RADARSEMARANG.COM – Kolase merupakan salah satu seri rupa yang menggabungkan berbagai material hingga menjadi karya baru. Orang-orang dengan hobi yang sama bergabung dan membentuk komunitas Kolasemauku.
Tidak ada salahnya memanfaatkan waktu secara produktif selagi masih muda. Dengan mengikuti berbagai kegiatan atau awalnya hanya iseng dari merencanakan dan mengumpulkan orang-orang yang mempunyai hobi yang sama. Salah satunya dengan komunitas Kolasemauku.
Debby Selviana, 27, founder Kolasemauku, menceritakan terbentuknya komunitas Kolasemauku. Berawal dari ia dan kedua temannya saling bertemu dengan mengumpulkan orang-orang yang suka atau hobi bikin kolase untuk membuat acara dalam rangka merayakan Hari Kolase Sedunia. “Jadi kolase merupakan suatu karya seni dari hasil menggabungkan potongan-potongan dari material dan dijadikan satu ke dalam unsur medianya, sehingga membentuk suatu karya seni,” jelas Janet, sapaan akrab Debby Selviana.
Sekitar 30 orang tergabung dalam suatu grup kelas komunitas Kolesemauku. Kolasemauku menjadi suatu komunitas untuk memperkenalkan karya seni kolase ke teman-teman lain dan mengajak mereka untuk ikut berkarya.
“Pada awalnya mereka tidak tahu akan karya seni kolase ini, lama-lama akhirnya suka dan bikin bareng jadi tahu tentang kolase. Dari rasa suka dan minat satu tujuan, akhirnya membuat kolektif kolase di Semarang,” ujarnya.
Secara personal, Janet memunculkan imajinasi liarnya dalam membuat karya seni kolase berawal dari membaca dan melihat gambar-gambar. Selain itu, dari mendengarkan musik dan melihat karya kolase orang lain yang ia suka dapat memancing serta menumbuhkan daya imajinasi bereksplorasi.
Media dan alat yang digunakan dalam teknik kolase analog terdiri dari gunting, cutting pen, potongan-potongan material, serta lem perekat. Sedangkan lamanya proses pembuatan kolase bisa setengah jam bahkan satu jam. Untuk karya size besar bisa tiga sampai empat jam.
Teknik dalam membuat kolase berkembang seiring dengan pesatnya teknologi. Karya kolase perkembangan saat ini terdiri dari kolase digital dan analog. Kolase analog sendiri teknik yang disusun secara manual dengan menggunakan peralatan dan dipotong-potong secara detail maupun disobek setelah itu direkatkan menggunakan lem. Sedangkan, kolase digital menggunakan aplikasi. “Biasanya teman-teman yang bikin digital collage art di handphone pakai Picsart, kalau di PC menggunakan Adobe Photoshop,” tambah Janet.
Mengenai komunitas Kolasemauku, setiap anggota mempunyai arti dan deskripsi tersendiri saat membuat kolase. Bahkan dari tokoh yang menginspirasi sesuai versi masing-masing, dari komunitas ini sendiri sifatnya bebas dan tidak mengikat. Kolasemauku pernah mengadakan pameran kolase pada 2018, mengadakan beberapa workshop, hingga kolasean bersama teman lainnya.
Dari beberapa karya yang dihasilkan Kolasemauku salah satunya collage jamming menggunakan medium kanvas dengan ukuran 2 x 1 meter. Hasil kolase yang telah dibuat oleh Kolasemauku tidak hanya disimpan, melainkan dipamerkan secara digital. “Hasil kolase yang kami buat di-scan lalu diunggah ke instagram @kolasemauku,” jelas Janet. (mg5/mg8/ton)