28 C
Semarang
Monday, 16 June 2025

Bersepeda Usung Bantuan ke Wilayah Bencana

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Semarang – Sejumlah fotografer Kota Semarang yang tergabung dalam Photocycle Community membantu korban banjir dengan membagikan sembako. Beberapa sak beras, satu peti telor dan bahan pangan lainnya diangkut ke daerah banjir dengan ‘ngontel‘ alias naik sepeda Minggu (14/2/2021).

Bantuan tersebut sumbangan dari para anggota. Ya, para anggota yang beberapa waktu lalu memotret kondisi para korban banjir di Semarang langsung tergerak untuk membantu. Sejak pagi, pukul 06.00 WIB, mereka kumpul di rumah Ketua Photocycle Community, Bambang RSD di Pondok Ganesa Semarang Timur.

“Semua kita angkut dengan sepeda ke lokasi di Kecamatan Genuk. Jaraknya sekitar 15 kilometer dari sini. Kita juga harus melintasi jalan yang mulus. Kami khawatir bila melintas di jalan bergelombang, telur satu peti bisa pecah semua,” ungkap Bambang RSD, pentolan fotografer Semarang.

Pukul 06.30 WIB, rombongan Photocycle Community meluncur ke Genuk. Dengan jalan perlahan, tiap sepeda ada yang mengusung sak berisi beras, kardus mie instan dan menggendong tas ransel besar berisi minyak goreng, kecap dan teh.

“Kami tidak sedang mencari sensasi, tapi ini lah cara kami mengantar bantuan dengan sepeda agar kami juga bisa berolahraga,” ujarnya.

Pembagiannya tidak langsung ke warga yang terdampak banjir, namun melalui institusi kewilayahan. “Awalnya kami mendatangi kantor Kelurahan Gebangsari Genuk, namun kondisinya tutup tak ada orang. Akhirnya setelah menyusuri kampung-kampung yang masih terendam, kami serahkan melalui Koramil agar bisa didistribusikan ke mereka yang membutuhkan,” ujar Nugroho DS, selaku anggota yang bertanggungjawab memimpin kegiatan bhakti sosial.

Kunjungan penyerahan bantuan korban banjir ke Koramil Genuk pun sempat membuat kaget petugas piket. Sertu Soleh dan Sertu Sundoko yang sedang berjaga tak mengira kedatangan rombongan fotografer yang gila sepeda ini.

Ada sensasi tersendiri ketika membawa bantuan menuju lokasi bencana. Bukan karena bangga bisa menunjukkan datang membawa bantuan dan menyumbang, karena lebih pada tantangan. Misalnya saat melintasi di jalan becek dan licin. Sudah tentu harus jalan pelan menghindari karung beras jatuh.

“Saat nyeberang rel kereta api pun kita harus turun dari sepeda dan mendorongnya pelan-pelan agar telur dalam peti tidak kontraksi dan pecah. Walau kenyataannya ada yang pecah lima butir,” ungkap Wawan Widhi.

Sementara Endarto Setyadi yang menunggang sepeda lipat Pro-One juga tak kalah heroik mengangkut minyak goreng 10 liter dengan tas ransel. “Terpaksa diangkut pakai tas, sebab sepeda mungil tak mungkin untuk angkut beban. Beban saya saja sudah 100 kilogram lebih, terpaksa pakai ransel,” ungkap Endarto. (mim/zal)

 


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya