RADARSEMARANG.COM – Awal bersepeda hanya hobi. Bahkan hanya mengendarai sepeda pinjaman. Kini hobi tersebut berubah menjadi bisnis toko sepeda.
Ketertarikan Puan Ning dalam bersepeda dimulai sejak 2017. Pertama kali ia memulai bersepeda karena adanya ajakan dari teman-temannya. Namun lambat laun ia menemukan kenyamanan dalam bersepeda sebelum pada akhirnya memutuskan untuk memulai membuka bisnis bersama suaminya, Sigit Nugroho.
“Pada awalnya cuma diajak teman bersepeda bareng, itu pun aku dipinjami sepeda sama temenku ini. Terus mencoba ikut komunitas dan event-event bersepeda, tapi kok lama kelamaan mulai ada kenyamanan dan juga kenikmatan dalam bersepeda hingga pada akhirnya saya mencoba konsisten,” ucap Ning kepada RADARSEMARANG.COM.
Ning kini memiliki toko sepeda “Teman Bike”. Toko ini sering menjadi titik kumpul bagi pesepeda lainnya. Mereka bisa berhenti untuk sekadar beristirahat tanpa harus membeli. Jadi bisa lebih dekat dengan pesepeda lainnya.
“Sebenarnya semua hobi kalau ditekuni itu pasti banyak mengeluarkan banyak biaya, tapi dengan ditekuni lebih dalam, justru hobi itu mendatangkan pemasukan yang lebih banyak juga,” ucap wanita kelahiran Demak, 20 Juli 1992 ini.
Kegiatan positif yang Ning lakukan bersama komunitasnya ialah touring dan event-event sepeda. Tepat pada 2 Oktober 2021, Teman Bike mengadakan gowes “Batik Bike”. Event ini mengusung tema bersepeda dengan memakai baju motif batik. “Kalau kegiatan touring yang selama ini sih, biasanya dari Semarang-Jogjakarta, Semarang-Jepara,” jelasnya.
Komunitas sepeda mereka tidak memandang status sosial. Mau dari kalangan manapun ketika bergabung, maka semuanya sama. Syaratnya pun mudah. Asal memiliki sepeda dengan kualifikasi komunitas tertentu, maka dia akan tergabung dalam komunitas tersebut. Saat ini Ning bergabung dengan beberapa komunitas sepeda, namun lebih intens dengan Komunitas Sepeda Lipat Semarang.
Ibu dari dua anak ini mengaku lebih menyukai bersepeda bersama teman dibanding bersepeda sendiri. Karena dukungan saat kita bersepeda itu sangat penting. Jadi ketika di pertengahan jalan ia merasa letih dan terlalu banyak istirahat maka ada teman yang dengan semangatnya mengajak ia untuk bangkit lagi.
Ditanya mengenai suka duka dalam bersepeda, Ning mengaku ia lebih banyak mendapat sukanya dibanding dukanya. “Dukanya bahkan nyaris tidak ada, karena aku merasa dalam istilah satu sepeda sejuta keluarga itu benar-benar kejadian banget di aku. Kan relasi itu memang sangat penting ya, maka dari itu aku memperbanyak relasi dari mengikuti komunitas sepeda juga,” jelasnya.
Pandemi tentunya cukup berpengaruh pada pola mereka bersepeda. Selama pandemi mereka membatasi rute bersepeda. Seperti jalanan yang tidak terlalu ramai penduduk, waktu yang sepi, juga tetap memberlakukan prokes guna meminimalkan adanya penularan virus Covid-19. “Aku berharap, semua komunitas sepeda yang ada di Semarang jadi solid menjadi satu, bahkan aku ingin Teman Bike ini dapat menjadi tempat bagi pesepeda yang ingin singgah dan menjadi keluarga,” harapnya. (mg11/mg19/ton)