27 C
Semarang
Thursday, 19 June 2025

Sepeda Robot Menolak Punah

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Banyak aksesoris. Lampu di depan dan belakang, spion, tempat minum, kabel rem melilit di frame, hingga sirine. Memang terlihat ramai ketika semua aksesoris itu menempel pada sepeda. Itulah ciri khas sepeda robot.

Belakangan, sepeda robot kembali in di tengah sepeda-sepeda yang lebih modern. Di Semarang sendiri ada yang meng-eksis-kan sepeda jadul ini. Nama komunitasnya Serobot (Sepeda robot).

Sepeda robot yang bentuknya unik ini, pertama kali diproduksi Jepang pada 1980-an. Tak heran, jika sepeda ini tergolong dalam sepeda tua. Bahkan parts sepeda atau onderdilnya pun terbilang langka.

Ketua Komunitas Serobot Semarang, Nugroho Dwiadhiseno, 47, mengatakan, sepeda robot ini menjadi cinta pertamanya saat berkecimpung di dunia sepeda. Lantaran telah mengisi memori masa kecilnya, ia tak tega jika sepeda robot harus hilang dari jangkauan anak muda sekarang. Banyaknya cerita sejarah tentang sepeda robot ini, semakin memacunya untuk melestarikan sepeda jadul. Sehingga muncullah ide untuk membuat komunitas sepeda robot.

“Mulanya nggak sengaja. Cuma lima orang. Itu pun teman semua,” katanya pria yang menyukai sepeda robot sejak SD itu.

Nama sepeda robot sendiri, Nugroho menjelaskan, semasa promosi pihak perusahaan mengusung robot yang berbentuk kotak-kotak. Semua part atau aksesoris sepeda pun berbentuk kotak-kotak menyerupai robot zaman dulu.

“Julukan sepeda robot itu mungkin ya di kalangan Semarang aja sih. Di daerah lain bisa jadi beda,” terangnya kepada RADARSEMARANG.COM.

Salah satu koleksi sepeda robot. (NUR CHAMIM/ RADARSEMARANG.COM)

Merk sepeda robot yang beredar di Indonesia juga bervariasi. Menurut Aan, penggemar sepeda robot di Semarang, ada Bridgestone, Deki, Sanki, Apollo, dan Ellemore. Sedangkan yang membedakan sepeda robot dengan sepeda jenis lainnya yakni bentuknya yang unik, massanya yang cukup berat, shifter tongkat atau operan gigi sepeda, serta BB (buttom bracket) yang ada di tengah engkol atau kayuhan sepeda ada yang terbuat dari emas.

“Itu juga yang bikin mahal harganya,” ujar Nugroho yang memiliki empat koleksi sepeda robot itu.

Saat ini, harga sepeda robot berkisar dari Rp 5 juta hingga Rp 150 juta. Tergantung kondisi serta keaslian onderdilnya. Namun, sepeda robot ini termasuk dalam sepeda yang tidak tahan jika terkena hujan.

“Ini karena di sepeda terpasang banyak alat elektrik. Sepeda ini juga nggak kuat kalau medan tanjakan. Karena berat sepedanya sendiri mencapai 20 kilo-an,” beber Mansur salah satu anggota komunitas Serobot.

Mansur menjelaskan, untuk membersihkan sepeda robot butuh ekstra kesabaran. Bahkan jika karatan, pembersihannya pun bisa memakan waktu hingga dua bulan. Ukurannya yang kecil membutuhkan ketelitian dan kehati-hatian.

“Yang paling kecil itu 20 inci. Dan yang paling besar ya 26 inci. Pakainya inci, bukan sentimenter lagi,” ujar mekanik sepeda jadul di Karangayu, Kota Semarang, itu.

Meski begitu, Nugroho, Aan, dan Mansur tetap mencintai sepeda robot. Bahkan, ketua komunitas Serobot itu berkeinginan membuat museum sepeda jadul di rumahnya. Sehingga bisa memperlihatkan sejarah kepada anak-anak muda.

“Sayang kalau sepeda jadul itu cuma jadi pajangan di kafe. Jadi saya tampung di rumah saya. Syukur nanti kalau bisa jadi museum,” tandasnya. (cr8/zal)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya