapai belasan juta rupiah. Yang umurnya baru 3 bulan saja harganya Rp 4-5 juta, apalagi yang besar-besar ini. Semua diberikan saya,” tuturnya.
Sejak saat itu, kucing asal Amerika ini menjadi pelipur lara dan salah satu lahan pundi-pundi rupiahnya. Beberapa bulan dipelihara, ada yang beranak. Anak-anak kucing yang masih imut itu ia unggah di laman Facebook pecinta hewan. Selain itu, ia juga kerap mempromosikannya di akun Instragam pribadinya.
Meski harganya relatif mahal, kucing ini banyak dicari karena keunikannya. Kucing jantan yang berbadan besar dan tinggi ini, beratnya sekitar 6-9 kg. Yang betina sekitar 4-6 kg. Tubuhnya dapat mencapai ketinggian hingga sekitar 1 meter. Selain itu, kucing ini kuat dan berotot. Meski badannya bongsor, namun sifat dasarnya jinak dan manja membuat banyak orang mudah menyayanginya. Selain itu, ada kekhasan yang gampang ditandai, memiliki 6 jari kaki.
Harga kucing ini, jika tanpa akte umur 3 bulan sekitar Rp 4-5 juta. “Kalau yang berakta dan bersertifikat, harganya bisa belasan hingga puluhan juta rupiah,” terangnya.
Selain memberi makan rutin, setiap bulannya kucing-kucing itu harus mendapatkan vitamin dan kontrol dokter. Apalagi bagi yang baru lahir, mereka harus divaksin layaknya manusia. Tapi semua itu tidak rugi. Karena setiap anakan yang lahir, selang 2 bulan pasti sudah ada yang booking.
Sekarang, di kandangnya ada 5 ekor kucing dewasa dan 4 kucing anakan. “Yang kucing anakan, keempatnya sudah ada yang booking. Nanti bakal saya kirim kalau sudah sapih dari ibunya, sekitar usia tiga bulan,” jelas laki-laki yang kini menjadi ketua I Bidang Organisasi Dewan Kesenian Semarang (DKS) ini.
Marco merasa bersyukur, selama setahun ini sudah 15 kucing yang berpindah tangan. Breeder Kucing Maine Coon miliknya resmi diberi nama “Omah Meong Mahoni”. Kata “Mahoni” ia ambil dari nama kucing induk kesayangannya yang belum lama meninggal.
Selama menggeluti dunia breeder kucing, tidak ada duka yang ia alami. Semua ia lakukan penuh kesenangan dan cinta. “Sekarang kan jarang ada aktivitas kesenian, saya dolanan kucing. Selain membuat bahagia, kita juga dapat keuntungan,” terangnya.
Menurutnya, yang sulit menjadi breeder bukan pada ilmunya. Melainkan mentalnya. “Jangan lama-lama di kita. Sebelum berumur 5 bulan harus dilepas (dijual). Selain menghemat pakan, juga menghindari kasih sayang yang berlebih. Kalau sudah sayang banget nggak tega jualnya,” tuturnya.
Marco kini sadar bahwa Tuhan YME selalu memberikan yang terbaik untuk hambanya. Saat kondisi jatuh dan merasa gagal, ternyata bisa ia lewati dan mendapatkan banyak hikmah. “Ternyata Tuhan tidak memberikan apa yang kita minta, tapi memberikan apa yang kita butuhkan,” pungkasnya. (cr9/ida)