27.4 C
Semarang
Friday, 20 June 2025

Sepeda Toea Ikat Seduluran

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Kayuhan sepeda tua menjadi daya tarik bagi penghobinya. Pengguna sepeda tua bisa lebih santai bersepeda dengan bahu tegak. Kayuhannya juga juga tidak bisa secepat sepeda gunung.

Ada sejarah yang mengikat satu sepeda tua yang biasa disebut sepeda onthel. Semakin tua, semakin panjang pula sejarahnya. Di Kabupaten Batang, sepeda tua juga digandrungi banyak kalangan. Para penggemarnya selalu kumpul tiap Minggu pagi di Alun-alun Batang. Mereka membentuk komunitas sejak 2008. Namanya Papitob, Paguyuban Pit Toea Batang.

“Papi-papi top. Anggotanya dari anak kelas 5 SD sampai ada yang usianya 70 tahun,” ujar Ketua Papitob Muhammad Ali Imron, 42, saat ditemui di rumahnya, Kelurahan Kalisalak, Kecamatan Batang.

Awal mula paguyuban berdiri berangkat dari hobi nguri-uri sepeda peninggalan zaman dulu. Kendati demikian, ia malah bisa bertemu dengan orang dengan latar belakang berbeda-beda. Ada yang bersepeda sekadar untuk berolahraga, murni hobi dengan barang lawas, dan kolektor pencari keorisinilan sepeda. “Ada juga yang bersenang-senang untuk aktivitas akhir pekan, dan untuk mengisi kekosongan bagi orang-orang tua yang sudah lanjut usia,” ucapnya.

Anggota Papitob berasal dari berbagai lapisan masyarakat. Mulai dari orang biasa, pejabat, hingga pengusaha. Bahkan, Ketua DPRD Kabupaten Batang Maulana Yusup mengukuhkan diri sebagai anggota Papitob.

Rata-rata anggota Papitob sepedanya dibuat tahun 40 sampai 50-an. Semenjak pandemi Covid muncul, anggota Papitob terus bertambah. Biasanya tiap kumpul sekitar 20 orang, kini bisa sampai 70 orang.

Ketua Papitob yang akrab disapa Ipong itu memiliki dua sepeda onthel. Aksesorisnya cukup lengkap, mulai dari lampu, rem, dan sadel juga berusia tua. Perlu setidaknya tiga sepeda tua untuk memiliki satu sepeda tua yang komplit seperti miliknya. Sepeda-sepeda itu digabungkan komponen-komponennya, sehingga jadi satu sepeda utuh. Itu salah satu keunikannya, komponen-komponen sepeda onthel tidak diproduksi lagi.

Semakin tua, harganya semakin mahal. Cara menaksir satu sepeda dihitung dari kelengkapannya. Semakin komplit, semakin mahal pula harga yang dibandrol. Salah satu anggota Papitob ada yang memiliki sepeda seharga Rp 30 juta. Jenisnya gazelle seri 11. Sementara untuk sepeda lain, rata-rata harganya Rp 7 juta sampai Rp 10 juta. “Sensasi gowes-nya itu berbeda, kita bisa sambil mengamati alam sekitar lebih teliti, sembari bersantai di atas sadel. Mengayuhnya juga tidak bisa cepat,” kata Ipong. Papitob pernah bersepeda sampai Yogyakarta, jarak yang jauh ditempuh dalam tiga hari.

Sepeda onthel yang ada di Indonesia kebanyakan berada dari Inggris dan Belanda. Tapi juga ada beberapa dari Amerika Serikat dan Jerman. Selain itu, ia berharap agar generasi sekarang perlu diberikan pencerahan dan pengetahuan terkait sepeda kuno. Bahwa sepeda tua itu barang langka yang harus di jaga dengan baik.

Hari Yuliyanto, 27, bergabung dengan Papitob sejak 2019. Menurutnya, sepeda onthel bisa mengakrabkan semua kalangan dengan cara bersepeda bersama-sama. Serta berbagai pengetahuan terkait sepeda dan sejarah yang ada. “Melalui cara ini kita juga bisa melestarikan sejarah yang ada, semua bisa guyub rukun bareng. Satu sepeda sejuta saudara,” ucapnya. (yan/ton)

 


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya