RADARSEMARANG.COM – Kompak cekatan dan memupuk solidaritas, serta menyukai medan terjal. Demikianlah yang tergambar dari Adhyaksa Gowes Club (AGC) Kota Semarang. Komunitas sepeda yang dibina Kepala Kejari Kota Semarang Sumurung P Simaremare, ini rutin setiap minggu gowes melewati jalan-jalan terjal. Kegiatan itu rutin diadakan setiap Jumat atau Sabtu. Dipimpin oleh Kepala Seksi Tindak Pidana Umum, Edy Budianto.
Jumlah anggota sekali gowes mulai 6 hingga 20 orang. Mereka adalah pegawai di semua seksi yang ada di Kejari Kota Semarang. Dalam gowes, rasa keteiakawanan sangat terlihat. Seperti saat salah satu rantai sepeda anggota putus atau ban kemps, antar anggota cekatan saling membantu.
Jenis sepeda yang digunakan juga tak semua mahal. Kebanyakan jenis mountain bike (MTB). Ada juga jenis sepeda lipat (seli), dan road bike. Saat gowes, perlengkapan keamanan menjadi salah satu hal wajib dibawa. Mulai helm, kaos tangan, persediaan minum, alat-alat ringan dan kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan).
Ketua Regu AGC Kota Semarang Agung Budi Utomo mengatakan, komunitas tersebut berdiri sejak 26 Juni 2020. Tidak ada paksaan untuk ikut. Semua anggota memiliki kebebasan untuk bergabung atau tidak. Kebanyakan anggota mengaku suka gowes karena bisa menikmati alam yang dilalui, ramah lingkungan, refresh pikiran, menghilangkan kejenuhan selama bekerja, ada pula karena hobi.
“Seperti Kasi Pidum (Edy Budianto) suka gowes sejak SMA. Jadi beda-beda minatnya, AGS ini juga di bawah binaan langsung Pak Kajari (Sumurung),” kata Agung Budi Utomo, kepada RADARSEMARANG.COM usai gowes di seputar Semarang Jumat (28/8/2020).
Rute ekstrem yang pernah dilalui salah satunya jalur di Kabupaten Kendal. Dengan rute Kebun Teh Medini. Start dari Desa Margorejo, lanjut ke Boja, Ngaliyan dan sampai kantor Kejari Semarang. Kedua adalah Hutan Darupono, di awali dari Kaliwungu Selatan, Hutan Jati Darupono, Podo Rejo, Kantor Basarnas Semarang, Ngaliyan, sampai Kejari Semarang. Hari Sabtu (29/8/2020) juga melangsungkan gowes menuju Gunung Sumbing, Kabupaten Wonosobo.
Diakuinya, kedua rute itu sering dilalui saat Sabtu. Karena anggotanya merasa jalurnya cukup menatang adrenalin, sehingga berkesan. “Kerusakan pasti ada, biasanya putus rantai dan rusak operan gigi, tapi sudah ada perlengkapan. Tim tetap saling menolong, kalau gowes rute ekstrem lebih banyak rusak operan,” ungkapnya.
Namun demikian usai gowes lokasi ekstrem, diakuinya, sepeda semua anggota pasti langsung di servis. Ada juga beberapa anggota setelah melihat medan menjual sepedanya, untuk tukar tambah biar dapat baru yang lebih pas dengan medan-nya.
“Supaya gowes menyenangkan, sebenarnya simpel. Pertama jangan buru buru, nikmati perjalanan, saling tolong-menolong, perkuat persaudaraan anggota dan pastinya harus ada wisata kuliner,” kata Agung, terkekeh menyebutkan wisata kuliner. (jks/zal/bas)